TEKS SULUH


Sabtu, 20 Januari 2018

MI Firdaus dalam Indonesia Lucu

PEMBANGUNAN

Karya : M I Firdaus

Aku mengira sawah membentang adalah surga
juga saung-saung dengan nyanyian seruling tua.
tapi apalah arti dari keabadian
jika segala yang ada dilumat uang dan beton-beton raksasa?
Sepoi anginpun berkata: 
tiadalah kita yang tenang, tinggal mengalun hiruk pikuk perut nusantara.
Padi lahir sebagai pembatas jalan
dan lumpur punya rupa bagai aspal.
Gedung dan hotel adalah saung
O! Hijauku pergi ke mana?
Pematang sawah menjadi gang-gang suram;
di dalamnya terdapat tangisan bayi dan kepulan rokok bapak tua.
Dan remangnya cahya kehidupan!
mereka bernyanyi, mereka berelegi
dengan bayangan-bayangan kekayaan.
O! Inikah jaminan yang lahir dari perjanjian jual tanah?
Inikah sejahtera?
Sawah-sawah mereka ditindih berton-ton semen!
Mereka menjual kerbaunya,
tetapi mengapa mereka menjadi kerbau orang kaya?
Ooh, Mengapa?
di gang yang lebarnya 1,5 meter
mereka terlelap dengan harapan yang menyelimuti tubuh dekilnya
tanpa kepastian akan datangnya.
Bulan menyinari kepalanya
bermahkota debu dan luka.
Aku mengira sawah membentang adalah surga,
dan memang benar adanya!
itulah surga pembangunan negeri kita!
Bogor, 17 Januari 2018

IBU PERTIWI SUDAH JARANG MANDI
Karya : M I Firdaus
Bau badanmu menyebar di darat dan laut
Bibirmu juga kering, pada langit kau memagut
Hey ibu pertiwi!
Kau sudah jarang mandi
Sampai kau berkutu yang buat gatal negeri.
Kau berdaki yang buat dekil ini negeri.
Kau jarang mandi!
Sampai jadi bau menyengat ini negeri.
Air diteguk habis tuan-tuan yang numpang
Sabun habis, tinggal busa yang meletup tiap gelombang.
Hey ibu pertiwi!
Tanah menggoda ciut hidungnya
Air membasahi langsung hilang jernihnya.
Hey ibu!
Pertiwimu hilang diambil tuan penghisap sabu.
Ibu pertiwi, kau jarang mandi!
Bogor, 20 Mei 2017




DUKA KITA

Karya : M I Firdaus

Sang surya terbit
Ubin-ubin bergetar
Mawar layu, enggan lagi mekar.
Terlihat bocah kehausan
menyedot embun fajar
dalam matanya terlihat samudera ketakutan,
ketiadaannya masa depan.
Lantas apa yang bisa ia bayangkan?
Bertanya pada kesedihan tanah air
mengapa dunia mengemut nisan?
Tetapi jawabannya terkubur dalam argumen orang pintar.
yang ada di atas mimbar
yang ada di meja bundar
yang ada di kamera tv orang kekar
yang ada di air comberan!
Di mana kita bisa tidur? Sedangkan kebohongan itu selalu ada: dimana-mana!
Di bawah atap-atap emas
Surat-surat keluhan dibaca sambil tertawa
sambil memakan daging-daging saudara.
Berduka kita kini di sini,
ketika bayangan mengikat kita di kelam sunyi
tanpa musik klasik dan sebuah dasi.
Berduka kita kini di sini,
saat lihat bocah compang-camping
main kejaran dengan trotoar.
Berduka kita kini di sini,
melihat politik-politik negeri dianggap remeh
bagai dongeng sebelum tidur orang-orang di kardus usang.
Dalam buku-buku pelajaran
terdengar sayup-sayup kata: Apa arti tut wuri handayani?
Jika guru hanya ingin menerima gaji
bukan mengabdi!
Di jalanan, orang miskin bergelantungan
di spanduk pemilu dan visi misi.
Berduka kita kini di sini,
dianggap ilegal di negeri sendiri.
Bogor, 24 Agustus 2017


Mohammad Ikhsan Firdaus
Nama Pena    : M I Firdaus
Tempat, Tanggal Lahir  : Bogor, 30 Oktober 2002
Alamat  : Jl. Cikopo Selatan Kp. Pasir Kaliki Rt 03/06 Ds. Sukamaju Kec. Megamendung Kab. Bogor 16770
Sekolah    : SMAN 1 MEGAMENDUNG
Karya     : Puisi, Anekdot, Dan Haiku