TEKS SULUH


Kamis, 18 Januari 2018

Tajuddin Noor Ganie dalam Indonesia Lucu

Tajuddin Noor Ganie
Tajuddin Noor Ganie (TNG), lahir di Banjarmasin, 1 Juli 1958. Sarjana S.1 PBSID STKIP PGRI Banjarmasin (2002) dan Sarjana S.2 FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (2005). Pensiunan ASN Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Selatan (2016). Dosen PBSID STKIP PGRI Banjarmasin dengan banyak mata kuliah, antara lain Penulisan Kreatif Sastra, dan Penelitian Sastra dan Pengajarannya.
Mulai menulis puisi, cerpen, dan esei sastra sejak tahun 1980. Antologi puisi yang sudah terbit adalah Bulu Tangan (Tuas Media Publisher, Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 2012), dan Perahu Ilalang (FAM Publisihing, Pare, Kediri, 2016). Sering diundang baca puisi dan sebagai pembicara untuk topik-topik menulis karya sastra, kajian sastra, sejarah sastra, sastra Banjar, budaya Banjar, dan folklor Banjar dalam pertemuan ilmiah di kampus-kampus dan di luar kampus di kota Banjarmasin, Surabaya, Solo, dan kota-kota besar lainnya di tanah air.
Penerima Anugerah Pemuda Pelopor Bidang Sastra dari Menteri Negera Pemuda dan Olahraga (Ir. H. Akbar Tanjung, 1991), Hadiah Seni Bidang Sastra dari Gubernur Kalsel (Ir. H. Gusti Hassan Aman, 1998), Anugerah Astraprana sebagai Sastrawan Banjar dari Kesultanan Banjar (Sultan Haji Khairul Salleh Al Mu’tashim Billah, 2014), Anugerah Budaya dari Gubernur Kalsel (Drs. H. Rudy Ariffin, MM, 2014), Sastrawan Kalsel Berprestasi dari Walikota Banjarbaru (Drs. H. Ruzaidin Noor, 2014), dan Penghargaan Seni Kota Banjarmasin untuk bidang Seni Sastra (H. Muhidin, 2015) .

Berikut puisinya di
INDONESIA LUCU:

KASUS KEBUN SAWIT

Di sebuah kabupaten di Indonesia
(Namanya sengaja disamarkan)
Kebun sawit terbentang
beratus ribu hektar luasnya
Atas nama sawit hutan rawa
dibabat dengan semena,
Pak Bupati pasti mengetahuinya

Tanahnya diolah pengusaha
dengan cara dibakar sesukanya
asap bakaran hutan rawa
membubung naik ke angkasa raya
bergumpal-gumpal jadi satu
membentuk kabut asap yang pekat
dan sangat sengak baunya
berhari-hari, berminggu-minggu
bahkan berbulan-bulan
kampung-kampung tertutup kabut pekat
kota-kota tertutup kabut pekat
jalan-jalan tertutup kabut pekat
bandara tertutup kabut pekat
pelabuhan tertutup kabut pekat
Tiap hari bernafas terasa berat.
Maklumlah yang dihirup adalah
udara bercampur asap pekat

Pak Bupati pasti tahu karena beliau juga
menghirup udara yang sama, udara yang
dihirup oleh segenap rakyatnya, tanpa kecuali
yang bermukim di wilayah pemerintahannya
dari hulu ke hilir


Pak Bupati pasti tahu
karena rumah dinasnya
juga dikurung kabut pekat
Selama berhari-hari,
berminggu-minggu,
bahkan berbulan-bulan

Tiap hari panen sawit
Tiap hari sawit diolah jadi minyak di pabrik
Tapi lucunya tak bermakna apa-apa
Tak membuat rakyat jadi makmur rupanya

Lihatlah, publikasi data Biro Pusat Statistik
yang dibacakan Bapak Presiden tadi pagi
Kabupaten dimaksud termasuk
dalam daftar daerah miskin di Indonesia

Namun, sangatlah mengherankan
(baca sangat lucunya)
Pak Bupati masih tetap “dicintai” rakyatnya
Terbukti beliau terpilih lagi untuk masa jabatan lima tahun kedua

Banjarmasin, 29 Oktober 2017