adalah majalah sastra net bagi rakyat Indonesia yang memerlukan sastra sebagai bagian kehidupan indah di Indonesia. Untuk segala umur pecinta sastra di Tanah Air. Pendiri Agus Warsono (Rg Bagus Warsono/Masagus) didirikan 2 Januari 2011, Redaksi Alamanda Merah 6 Citra Dharma Ayu Margadadi, Redaktur sastra Agus Warsono, Koresponden Rusiano Oktoral Firmansyah (Jakarta), Abdurachman M(Yogyakarya).
TEKS SULUH
Kamis, 29 Juli 2021
Kamis, 22 Juli 2021
Wandi Julhandi Terima kasih untuk semuanya; Wawan Hamzah Arfan TANPA BATAS LOGIKA : buat RgBagus Warsono; Wardjito Soeharso T
W
Wandi Julhandi
Terima kasih untuk semuanya
Yang engakau berikan kepadaku
Terima kasih atas segala-galanya
hingga diriku ini menjadi seperti sekaran
Terima kasih banyak wahai engkau yang berbaik hati
Terima kasih sekali lagi wahai engkau yang berhati malaikat
Terima kasih dan terima kasih pada kita akan bisa mempercayai diri yang gelap ini
Terima kasih wahai engkau yang mendatangkan kepadaku sinar cahaya itu Hingga diri ini bisa menjadi bersinar dari tempat yang gelap menjadi cahaya
Yang terang dari tempat kegelapan itu
Makassar, 26062021
Wandi Julhandi
TAK KUDUGA
Tak kuduga ada dia, dalam diam aku bertanya kepadanya
Tidakka kau lihat disini aku lagi sibuk bekerja
Tak bisakah engkau bersabar dirumah kita
Tiada kata yang harus disampaikan dan sampaikanlah kepadaku sekarang juga
Tetesan keringat yang keluar dariku adalah bukti baktiku untuk kita semua
Tiada rasakah dirimu disana
Terdiam aku terdiam semoga perjuanganku membawa berkah dan rahmad ilahi rabb
Tampa kendek-Nyalah semua bisa menjadi nyata
Makassar, 25062021
Wardjito Soeharso
T
Tik tik tik rintik gerimis di tengah malam sepi gelap mata nyalang menunggu cahaya mesti cuma sekerjap kilat agar aku tahu bentuk dan rupa wajahmu sekian lama sembunyi dari teka teki tak pernah mampu kujawab memaknai konfigurasi bayangan di balik lembab kaca jendela terlimpas embun.
Tok tok tok halus ketukan dari balik pintu terkunci rapat bagaimana aku membuka sementara kunci tergantung jadi bandul kalung tak pernah lepas dari lehermu begitu jenjang dan serasi dengan belah dada menggairahkan remaja lelaki baru kenal birahi sedang aku hanya lelaki tua rambut beruban punggung bungkuk tak berdaya penuhi segala ingin dan angan?
Tuk tuk tuk ketak ketuk harmoni irama entah maju mundur entah naik turun siapa peduli sedang merangkak naik ke puncak bukit mencari telaga pelepas dahaga menyelam ke dasar sentuh naluri purba janjikan lena di penghujung malam tinggal sepengunyah buah larangan sedang kaki berpijak batu-batu rompal berguguran memaksa harap menunda hasrat sejenak menjejak terbang melayang.
Tek tek tek jangan bangunkan ular tidur karena kenyang setelah melepas bisa merasuki nadi-nadi darah bekukan jantung merobek paru membunuh peselingkuh merayu anak tirinya sendiri sedang bapaknya di luar sana bermain api membakar hasrat wanita malam berkeliaran tanpa pakaian dalam ada ular melingkar pinggang ramping di balik gaunnya.
Tak tak tak hidup tak pernah mudah jalanan begitu terjal kerikil tajam menghadang kaki memberi luka nyeri menyengat dada membuta mata menuli telinga membebal rasa setiap langkah tinggalkan hanya aroma bunga kamboja jatuh tergolek tak berdaya di tanah basah.
T...tutup mulutmu!
27.06.2021
Tatitutetot
Tat
Tatat
Tat tatat tat
Tit
Titit
Tit titit tit
Tut
Tutut
Tut tutut tut
Tet
Tetet
Tet tetet tet
Tot
Totot
Tot totot tot
Tat tatat tat tak usah dicari maknanya
Tit titit tit tak mesti diintip isinya
Tut tutut tut tak perlu diburu maksudnya
Tet tetet tet tak remeh diseret arahnya
Tot totot tot tak elok disebut rasanya
Tatitutetot
Memang hanya harmoni bunyi!
27.06.2021
Wawan Hamzah Arfan
TANPA BATAS LOGIKA
: buat RgBagus Warsono
Tak tahu dari mana harus kumulai
Tentang tema yang kau tawarkan Tampak begitu mistis
Terlalu jauh dari jangkauan mimpi
Terlebih dalam menggali inspirasi
Tenggelam di kedalaman imaji
Tapi, kuakui sensasi gilamu
Telah menjadi kekhasan
Terunik dan nyeleneh
Terpatri dalam jiwamu
Tanpa batas logika
Tumpah dalam gairah kata-kata.
Cirebon, Juli 2021
TANDA MATA SEBUAH KEMERDEKAAN DI MASA PANDEMI
Tujuh puluh enam tahun sudah
Tanah air merdeka
Tetap saja begini
Terjajah
Terbelenggu
Terpuruk
Tertimbun sampah
Tumpukan sisa bahan bekas hutang
Tapi gilanya
Tanah yang aku pijak ini
Tak ada beban
Tenang saja melangkahi derita
Terus tancap gas
Tangguh walau tak bisa bayar cicilan
Tumbuh kembang pengangguran
Terlalu asyik gali lubang
Tanpa pernah tutup lubang.
Cirebon, Juli 2021
TAK TAHU AKU
Tak tahu aku harus bagaimana
Tak ada yang bisa aku tawarkan
Tak ada yang bisa aku banggakan
Tak ada kata yang bisa aku rangkai
Tentang kerinduan yang tak bertepi
Tentang ketulusan yang tak berarti
Tentang mimpi yang tak kembali
Tapi aku masih punya nyali
Tenang dan penuh keyakinan
Tanpa ada goresan luka kata-kata
Tanpa ada nada sinis yang mengiris
Tak akan kubiarkan inspirasi
Tumbang diambang kebimbangan
Tak peduli suasana pandemi
Telah meluluhlantakkan nurani.
Cirebon, Juli 2021
Tarni Kasanpawiro T
T
Tarni Kasanpawiro
T
Telur tanpa tetas
Terinjak terompah
Tak tercegah tersia
Terlupa tanpa tanda
Tangis tersedu
Terpisah tiada temu
Tubuh terpanggang tungku
Tanpa tirai tanpa tandu
Terlanjur tunduk patuh
Tak tahu telah tertipu
Tergoda tatapan teduh
Ternyata tukang teluh
Tetaplah teguh
Tolak tangkis tinju
Tangguhlah tangguh
Tunaikan tugasmu
Tertera tanda
Telapak tangan terbaca
Tabir telah terbuka
Teruslah tabah
Tunggu T tiba
Cibitung, 22 Juni 2021
Tarni Kasanpawiro
BERMAIN KATA
ada yang asyik bermain kata
tak peduli hasrat terus meminta
ditepisnya segala rasa dengan tawa
hingga lupa hari semakin senja
isyarat tak mampu menyapa
ada yang asyik bermain kata
bocah-bocah setengah manula
turut memainkan semua aksara
menjadi imaji liar tanpa cegah
berlompatan dengan indahnya
ada yang asyik bermain kata
sampai tak melihat ada kecoa
habiskan sisa nasi di piringnya
sambil mencibir dasar manusia
suka mentertawakan dirinya
ada yang asyik bermain kata
sambil menggoyangkan kakinya
tak pusingkan dompet terbuka
dan angka-angka entah di mana
bodo amatlah katanya
ada yang asyik bermain kata
hingga tak mendengar suara
memanggil-manggil namanya
dari dalam perut anak-anaknya
cacing-cacing meminta jatah
ada yang asyik bermain kata
meski sadar yang dilakukannya
tak bisa membuatnya jadi kaya
ha ha hi hi yang penting bahagia
tak kesepian banyak temannya
ada yang asyik bermain kata
sambil menghisap angannya
agar tak terbang mengangkasa
karena hanya itu yang dia punya
teman yang paling setia
ada yang asyik bermain kata
sambil sesekali garuk kepala
sepertinya ada yang dia lupa
tungku di dapur tak lagi menyala
api pergi meninggalkannya
ada yang asyik bermain kata
dikumpulkannya semua aksara
berharap pasar mau menerima
bersaing dengan sembako murah
bawang cabe dan juga rempah
dari kamar sebelah ada suara
bukan tangisan ataupun tawa
sepertinya dia mengenalnya
tapi kini dia benar-benar lupa
mungkinkah itu anak-anaknya
tiba-tiba semuanya gelap gulita
malam telah tiba tapi dia terlupa
listrik di rumah kehabisan daya
aksara seakan menampar dirinya
banyak cinta yang mestinya dia jaga
Cibitung, 26 Juni 2021
Tarni Kasanpawiro
TITIK SETELAH KOMA
tiba-tiba semua berubah
yang dekat harus berjauhan
yang pergi tak lagi bisa pulang
hanya bisa lambaikan tangan
dengan airmata berlinangan
peraturan bukan lagi pedoman
yang dilarang malah dibolehkan
yang tadinya boleh jadi dilarang
banyak yang melanggar kewajiban
semata demi keselamatan
lalu hilanglah kebiasaan
ada yang patuh pada anjuran
ada yang bodo amat tak mendengar
dianggapnya sebuah kebohongan
sampai akhirnya datang teguran
dan menyesallah kemudian
datanglah kabar kepulangan
sebagaimana awan menjelma hujan
tak tercegah menderas berjatuhan
tanpa payung di genggaman
tangan kehilangan pegangan
menggigil gemetaran
menjebol dinding keangkuhan
melihat orang lain terbaring lemah
tak berdaya saat titik mulai berubah
menjadi garis panjang setelah koma
tanpa pendamping di sisinya
seakan tak memiliki cinta
semua menjauh palingkan muka
dalam hatinya merasakan derita
tak bisa ucapkan sepatah kata
selain tundukkan kepala pasrah
dalam keterbatasan dia berdo'a
segeralah membaik oh semesta
Cibitung, 05 Juli 2021
Tarni Kasanpawiro
Tarni Kasanpawiro
Lahir di Kebumen 01 Desember 1971
Beberapa puisinya tergabung dalam antologi bersama "Pinangan(Dapur Sastra Jakarta) , Mendekap Langit(Gempita Biostory) dan Puisi Menolak Korupsi jilid 2 dan jilid 8. Saat ini aktif di group Lumbung Puisi asuhan RgBagus Warsono dan beberapa kali ikut antologi bersama". Tinggal di Sebelah kanan SMPIT Daarussalam. Perumahan Cluster Permata Taman Wanasari Indah Blok B No 09 Rt 02 Rw 08 Kel. Wanasari Kec. Cibitung Bekasi Jawa Barat Kode Pos 17520
Setyo Widodo SURUT BERSAMA REDUP LENTERA; Sulistyo Sore Ini Masih Hujan
S
Setyo Widodo
SURUT BERSAMA REDUP LENTERA
: DON
Aroma bubur kacang ijo di sudut Mahatani
kembali menyengat. Rasa yang manis menjadi hambar pada tegukan terakhir. Di punggung kimia
organik kita berbagi roti tawar
tidak setangkup tapi selembar,
pengganjal ketegangan yang akan menemani
praktikum titrasi
Don, setiap bercengkerama engkau
selalu menyanggah
aku marah
engkau mengalah
begitu yang berlaku. Katamu, sebaik itu
toh karmaku tak aku tahu.
Don, kereta pasti berhenti terparkir di ujung jalan masing-masing, tanpa kusir
tak ada yang sanggup mengusir
namun yang kini terjadi, kereta itu
berlompatan dan zigzag menjemput yang tak terkira
Kau sering menjadi lentera. Sering tetiba menyala, lalu tak kaujaga
membiarkan yang ada membaca bait-baitNya
Seperti yang kali ini
aroma kacang ijo menari-nari di lorong
kimia. Lalu surut bersama redup lentera
dengan lenggang ringan kau menapaki
lorongnya menuju kereta
Bogor 05 Juli 2021/07.59AM
Sulistyo
Ada Cerita Apa Pagi Ini?
ada cerita apa pagi ini?
hujan belum berhenti
dan kau menungguku
melanjutkan cerita yang terpenggal dini hari tadi
kekasihmu pergi menitipkan satu sloki air mata untuk kau nikmati saat rindumu tak terbendung esok nanti
tak ada cerita pagi ini
tak usah kuceritakan tentang puisiku yang lama hilang tersesat labirin pagi
ia pergi dan tak ada kenangan yang perlu disesali
biarkan ia menyudahi episode hari-hari tanpa harus berkemas menyiapkan alas kaki
ya, cukup sampai di sini
tak ada cerita pagi ini
(19.06.2021)
Sulistyo
Sore Ini Masih Hujan
aku tak bisa mengunjungimu, sayang
sore ini hujan deras dan angin kencang
tunggu sampai tengah malam
mungkin tak ada lagi hujan
aku akan datang diam-diam menyusup jendela kamar
tunggu aku jangan pejamkan matamu dulu
akan kuajak kau bertamasya mengelilingi bulan bundar dan bercilukba di kerlip bintang-bintang
(23.06.2021)
Sulistyo , Lahir dan besar di Kudus. Menyukai apapun tentang seni dan sastra. Puisi-puisinya tergabung di beberapa antologi bersama dan beberapa antologi tunggal.
Suyanik
T
Tanpamu
Tampan itu rupamu
Terhanyut aku dalam melodi cintamu
Terkekang dalam jaringan nadimu
Terkenang bagaimana kau
Tampakkak cakar-cakarmu menguasai
Terbabat habis menggelanggang jatuh
Tidakkah kau ingat
Tatkala kau lumatkan dinding-dinding pembatas dengan rayu dan cumbumu atas nama cinta
Terjatuh dalam pelukan asmara yang kau terabas pembatas tanpa mengenal pantas
Terasa hanya kau dan aku tiada lainnya
Tersadar apa yang kau lakukan?
Teriak!
Tidak!
Terbungkam rapi karena nama baik
Tidakkah kau ingat lagi itu, bagaimana perjuanganmu untuk.mendapatkanku hingga akhirnya aku ....
Terjatuh begitu dalam
Terperosok pada ikatan cinta terlarang
Tanpamu lagi
Gresik, 26 Juni 2021
Nanik Utarini TUHAN, TERIMALAH TAUBATKU
N
Nanik Utarini
TUHAN, TERIMALAH TAUBATKU
Tuhan, Rabb penguasa nabastala raya
Takdir yang telah Engkau gariskan pada setiap makhlukMu adalah kebaikan bagi semua
Tetapi seringkali kami mengingkari atau bahkan menggugatnya
Terbentang luas bukti kasih dan sayangMu, tetap saja kami sering tak menyadarinya
Tuhan, Rabb penentu luas dan dalamnya samudera
Tergelincirnya matahari yang berganti malam, dengan hiasan gemintang dan rembulan adalah wujud nyata KuasaMu
Tetapi kami sering tenggelam dalam pekatnya noda, hingga lupa menyadiri beribu tanda keAgunganMu
Terjalnya harapan membuat kami sering terjerembab dalam kufur nikmat
Tuhan, Rabb semesta alam
Terimakasih atas segala nikmat dan karunia yang telah Engkau berikan pada kami
Taqwa kami tak seberapa, namun Engkau tetap melimpahkan segalanya bagi kami
Terimalah taubatku dan ampunilah dosaku yang menghitam
Nanik Utarini
Makna T
T adalah Tuhan penentu segalanya
Terbit dan tenggelanya matahari adalah bukti atas segala KuasaNya
Terlahir atau kematian manusia adalah bukti nyata keberadaanNya
Tercipta dan musnahnya Dunia ada dalam genggamanNya
T adalah Teman, yaitu seseorang yang selalu mengingatkan dan menguatkan bagaimanapun keadaan kita
Teman terbaik bukanlah teman yang selalu mendukung kita, tetapi ia juga harus mengkritik saat kita berlaku salah
Tetap ada saat kita tertawa bahagia atau saat kita menangis sedih
Tetaplah jadi teman terbaik dalam hidup kita
T adalah Tabah, berusah tabah dalam setiap ujian dan hambatan
Tantangan yang seringkali menghadang, hendaknya kita sikapi dengan lapang dada
Terus berusaha sekuat tenaga seolah-olah engkau hidup selamanya
Tak boleh menyerah dan pasrah pada keadaan, hingga kita raih kesuksesan
T adalah Tulus, berusaha bersikap tulus pada semua
Tidak pernah tebang pilih dalam menolong dan peduli pada sesama
Terus mengasah kepekaan terhadap semua manusia
Terwujudnya masyarakat yang damai aman dan sejahtera
T adalah Terserah, Terserah mau diartikan apa?
Terserah mau dimaknai apa?
Terserah mau dirangkai menjadi apa?
Terserah alias karepmu dewe ya!
Jambi, 28 Juni 2021
Marshelina TERTUSUK SERIBU PEDANG; Muhajir Syam TANPAMU; Muhammad Abdul Latif Tulus; Muhamad Salam T. Bermakna; Muhammad Jayadi TENTANG KEHIDUPAN INI
M
Marshelina
TERTUSUK SERIBU PEDANG
Kumbang merana di taman
Pohon bunga paling indah
Yang disayang di tebang
Inilah akhir kisah cinta kita
Ibumu pembunuh semua harapan
Aku tak akan lagi memperjuangkan
Tiada kata maaf dan kembali
Karena kata-kata ibumu
Hatiku bagai tertusuk seribu pedang
Sakit dan sakit tiada tara
Kau menderita di akhir cerita
Itu bukan salahku tapi ibumu
Walau kau tak sanggup melepaskan aku
Tetap aku pergi dari hidupmu
Sampit, 21 Juli 2021
Marshelina
TERTUSUK DAN TERLUKA
Kuukir semua cerita dalam karya
Saat aku bahagia mimpi menjadi nyata
Semua yang kulakukan kau anggap salah
Aku bagai sampah di matamu tanpa arti
Kucoba bertahan tetap kau selalu menyakiti
Bersamamu bagai berjalan di atas duri
Tertusuk dan terluka
Sampit, 22 Juli 2021
Marshelina, nama asli Mursinah Rahma Lina
Kelahiran Sampit, 23 Desember 1987.
Walau terlahir autis mampu bersekolah di sekolah umum.
Alumni SMK Kesatuan 2 Samarinda.
Aktif mengikuti antologi puisi dan cerpen bersama sejak Juli 2020
16 macam antologi bersama
1 macam antologi puisi solo berjudul "Autis & Puitis"
Ada pun prestasi yang telah diraih diantaranya:
Peringkat 1 selama SD dan duduk di bangku SD hanya 5 tahun.
Dapat menyelesaikan 1 judul syair lagu dalam waktu 2 jam tema ditentukan guru cipta lagu saat ujian menulis syair lagu.
Juara 1 penulis buku Air Kaca Cinta.
Dan lain-lain
Jejaknya bisa ditemui di
WA: 085246934887
IG: marshelina.23 dan marshelina.mr
FB: Marshelina Mursinah Rahmalina
Muhajir Syam
TANPAMU
Tanpamu Aku entah dimana
Tanah luas di belahan dunia
Terbentang sabana katulistiwa
Terlilit pita Bhinneka Tunggal Ika
Tertimbun nafsu angkara
Tanpamu Aku tak berarti
Tawa Ibu Pertiwi terdengar lirih
Tertutup duka nisan pejuang sejati
Tampak gurat wajah sedih belahan negeri
Tangisi ulah bejat politisi
Tanpamu Aku bukan siapa-siapa
Terseok raga tak bermakna
Terkapar arus kebijakan pemuja berhala
Terkubur sebelum waktunya
Tanpamu Pahlawan sejati
Tujuh belas agustus bukanlah hari jadi
Tapi slogan basi tak lagi suci
Tutuplah matamu saksikan adegan anak negeri
Tetap sabar jangan berkecil hati
Teruslah berdo’a semoga Indonesia subur makmur lohjinawi
Ganding, 16 Juli 2021
Muhajir Syam
TERKULAI
Terkapar raga lunglai kemanusiaan
Tongkat estafet mencabik jiwa kerdil keserakahan
Torehkan luka tak berkesudahan
Tali perekat kebhinnekaan
Terputus rapuh sejuta kepentingan
Tatapanku semakin buram
Tertutup bayang kelam kekuasaan
Tapi Aku bungkam
Terkulai
Tersandera sejuta aturan
Teruskah aku jadi bayang-bayang nan mengerikan
Tangisi angkara dalam tetesan darah pejuang
Tertulis puisi datar tak beraraturan
Teruntuk para pemangku amanat “T”
Teruskan jadi penghianat Bangsa”T”
Tetap berdo’a agar selamat sebelum akibat maha dahsya”T”
Ganding, 22 Juli 2021
Muhajir, lahir di Dusun Sumber Lanas Desa Teluk Jati Dawang Kecamatan Tambak Bawean Gresik. Tiga tahun berkiprah di dunia literasi sekaligus menjadi penghuni setia Komonitas Kata Bintang, Pria dengan nama pena Muhajir Syam sudah menghasilkan karya sekitar 36 buku. 8 Buku Solo dan 28 Buku Antologi. “Kumpulan Puisi Penyair Pinggiran dan Sanjung Madah Untuk Baginda” adalah dua buku solo yang berisi puisi. Saat ini aktif mengajar di SDN Ketawang Karay I Kec. Ganding Kab. Sumenep dan menetap di Dusun Raas RT/RW 001/002 Ketawang Larangan Ganding 69462 Sumenep. email: syammuhajir980@gmail.com. Wa.083122922202.
Muhammad Abdul Latif
Tulus
Titik balik dari diri kita sebenarnya ada pada kerendahan hati kita saat kita memohon
Telah angkuh kita pada masa sebelumnya
Tiada melihat tanda-tanda untuk kita segera berangkat
Terencah diri dari titian terbawah
Titisan debu mendzahir jadi cahaya
Tayamum diri pada debu cahaya menjadi cinta
Terbersitlah menifestasi cahaya menjadi zahir
Tumus dalam qalbu terdalam
Terbelenggukah kita akan suatu kesalahan
terasing dalam kungkungan kebencianNya
Tarikan nafas panjang kita di dunia ini
tak lain hanya satu kali nafas di samping kehidupan di syurga
tiadalah nilai yang hilang dalam diriku selain dari
tangisan penyesalan karena pelanggaran di masa lalu
tiadakah engkau hanya terkagum pada orang lain sedang diri kita lemah
tiap waktu hanya tersi hampa tanpa cinta padaNya
teramat kosong diri dan jiwa pada perjalanan yang tinggal menyisakan beberapa desahan nafas
tapi kita masih enggan untuk bertaubat dan mendekat
tanpa batas rahmat kasih sayangNya kita hanya menyiakan
Tanda apa yang lantas engkau nanti
tiadalah apa-apa di dunia ini hanyalah cobaan
tulus ihlas mencintaiNya tanpa mengharapkan imbalan hajat dunia
Kendal, 30 Juni 2021
Muhammad Abdul Latif
Teguran
Telah tiba masa dimana manusia berada pada kegembiraan pada akhirnya
Tanda Tanya atau tertekan dalam pekat perbuatan
Tertanam ketakutan akan sebuah pelanggaran yang menghantui
Tak terkira seperti menanam sesuatu yang menyenangkan tapi perih
Terjagakah hati kita dari setan yang menyelinap membisikkan
Tontonan belum tentu jadi tuntunan yang bisa saja bahkan menjerumuskanmu ke dalam dosa
Terjebak di bumi ini hanyalah istidraj yang nyata
Tinggalkanlah berasyik masyuq dalam kefanaan dunia
Tinggalkanlah barang-barang berharga dari air, tanah dan api
Tinggalkan pula rasa ketakjubanmu pada kecantikan dunaiwi
Tingkatan kecantikannya hanya sebatas pemahaman dan firasat batin
Takutlah senjata peredam nafsumu;”Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga.”(Ar Rahman; 46)
Taatlah kepadanya dan rasulnya agar kita tidak terjerembab oleh dosa demi dosa
Tipu daya syetan telah merusak batinnya dengan bubuk kemanisan dunia
Tirai halusinasi memberikan sekat keterasingan akan sesuatu yang diluar fana
Tiada terelakkan bila Rabb memberikan peringatan
Tobatlah segera sebelum semuanya menjadi terlambat
Terkutuklah orang-orang yang aniaya dan melampaui batas
Tersesat di jalan kegelapan yang nyata tanpa bimbingan dan petunjuk
Telah tiba masa bila siksa itu adalah sebuah realita bukan rekayasa
Timbangan amal perbuatan akan menentukan dimana kita akan dimasukkan
terbang semua buku catatan amal menuju timbangan amal kanan dan kiri
Takut hati setengah mati pabila berat sebelah kiri
tiada kan ada harapan tuk marasakan kenikmatan berada di basundari
Kendal, 29 Juni 2021
Muhamad Salam
T. Bermakna
Tertumpah sudah mendung menggelantung di awan
Titik -titik air basahi bumi
Tarian burung tak lagi nampak
Terasa dingin pulang ke sarangnya
Memadu kasih di suasana turun hujan.
Tiupan angin mendesir
Turunkan air semakin deras
Tanah kering kini basah
Tergenang air suci dari langit
Tepat pukul Lima belas
Terguyur hujan bumiku yang lama tak terjamah hujan.
Tanah tempat kita berpijak
Tempat kita melanglang buana.
Tersenyum dan bahagia
Terikmu kini tenggelam sebelum waktunya
Terhalang mendung yang kian menebal
Terasa dingin sore ini
Tempat memadu kasih , bercengkrama
Tak terasa semakin tenggelam dalam lautan kasih.
Ambunten,24 Juni 2021
Muhamad Salam
T ( Dalam Rindu)
Tuangkan perasaanmu
Lewat tetes tinta
Tuliskan syair dalam bait- bait cinta.
Tetes tinta penuh makna
Tersirat dalam kalbu, kau tuangkan secawan janji
Tergores di dinding kalbu
Terukir rindu ,tiap sudut waktu
Tanpamu hampa kebahagiaan
Termangu sendiri mengisi hari-hariku
Tuhan....pertemukan aku walau lewat mimpi.
Tepian hati semakin luluh
Taman bunga kini layu
Tak ada senyum ,dan tawa
Terasa sudah saat kau tiada
Tempat memadu kasih tinggal kenangan.
Ambunten,26 Juni 2021
Muhammad Jayadi
TENTANG KEHIDUPAN INI
Tetapi, apa yang telah berlaku ini
Tentu jadi pertimbangan dalam diri
Menjadi lebih indah lagi
Taman-taman hati yang seringkali berkabut
Mari hari-hari ini, kita sirami kata-kata
Menjernihkan mata jiwa
Menangkap hawa senja yang mulai menyapa
Banyak perenungan datang tiba-tiba
Terkadang, di saat tak terduga
Di gelap malam, kita sendiri
Membuka seluas-luas ruang hati
Pelajaran yang datang dari Tuhan
Melalui pengalaman indah kehidupan
Indah sekali, kawan
Balangan, 14 Juli 2021
Muhammad Jayadi
KUTULISKAN SAJAKKU
Tenggelam di lautan kata
Meneguk makna-makna yang ada
Memuaskan dahaganya jiwa
Matahari bersinar di malam hari
Dalam diri ini
Menyinari mimpi-mimpi
Dengan jemari kaku
Kutuliskan sajak-sajakku
Yang datang dari negeri biru
Balangan 2021
Muhammad Jayadi lahir di Balangan. Pecinta seni dan sastra. Mengikuti beberapa antologi bersama khususnya di Lumbung Puisi. Email muhammadjayadi929@gmail.com
Yuda Wira Jaya TAK TERTAHAN
J
Yuda Wira Jaya
TAK TERTAHAN
Tanganku tak tercegah
Tergerak menggoreskan beberapa larik tinta
Tersanjung tatkala tulisan tergopoh-gopoh minta dituang
Tinta terus saja mengalir tak tertahan
Tiba-tiba aku terlonjak, Tuyul! Tikus terjepit ternyata berhasil kabur dan menyenggol kakiku
Tinta ini terus saja terhuyung-huyung melalui tangan mungilku
Tidak
Tanya saja pada tetes embun yang membelai tanaman dengan malu-malu kucing
Ya, malu-malu kucing
Bukan Malu-malu tikus
Mengapa tinta itu terus saja memaksa untuk dirangkai menjadi tulisan tertata?
Tidak bisakah menunggu sejenak?
Setidaknya hingga matahari terbit
Tidak
Tuntunan berisi inspirasi tak tertahan tinggal terlalu lama dalam imajinasi tiada bertepi
Karunia Tuhan tak terjangkau oleh akal sehat manusia
Terpujilah jika kita tak menyia-nyiakannya
Turutilah
Tak usah buru-buru kau torehkan titik
Tintamu yang setia hanya ingin sekadar mengucapkan kata "terima kasih"
Tuan selalu memperlakukan saya tanpa diskriminasi
Sleman, 25 Juni 2021
I. MADE SUANTHA: TITIAN : TITIK TEMU TAK TEMU; I Wayan Budiartawan Teman Sejati
I
I. MADE SUANTHA:
TITIAN : TITIK TEMU TAK TEMU
( 54 tahun jalan tak menemu waktu)
/1/
Titian air Jejak apa ditinggalkan saat pendakian
Tangga mengerucut ke bawah. Batas pandangan
dan luas cakrawala
Tempaan langit Mengudara. Ruang beraksara
Penenun bunga kemesraan
Maha cinta Rembulan rindu kecupan malam
Terapung pula pada butir embun
Menera dingin. Tadahan bulan sabit
Tempias air pancuran. Maha dahsyat
pecahkan keras pualam
Matahari menyangga cakrawala
Di ubun ubun aksara mengakar!
Titian air. Tempuhan menuju relung sukma
Mensenyawa remang rembulan
dan menyempurna dalam segelas air mawar merah
memyerupa zarah purnama
/2/
Titian udara Mengapung ke mana jerajak langkah
Udara aksara. Aksara udara pada hembusan
nafas. Menemu di pompaan jantung
Pendakian hampa. Menemu dan tak menemu
adalah rasa. Menyingkap ruang rindu segi 9
Serabut titian. Penyeberangan maha maut
Senyawa udara pada susunan kelopak
mawar, serupa nada nada jiwani
Gending kemesraan. Maha Kasih
Titian menemu. Titian tak menemu
di rongga dada menghampa
Hampa jadi biru langit
adalah ketiadaan AdaMU
dalam pusat pejam: Serah Diri!
/3/
Titian tapak dara. Partitur aksara Putaran aksara
kelapangan senyapMu. Di batas mana mengakar
dan menumbuh. Mengembang mekarkan bungaMu
Mawar merah penadah gerhana
Putih melati memurnikan matahari
Nafas simpulkan sukma
Upacara sujud. PadaMu mewujud!
Bunga bunga halimun. Selimut kabut Pelindung
jiwani. Jejak yang nampak menyamar adaNya
Serupa sujud
Ada - tak mengada. Menyimak pohon
besar adalah kesenyapan sujud akar
Tak terkira aku padaMu. Maha Sukma
Titian tapak dara setinggi itu menjulang
Kupukupu biru tertangkap di lubuk waktu
Pengasingan senyap. Perwujud hampa.
Kesendirian tak bertepi!
/4/
Matahari adalah hening nafas. Masuk
dan keluar tak terduga
Jantung dalam detak sanggaan lafadz
Aku urai Emgkau dalam sujud
Engkau urai aku dalam wujud!
Matahari. Maha Teduh. Jalinan dari pikiran
dan penyerahan diri Simpul dari terang
di bahagian paling gelap pada
gemerlap cahaya
Maha waktu. Keterasingan dan kesendirian
menyusupi perjalanan pada mekar
mahkota padma
Setegar mawar. Setenang melati
Pohon takwa tumbuh di setiap hirup
hembusan nafas!
Rembulan memandang matahari
Di luas telapak tangan. Titian untuk menuju
tidak ke mana dan di mana
Mengada untuk mengawali sekaligus
mengakhiri lintas lautan waktu
Jukung laju. Lajuan jukung berlayar di lubuk hati
/5/
Titian selimut kabut. Melebur dalam hampa
Pemdakian tertinggi adalah menyusuri
dasar dasar perjalanan awalku memujuMu
Tak berdasar mata angin
Tak tersampai di telapak tangan beraksara
Mewujud sujud!
Rumah gerhana. Titian matahari. Membiru
kabut cakrawala
Jalan seindah bianglala. Teduhan hujan
Jalan seumur sujudku. Suara beraksara
Mengembara dalam pejam. Mengurai hampa
Rumah gerhana. Altar. Sujud dan persembahan
Penyusuran sukma. Paduka Maha Sukma
Menyimpul kosong
Simpul MahaMu
Rumah sukma hening
Rembulan semerah mawar merah
Sebening melati Sang Maha Matahari
Matahati titian
Suluk titian. Pencapaian adalah penempuhan
Maha Hening
Jalan tak bernampak di kalbu
Jarak ubun ubun ke tinggi cakrawala
Noktah sedekat sujud lafadz
Selingkar zarah serah diri!
Sipta Umadika, 24 Juni 2021
I Wayan Budiartawan
Teman Sejati
Seraut wajah manis bersahaja
Kukenal saat pemilihan pelajar teladan
Ni Nyoman Wangi sungguh mempesona
Remaja puteri yang tumbuh menjelang dewasa
Ni Nyoman Wangi aku kagumi
Dia memberi aku perhatian setulusnya
Aku dengan dia mulai saling mengenal
Masing-masing menyukai hal yang sama
Dia seorang gadis asal Desa Tista
Seorang bunga di mata diriku
Dia membuka perasaannya padaku
Getaran sukma pelan-pelan merambat
Teman sejati ketika dilanda kesusahan
Waktu bergulir tahun demi tahun
Persahabatanku dengan dia tetap abadi
Bulan malam bersinar syahdu menjadi saksi
I Wayan Budiartawan, Pegiat Hindu Bali. Pernah kursus wartawan di Pura Cimahi, Bandung.Menulis di internet sejak 2011
Hasan Bisri BFC T; Heru Patria TOLOL; Hasani Hamzah TELOLET
H
Hasan Bisri BFC
T
#T
#Tahukan engkau apakah itu T?
#T adalah awal mula ada sebelum lainnya
#tiada t selain T
#tempat bergantung segala di alam semesta
#terangnya ada pada bulan, pada matahari, pada bumi
#tenteram dan teduh dalam pangkuannya
#tambatkan kepalan hatimu, gumpalan benakmu, juga geraklangkahmu, sebab
#tujuan akhir keberadaan adalah memenuhi panggilannya
#Tahukan engkau siapa itu T?
#T adalah Zat yang Maha Tahu
#tampungan segala kesah, rindu, takut dan harapan
#T adalah teka teki abadi dan pada hati segalanya terbuka
Bogor, 17 Juli 2021
Hasan Bisri BFC
T
ting!
terpelanting aku pada ketiadaan
tanpa kata kata
tersisih dari tubuh semesta
tak ada arti
tak ada bunyi
tak ada eksistensi
tiuuuung!
tergulung gulung
terguling guling
tanah!!
tempatnya
tak kena;l
temaran dan silam waktu!
Bogor, 17 Juli 2021
Heru Patria
TOLOL
Tuan tolong tunjukkan
Tempat tujuan tuk temukan tambatan
Tarian tulus tambahkan terapis
Tanpa Tuhan tibalah tragis
Tapi tuan torehkan tulisan tipis
Tentang tanda tanya ternoda
Tangguhkan tuduhan tatkala tragedi tiba
Tebarkan tawa termanis tuk tepis tangis
Tolol
Tunjukkan taqwa tanpa tuntunan
Tiada teman titip taruhan
Topeng-topeng terlaknat terbahak
Tertawakan Tuhan tuangkan tuak
Tetes-tetes terhina tunduk
Tampilkan tingkah tolol
Tanggalkan tupoksi
Tipu toleransi
Tandas!
Blitar, 4 Juli 2021
Heru Patria
IT AT UT OT ET
Hamparan langit, hujan menjerit, penuhi parit
Kemarau berkelit, riuh terbelit, didera sakit
Hidup makin sulit, dunia serasa sempit
Pandemi covid, terus melilit
Di mana tempat, temukan obat, tanpa dirawat
Jiwa-jiwa penat, nyaris sekarat, menjadi mayat
Tanpa istirahat, nakes berbuat, pasien selamat
Tanpa adat, orang menghujat, tak tahu akibat
Harusnya masyarakat, pada taubat, sebelum kiamat
Jadilah umat, pembawa manfaat, sebelum terjerat
Kondisi darurat, patuhi amanat, tanpa mendebat
Mari bermunajat, minta sehat
Sebab maut, bisa menjemput, sebelum larut
Bumi mengkerut, carut marut, penuh kabut
Matahari berselimut, makin keriput, manusia kalut
Enggan menurut, tanpa patut, saling rebut
Kesehatan merosot, banyak bacot, adu otot
Otak robot, tanpa bobot, lakukan boikot
Pemikiran reot, seperti tikus got, saling cokot
Bikin repot, layaknya nenek peot, minum dot
Kalau sudah kepepet, bisanya cuma melet
Langkah menyeret, seperti babi ngepet
Menahan mencret, nama tercoret
Jangan kudet, tiup saja terompet
Tet tet tet!
Blitar, 4-7-2021
HERU PATRIA. Adalah nama pena dari Heru Waluyo, seorang guru Sekolah Dasar di Kec. Wlingi Kab. Blitar Jawa Timur. Penulis yang beralamat di Bogangin RT.01 RW.06 Kel. Bajang Kec. Talun Kab. Blitar ini juga merupakan mentor menulis novel dan cerpen di FLP Blitar dan Grup Temu Penulis Blitar. Penyuka baca puisi ini juga sering mengisi materi literasi di berbagai grup kepenulisan grub FB dan WA. Untuk komunikasi silakan kontak di nomor 0857 8414 5106 atau FB : @Heru Patria, IG : heru.patria.54, Twitter : @HERUPATRIA3 bisa juga via email di heruwaluyo538@yahoo.co.id atau herupatria9@gmail.com. Ia telah menghasilkan 28 novel, 2 buku kumpulan puisi, 14 buku kumpulan cerpen. Novel terbarunya berjudul DALBO Basa Basi Bumi sedang proses terbit di elexmedia. Beberapa puisinya dimuat dalam buku antologi, di antaranya : Antologi Tanah Air Puisi (Hari Puisi Indonesia), antologi Corona (Lumbung Puisi), antologi Wong Kenthir (Lumbung Puisi), antologi ASU (Lumbung Puisi), Tadarus Puisi V (Lumbung Puisi)
Hasani Hamzah
TELOLET
Setiap hari di tepi jalan itu
Anak-anak dengan wajah penuh haru
Leher memanjang seperti bangau
Tangan-tangan terjulur melambai
Bukan pengemis bukan jambret
Yang mereka pinta hanya telolet
Om telolet, om! Telolet! Telolet!
Serunya kepada setiap bus yang lewat
Om telolet, om! Telolet! Telolet!
Telolet bukan uang. Bukan uang tapi telolet
Bunyi telolet merdu di telinga
Bagai suara seruling merasuk sukma
Bus-bus berlalu, telolet lenyap seketika
Ditelan gemuruh dan amuk prahara
Hampa suara-suara dalam jeritan panjang
Jalanan lengang duka menghadang
Dunia kini bertambah sepi
Berganti kabar orang-orang mati
Sejak pagebluk melanda negeri
Suara telolet lama tak terdengar lagi
Sumenep, 23 Juni 2021
Hasani Hamzah
TIK TOK
Aku mendengar suara, memukul-mukul jendela. Seperti suara angin dan hujan
Sedang di sudut lain bermunculan
Berjuta sumber suara yang entah dari mana
Merambat dan bergelombang
Waktu berdentang, hening ditikam denting
Memekik dalam sunyi. Juga bernyanyi
Gelak dan tawa, seperti orang bercanda
Cekakak cekikik, dalam diam mengusik
Bergema di kejauhan
Sedang di sini riuh dan gaduh bergemuruh
Suara ini suara itu selalu tak henti-henti
Bertalu-talu bagai tambur, seperti orang bertempur. Menghentak dan meledak-ledak
Bagai sambaran geledek
Nenek gaptek lelet terkaget-kaget
Mendengar bunyi gadget
Bunyi apa, suara siapa. Terkekeh-kekeh
Weleh! Weleh!
Tak peduli malam atau siang
Suara-suara bersenandung riang
Bersemayam dalam diam
Membayang rupa yang tak kenal siapa
Dan entah dari mana
Hanya suara-suara dari berjuta sumber suara
Memenuhi jagat maya, merasuki jiwa-jiwa manusia
Sumenep, 19 Juli 2021
HASANI HAMZAH, lahir di Sumenep pada 16 Agustus 1974. Aktif di sastra cyber dan terlibat dalam beberap antologi bersama. Selain menulis, ayah dari Ega Novela Indah Nian ini juga menjadi penggiat sastra dan budaya di kampung halamannya. Bagi yang mau berkenalan dapat menghubungi nomor WatsApp (0812 4957 2614) atau Email hasanihamzah1@gmail.com
Ence Sumirat KERINDUAN T
E
Ence Sumirat
KERINDUAN T
Bersama t kua jadi kuat
Bersama t
Bau berubah baut
Bersama t
Alo terus alot
Bersama t oto punya otot
Bersama t buru jadi burut
Bersama t
Barat terarah barat
Bersama t
Bobo lebih bobot
Bersama t
Bibi semakin bibit
Bersama t
Selama tetap selamat
Bersama t
Pena terasa penat
Bersama t
Ala berubah alat
Cianjur 1707021
Ence Sumirat
MISTER (I) T
Seperti pangeran di sebuah kerajaan puisi
Sabdanya sering dituruti
Layaknya perintah kitab suci
Karena ia mengaku punya banyak diksi yang cepat mempengaruhi hati
Dari belantara kata
Sepanjang usis semesta
Sementara kita
Hanya mengunyahnya
Dengan kepala beda-beda
Kota baru 1707021
Ence Sumirat
KESANGSIAN T
Jika t kebudayaan takutnya pembuayaan
Jika t mengajak takutnya mengejek
Jika t merangkul takutnya memukul
Jika t keramahan takutnya kemarahan
Jika t kesalehan takutnya kesalahan
Jika t keadaban takutnya kebiadaban
;jadi bagaimana ya agar t punya kepastian?
Cianjur 1707021
Ence Sumirat lahir di cianjur 29 November 1971. Belajar menulis puisi secara otodidak. Puisinyadimuat media cetak lokal dan nasional maupun media online. Puisinya terhimpun di antologi bersama.Antologi puisi tunggalnya “Berjalan Dalam Kenyerian akan Segera Terbit”. No wa : 085295317117.Email : emirgigih71@gmail.com. Kini menetap di Perum Kota baru blok c3 no 32 kec. Cilaku CianjurJabar 43285.
Botor Trilambang Tidak tahu aku; Bayu Nindyoko Pesan Untuk Demonstran; BUDI RIYOKO AL KUBRO TAFSIR MIM TERHADAP T; Bem Harianto TALANG TANDANG
B
Botor Trilambang
Tidak tahu aku
Mengapa sang bayu mengamuk,meluluh lantakan semuanya
Tak peduli rumah pejabat,pondok bambu reyot semuanya disapunya
Tak peduli rumah bordil,rumah tempat orang sucipun disapunya
Tidak tahu aku
Mengapa Sang Khalik diam membisu,tangan Nya tidak terulur mengangkat semua derita
Tidak tahu aku
Kemana harus pergi berlindung
Setiap jengkal tanah ini berbau amis,bangkai kematian,bencana dan sakit penyakit tak henti hentinya
Tidak tahu aku
Mengapa bencana dan sakit penyakit tidak kunjung berhenti,merajai dan memagut nyawa manusia
Sungguh aku tak tahu
Sungguh aku tak tahu
Sungguh aku tak tahu
Genangan air mata dan darah bercucuran,dan hati yang hancur mungkin jadi jawabnya
Batu,12-7-2021 angin mengamuk di masa pandemi
Botor Trilambang
Sudah kujelahi tanah ini
Kuaduk aduk airnya
Kubuat lobang dalam terowongan
Ku taklukan puncak puncak gunungnya
Semua sia sia belaka
Bahkan kubawa orang pintar
Ku teguk kebijakanya
Semua sia sia belaka
Jiwaku kering,tak tersirami
Lesu tunduk ,lemah tak berdaya
Menyapu bersih keangkuhanku
Hanya dalam Tangan Nya ada pertolongan
Hanya dalam tangan Nya ada kekuatan
Hanya dalam Tangan Nya ada perlindungan
Hanya dalam Tangan Nya ada penghiburan
Hanya dalam Tangan Nya ada kesembuhan
Kuacungkan tanganku biar dipegang erat oleh Tangan kasihNya
Kupasrahkan kemana aku akan dituntun Nya
Ke negeri penuh pengharapan suka cita.
Batu,13 Juli 2021
Bayu Nindyoko
Pesan Untuk Demonstran
Tak usah tergesa menangkap angin yang lalu lalang di pematang. Biarkan embun mengambil saripatinya kemudian diteteskan pada tempoyak kurcaci-kurcaci yang sekian windu mengukir mimpi.
Mari kita simak aksara demi aksara yang tertata rapi di altar pewartaan.
Jangan. Tak usah kau katakan aku ini asu atau babu, karena sebenarnya aku tahu tentang diriku.
Tak perlu terburu menirukan lagu dengan suara emasmu bila belum tahu untuk siapa lagu itu.
Mari kita belajar bersenandung sebelum berteriak melambung menghempas gunung.
Aku tahu kau pandai berlagu. Suara burung suara monyet bahkan suara anu pun bisa kau tiru, tapi untuk apa bila itu terdengar hampa dan sirna tertindih irama kentut seorang bayi.
Tahan. Tahanlah diri sembari menata kerikil di antara benang kusut yang kau urai. Dan percayalah aku akan bentangkan benang dari ujung sampai ujung yang mampu kau saksikan.
Tenang saja akan tiba waktunya seorang bocah meruntuhkan langit dengan ketapel mainnya. Tanpa banyak kata. Tanpa banyak tanya.
Luka dirinya telah dimulai dari nenek moyangnya.
Pracimantoro, 060721
Bayu Nindyoko
Tahan Diri
Setiap kali aku menyerumu selalu kau tebar pelangi warna warni dan para serdadu mengelilingiku lengkap denga bongkahan-bongkahan mesiu.
Aku tahu maksud semua itu, agar menunggu tidurmu hingga tak bermimpi lagi.
Entahlah, sanggup tidaknya aku menahan diri.
Pracimantoro, 060721
BUDI RIYOKO AL KUBRO
TAFSIR T TERHADAP MIM
Tuhan Tidak Tidur Tidak berguna hidup Tanpa Mim
Terus dekati-Nya Taaruf Tirakat Tingkatkan sampai Makrifat hingga Tiadanya menyatu
Terhilang ego Terbilang Terbuang Terbit Nur berarti hudan
Tetap Tatap Terus Taubatan Nasuha Tubrukan Sujud Lisajidin Terima bersama malakut
Terbilang wahyu dalam sastra Terdengarkah olehmu Teriakan pemberi ingat
Tiap kata ditulis diminta jawab
Tergantang Terus Tergantung Terkalah Terakhir Terimalah Sujud Lisajidin
Tan Hanna Dharma Tunggal Titipan . Tetap bestari Tinggi di Mim
Tinggal Tutuk gatuk dadi mumet. Teori yang grogi Tertib ditinggalkan
Terberkatilah Sujud Lisajidin
Tuhan tinggal di hati .Tidak perlu kau sibuk cari Tinggal rangkul beri damai mereka Tiada ayah bunda. Tablet Telpon HP jadi Tuhan baru Terlalu. Tak peduli Tak juga kenal orang di sisi
Tak jua Mim dimakrifati Tanggap Turunnya sasmita Tetapi hati nun jauh di sana. Terdorong rindu pada Mim .Terluka Terkuat Terkuak Terkunci Tentunya hati Terbuka memaafkan Terhadap Insan
Tuhan Terus menunggumu Tobatmu sebab Tuhanmu Tidak meninggalkanmu Tidak juga membencimu. Tuhan Telah Tunjukan Tinta Man pada Mim Termasuk padamu Teori Sujud Lisajidin
Terbakar Tetapi Terawat Tanda Mim pada tanda sujutmu Tidak harus dahi menghitam
Takwa bukan Tawa Tetapi akhir Takwa membuat Tertawa
Tetaplah kau Tinggal di Mim Tunggalnya sujud Lisajidin
Tercium kabar Terdengar berita Tabarukan Teguh hati beristiqomah
Tiada tercerabut Mim dari hati
Tidakkah kau heran Terhadap insan Tuhankan kefaaan
Tetap membatukah hatimu Tetap menulikan Telingamu
Tunggulah Tunggu Tinggal Terkunci mulut
Terbukti Mim menjadi saksi Terbuka berita dari kulitmu Tersedu seluruh anggota Tubuhmu Tertangkap Tangis Teringat Tinggalkan Sujud Lisajidin
Banyuasin, 25 Juni 2021
BUDI RIYOKO AL KUBRO
TAFSIR MIM TERHADAP T
Tahukah kamu siapa pendusta agama?
Tahukah kamu siapa orang yang merugi?
Tahukah kamu siapa orang yang tidak berpikir?
Tahukah kamu siapa orang yang celaka?
Tahukah kamu siapa orang yang beruntung?
Tahukah kamu jalan yang benar?
Yang mendusta agama ya aku, yang merugi ya aku, yang tidak berpikir ya aku, yang celaka ya aku, lho kok Tahu?.
Tahulah kan aku Mas Iku si raja Tipu yang jalannya selalu benar benar keliru
Tapi aku nasihatkan jangan Tiru nanti keluargamu jadi malu
Banyuasin 24 Juni 2021
Budi Riyoko Al Kubro . Pria berkacamata ini dipanggil Kak Bodett, dilahirkan 41 Tahun lalu tepatnya 18 Agustus 1978 di Air Batu. Lajang sehari-harinya berprofesi guru di MA Darul Ulum Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin. Kak Bodett senang nonton wayang kulit, kuda lumping, kartun terutama film Toms and Jerry. . Email:budiriyoko.Whd@gmail.Com. FB: Budi Riyoko. IG: budiwhd No Hp /WA :0821-7892-0445
Bem Harianto
TALANG TANDANG
Talang adalah rumah singgah penduduk musiman
Tempat berteduh kala panen itu datang
Tentang kebun dan pohon kopi
Tikar harapan terbentang lebar pada sebidang lahan
Tanah ini tanah warisan, di
timang pelihara bagai tubuh sendiri
Tumbuh asa petani kopi
Tepat bulan tiga, empat dan lima biji kopi berwarna merah
Tercipta cerita suka cita
Tentang gunung Dempo dan lerengnya
Tentang burung Kecici pulang dan pergi menyuapi anaknya pada ranting kopi
Talang dan kebun kopi
Tempat bertandang muara pengharapan kami
Tangis duka, suka bahagia
Tercermin tandus penghasilan tahun ini
Pagar Alam, 5 Juli 2021
Bem Harianto
VIRUS
Tegak
Tenggelam
Tumbang
Tindih
Tetes peluh
Tebal mengapak perih
Teruk tersungkur
Telah menuju kubur
Pagar Alam, 5 Juni 2021
Agoes Andika, Ask. TUKAD* TERLUPA
A
Agoes Andika, Ask.
TUKAD* TERLUPA
Aku hanyalah pejalan salah arah
menguntit matahari di siang hari
hingga terlewat oleh keriuhan
tanpa traffic light jalan persimpangan
semua usai senyummu terhapus musim
dan aku tertinggal dari langkah yang lain
jalan itu jua mematri mataku
setiap kelokan pertama setelahnya
membangun rinduku pada wajahmu
terhempas atau masih tergenggam erat
dimana sekarang
akupun bertanya pada angin
yang terlewat kabar darimu
rumah tua, juli 2021.
* sungai (nama sebuah jalan)
Agoes Andika, Ask.
TEKA TEKI
Siapa mencipta hujan jika kemarau bermusim
langit tidaklah paham saat tercurah air
meredam debu debu berserakan
matahari tidaklah tahu mengeringkan
saatnya tiba tanah dan jalanan tidak berair
semuanya terkendali olehnya
menjatuhkan dedaunan karma atas hidup
menjalani semua atas lukisan
siapa dan siapa lagi tempat bertanya
hidup ini penuhlah misteri
awal dan akhir juga ada dan tiada
ah
rumah tua, juli 2021.
Agoes Andika, Ask. Lahir di Br. Baleagung Singaraja Bali, 5 maret 1963, anak sulung dari tiga bersaudara. Menulis puisi sejak di bangku SLTP dan berlanjut saat menetap di Mataram tahun 1981, dibimbing oleh Putu Arya Tirtawirya dan Umbu Landu Paranggi. Tahun 1987 pernah diundang membaca puisi di TIM Jakarta bersama penyair tanah air lainnya. Sejak 2017 menetap di Singaraja Bali.
Ali Imron
TENTANG AKU DAN TUAK
Segelas tuak yang ku tenggak
Bukan untuk membuatku tegak
Sekedar lari dari rasa muak
Keadaan masih saja buatku penat
Jangan lekas marahTuhan
Ini minuman tak memabukkan
Apalagi menghilangkan iman
Aku bukan hamba kacangan
Ijinkan aku untuk menikmati
Segelas tuak yang tak seberapa ini
Aku tidak akan mabuk terlebih dahulu
Tenang saja Tuhan, kau tetap di hati
(Pekalongan, 2 juli 2021)