TEKS SULUH


Kamis, 22 Juli 2021

I. MADE SUANTHA: TITIAN : TITIK TEMU TAK TEMU; I Wayan Budiartawan Teman Sejati

 I

I. MADE SUANTHA:


TITIAN : TITIK TEMU TAK TEMU

( 54 tahun jalan tak menemu waktu)


/1/

Titian air  Jejak apa ditinggalkan saat pendakian

   Tangga mengerucut ke bawah. Batas pandangan

dan luas cakrawala

Tempaan langit  Mengudara. Ruang beraksara

Penenun bunga kemesraan

Maha cinta  Rembulan rindu kecupan malam

Terapung pula pada butir embun

Menera dingin. Tadahan bulan sabit

   Tempias air pancuran. Maha dahsyat

pecahkan keras pualam

Matahari menyangga cakrawala

   Di ubun ubun aksara mengakar!


Titian air. Tempuhan menuju relung sukma

Mensenyawa remang rembulan

dan menyempurna dalam segelas air mawar merah

   memyerupa zarah purnama


/2/

Titian udara  Mengapung ke mana jerajak langkah

Udara aksara. Aksara udara pada hembusan

nafas. Menemu di pompaan jantung


Pendakian hampa. Menemu dan tak menemu

adalah rasa. Menyingkap ruang rindu segi 9

   Serabut titian. Penyeberangan maha maut

   Senyawa udara pada susunan kelopak

   mawar, serupa nada nada jiwani

Gending kemesraan. Maha Kasih


   Titian menemu. Titian tak menemu

   di rongga dada menghampa

   Hampa jadi biru langit

adalah ketiadaan AdaMU

dalam pusat pejam: Serah Diri!


/3/

Titian tapak dara. Partitur  aksara  Putaran aksara

kelapangan senyapMu. Di batas mana mengakar

dan menumbuh. Mengembang mekarkan bungaMu

   Mawar merah penadah gerhana

   Putih melati memurnikan matahari

Nafas simpulkan sukma

Upacara sujud. PadaMu mewujud!


Bunga bunga halimun. Selimut kabut  Pelindung

jiwani. Jejak yang nampak menyamar adaNya

   Serupa sujud

   Ada - tak mengada. Menyimak pohon

besar adalah kesenyapan sujud akar

Tak terkira aku padaMu. Maha Sukma


Titian tapak dara setinggi itu menjulang

   Kupukupu biru tertangkap di lubuk waktu

Pengasingan senyap. Perwujud hampa.

Kesendirian tak bertepi!


/4/

Matahari adalah hening nafas. Masuk

   dan keluar tak terduga

Jantung dalam detak sanggaan lafadz

Aku urai Emgkau dalam sujud

Engkau urai aku dalam wujud!


Matahari. Maha Teduh. Jalinan dari pikiran

   dan penyerahan diri  Simpul dari terang

   di bahagian paling gelap pada

        gemerlap cahaya

Maha waktu. Keterasingan dan kesendirian

   menyusupi perjalanan pada mekar

   mahkota padma

Setegar mawar. Setenang melati

Pohon takwa tumbuh di setiap hirup

       hembusan nafas!


Rembulan memandang matahari

Di luas telapak tangan. Titian untuk menuju

   tidak ke mana dan di mana

   Mengada untuk mengawali sekaligus

   mengakhiri lintas lautan waktu

Jukung laju. Lajuan jukung berlayar di lubuk hati


/5/

Titian selimut kabut. Melebur dalam hampa

Pemdakian tertinggi adalah menyusuri

   dasar dasar perjalanan awalku memujuMu

   Tak berdasar mata angin

   Tak tersampai di telapak tangan beraksara

   Mewujud sujud!


Rumah gerhana. Titian matahari. Membiru

   kabut cakrawala

   Jalan seindah bianglala. Teduhan hujan

   Jalan seumur sujudku. Suara beraksara

Mengembara dalam pejam. Mengurai hampa


Rumah gerhana. Altar. Sujud dan persembahan

Penyusuran sukma. Paduka Maha Sukma

   Menyimpul kosong

   Simpul MahaMu


   Rumah sukma hening

   Rembulan semerah mawar merah

   Sebening melati Sang Maha Matahari

Matahati titian

Suluk titian. Pencapaian adalah penempuhan

   Maha Hening

   Jalan tak bernampak di kalbu


Jarak ubun ubun ke tinggi cakrawala

   Noktah sedekat sujud lafadz

   Selingkar zarah serah diri!

Sipta Umadika, 24 Juni 2021





















I Wayan Budiartawan


Teman Sejati


Seraut wajah manis bersahaja

Kukenal saat pemilihan pelajar teladan

Ni Nyoman Wangi sungguh mempesona

Remaja puteri yang tumbuh menjelang dewasa


Ni Nyoman Wangi aku kagumi

Dia memberi aku perhatian setulusnya

Aku dengan dia mulai saling mengenal

Masing-masing menyukai hal yang sama


Dia seorang gadis asal Desa Tista

Seorang bunga di mata diriku

Dia membuka perasaannya padaku

Getaran sukma pelan-pelan merambat


Teman sejati ketika dilanda kesusahan

Waktu bergulir tahun demi tahun

Persahabatanku dengan dia tetap abadi

Bulan malam bersinar syahdu menjadi saksi


I Wayan Budiartawan, Pegiat Hindu Bali. Pernah kursus wartawan  di Pura Cimahi, Bandung.Menulis di internet sejak 2011