I
I. MADE SUANTHA:
TITIAN : TITIK TEMU TAK TEMU
( 54 tahun jalan tak menemu waktu)
/1/
Titian air Jejak apa ditinggalkan saat pendakian
Tangga mengerucut ke bawah. Batas pandangan
dan luas cakrawala
Tempaan langit Mengudara. Ruang beraksara
Penenun bunga kemesraan
Maha cinta Rembulan rindu kecupan malam
Terapung pula pada butir embun
Menera dingin. Tadahan bulan sabit
Tempias air pancuran. Maha dahsyat
pecahkan keras pualam
Matahari menyangga cakrawala
Di ubun ubun aksara mengakar!
Titian air. Tempuhan menuju relung sukma
Mensenyawa remang rembulan
dan menyempurna dalam segelas air mawar merah
memyerupa zarah purnama
/2/
Titian udara Mengapung ke mana jerajak langkah
Udara aksara. Aksara udara pada hembusan
nafas. Menemu di pompaan jantung
Pendakian hampa. Menemu dan tak menemu
adalah rasa. Menyingkap ruang rindu segi 9
Serabut titian. Penyeberangan maha maut
Senyawa udara pada susunan kelopak
mawar, serupa nada nada jiwani
Gending kemesraan. Maha Kasih
Titian menemu. Titian tak menemu
di rongga dada menghampa
Hampa jadi biru langit
adalah ketiadaan AdaMU
dalam pusat pejam: Serah Diri!
/3/
Titian tapak dara. Partitur aksara Putaran aksara
kelapangan senyapMu. Di batas mana mengakar
dan menumbuh. Mengembang mekarkan bungaMu
Mawar merah penadah gerhana
Putih melati memurnikan matahari
Nafas simpulkan sukma
Upacara sujud. PadaMu mewujud!
Bunga bunga halimun. Selimut kabut Pelindung
jiwani. Jejak yang nampak menyamar adaNya
Serupa sujud
Ada - tak mengada. Menyimak pohon
besar adalah kesenyapan sujud akar
Tak terkira aku padaMu. Maha Sukma
Titian tapak dara setinggi itu menjulang
Kupukupu biru tertangkap di lubuk waktu
Pengasingan senyap. Perwujud hampa.
Kesendirian tak bertepi!
/4/
Matahari adalah hening nafas. Masuk
dan keluar tak terduga
Jantung dalam detak sanggaan lafadz
Aku urai Emgkau dalam sujud
Engkau urai aku dalam wujud!
Matahari. Maha Teduh. Jalinan dari pikiran
dan penyerahan diri Simpul dari terang
di bahagian paling gelap pada
gemerlap cahaya
Maha waktu. Keterasingan dan kesendirian
menyusupi perjalanan pada mekar
mahkota padma
Setegar mawar. Setenang melati
Pohon takwa tumbuh di setiap hirup
hembusan nafas!
Rembulan memandang matahari
Di luas telapak tangan. Titian untuk menuju
tidak ke mana dan di mana
Mengada untuk mengawali sekaligus
mengakhiri lintas lautan waktu
Jukung laju. Lajuan jukung berlayar di lubuk hati
/5/
Titian selimut kabut. Melebur dalam hampa
Pemdakian tertinggi adalah menyusuri
dasar dasar perjalanan awalku memujuMu
Tak berdasar mata angin
Tak tersampai di telapak tangan beraksara
Mewujud sujud!
Rumah gerhana. Titian matahari. Membiru
kabut cakrawala
Jalan seindah bianglala. Teduhan hujan
Jalan seumur sujudku. Suara beraksara
Mengembara dalam pejam. Mengurai hampa
Rumah gerhana. Altar. Sujud dan persembahan
Penyusuran sukma. Paduka Maha Sukma
Menyimpul kosong
Simpul MahaMu
Rumah sukma hening
Rembulan semerah mawar merah
Sebening melati Sang Maha Matahari
Matahati titian
Suluk titian. Pencapaian adalah penempuhan
Maha Hening
Jalan tak bernampak di kalbu
Jarak ubun ubun ke tinggi cakrawala
Noktah sedekat sujud lafadz
Selingkar zarah serah diri!
Sipta Umadika, 24 Juni 2021
I Wayan Budiartawan
Teman Sejati
Seraut wajah manis bersahaja
Kukenal saat pemilihan pelajar teladan
Ni Nyoman Wangi sungguh mempesona
Remaja puteri yang tumbuh menjelang dewasa
Ni Nyoman Wangi aku kagumi
Dia memberi aku perhatian setulusnya
Aku dengan dia mulai saling mengenal
Masing-masing menyukai hal yang sama
Dia seorang gadis asal Desa Tista
Seorang bunga di mata diriku
Dia membuka perasaannya padaku
Getaran sukma pelan-pelan merambat
Teman sejati ketika dilanda kesusahan
Waktu bergulir tahun demi tahun
Persahabatanku dengan dia tetap abadi
Bulan malam bersinar syahdu menjadi saksi
I Wayan Budiartawan, Pegiat Hindu Bali. Pernah kursus wartawan di Pura Cimahi, Bandung.Menulis di internet sejak 2011