TEKS SULUH


Kamis, 22 Juli 2021

Setyo Widodo SURUT BERSAMA REDUP LENTERA; Sulistyo Sore Ini Masih Hujan

 S

Setyo Widodo


SURUT BERSAMA REDUP LENTERA

: DON

Aroma bubur kacang ijo di sudut Mahatani

kembali menyengat. Rasa yang manis menjadi hambar pada tegukan terakhir. Di punggung kimia

organik kita berbagi roti tawar

tidak setangkup tapi selembar,

pengganjal ketegangan yang akan menemani

praktikum titrasi

Don, setiap bercengkerama engkau

selalu menyanggah

aku marah

engkau mengalah

begitu yang berlaku. Katamu, sebaik itu

toh karmaku tak aku tahu.

Don, kereta pasti berhenti terparkir di ujung jalan masing-masing, tanpa kusir

tak ada yang sanggup mengusir

namun yang kini terjadi, kereta itu

berlompatan dan zigzag menjemput yang tak terkira

Kau sering menjadi lentera. Sering tetiba menyala, lalu tak kaujaga

membiarkan yang ada membaca bait-baitNya

Seperti yang kali ini

aroma kacang ijo menari-nari di lorong

kimia. Lalu surut bersama redup lentera

dengan lenggang ringan kau menapaki

lorongnya menuju kereta

Bogor 05 Juli 2021/07.59AM


Sulistyo 


Ada Cerita Apa Pagi Ini?


ada cerita apa pagi ini?

hujan belum berhenti 

dan kau menungguku 

melanjutkan cerita yang terpenggal dini hari tadi 

kekasihmu pergi menitipkan satu sloki air mata untuk kau nikmati saat rindumu tak terbendung esok nanti 


tak ada cerita pagi ini

tak usah kuceritakan tentang puisiku yang lama hilang tersesat labirin pagi 

ia pergi dan tak ada kenangan yang perlu disesali 

biarkan ia menyudahi episode hari-hari tanpa harus berkemas menyiapkan alas kaki 


ya, cukup sampai di sini 

tak ada cerita pagi ini 

(19.06.2021)














Sulistyo 


Sore Ini Masih Hujan


aku tak bisa mengunjungimu, sayang 

sore ini hujan deras dan angin kencang 

tunggu sampai tengah malam 

mungkin tak ada lagi hujan 

aku akan datang diam-diam menyusup jendela kamar 

tunggu aku jangan pejamkan matamu dulu 

akan kuajak kau bertamasya mengelilingi bulan bundar dan bercilukba di kerlip bintang-bintang


(23.06.2021)




Sulistyo , Lahir dan besar di Kudus. Menyukai apapun tentang seni dan sastra. Puisi-puisinya tergabung di beberapa antologi bersama dan beberapa antologi tunggal.








Suyanik


T

 

Tanpamu

Tampan itu rupamu

Terhanyut aku dalam melodi cintamu

Terkekang dalam jaringan nadimu

Terkenang bagaimana kau

Tampakkak cakar-cakarmu menguasai

Terbabat habis menggelanggang jatuh

Tidakkah kau ingat

Tatkala kau lumatkan dinding-dinding pembatas dengan rayu dan cumbumu atas nama cinta

Terjatuh dalam pelukan asmara yang kau terabas pembatas tanpa mengenal pantas

Terasa hanya kau dan aku tiada lainnya

Tersadar apa yang kau lakukan?

Teriak!

Tidak!

Terbungkam rapi karena nama baik

Tidakkah kau ingat lagi itu, bagaimana perjuanganmu untuk.mendapatkanku hingga akhirnya aku ....

Terjatuh begitu dalam

Terperosok pada ikatan cinta terlarang

Tanpamu lagi

Gresik, 26 Juni 2021