H
Hasan Bisri BFC
T
#T
#Tahukan engkau apakah itu T?
#T adalah awal mula ada sebelum lainnya
#tiada t selain T
#tempat bergantung segala di alam semesta
#terangnya ada pada bulan, pada matahari, pada bumi
#tenteram dan teduh dalam pangkuannya
#tambatkan kepalan hatimu, gumpalan benakmu, juga geraklangkahmu, sebab
#tujuan akhir keberadaan adalah memenuhi panggilannya
#Tahukan engkau siapa itu T?
#T adalah Zat yang Maha Tahu
#tampungan segala kesah, rindu, takut dan harapan
#T adalah teka teki abadi dan pada hati segalanya terbuka
Bogor, 17 Juli 2021
Hasan Bisri BFC
T
ting!
terpelanting aku pada ketiadaan
tanpa kata kata
tersisih dari tubuh semesta
tak ada arti
tak ada bunyi
tak ada eksistensi
tiuuuung!
tergulung gulung
terguling guling
tanah!!
tempatnya
tak kena;l
temaran dan silam waktu!
Bogor, 17 Juli 2021
Heru Patria
TOLOL
Tuan tolong tunjukkan
Tempat tujuan tuk temukan tambatan
Tarian tulus tambahkan terapis
Tanpa Tuhan tibalah tragis
Tapi tuan torehkan tulisan tipis
Tentang tanda tanya ternoda
Tangguhkan tuduhan tatkala tragedi tiba
Tebarkan tawa termanis tuk tepis tangis
Tolol
Tunjukkan taqwa tanpa tuntunan
Tiada teman titip taruhan
Topeng-topeng terlaknat terbahak
Tertawakan Tuhan tuangkan tuak
Tetes-tetes terhina tunduk
Tampilkan tingkah tolol
Tanggalkan tupoksi
Tipu toleransi
Tandas!
Blitar, 4 Juli 2021
Heru Patria
IT AT UT OT ET
Hamparan langit, hujan menjerit, penuhi parit
Kemarau berkelit, riuh terbelit, didera sakit
Hidup makin sulit, dunia serasa sempit
Pandemi covid, terus melilit
Di mana tempat, temukan obat, tanpa dirawat
Jiwa-jiwa penat, nyaris sekarat, menjadi mayat
Tanpa istirahat, nakes berbuat, pasien selamat
Tanpa adat, orang menghujat, tak tahu akibat
Harusnya masyarakat, pada taubat, sebelum kiamat
Jadilah umat, pembawa manfaat, sebelum terjerat
Kondisi darurat, patuhi amanat, tanpa mendebat
Mari bermunajat, minta sehat
Sebab maut, bisa menjemput, sebelum larut
Bumi mengkerut, carut marut, penuh kabut
Matahari berselimut, makin keriput, manusia kalut
Enggan menurut, tanpa patut, saling rebut
Kesehatan merosot, banyak bacot, adu otot
Otak robot, tanpa bobot, lakukan boikot
Pemikiran reot, seperti tikus got, saling cokot
Bikin repot, layaknya nenek peot, minum dot
Kalau sudah kepepet, bisanya cuma melet
Langkah menyeret, seperti babi ngepet
Menahan mencret, nama tercoret
Jangan kudet, tiup saja terompet
Tet tet tet!
Blitar, 4-7-2021
HERU PATRIA. Adalah nama pena dari Heru Waluyo, seorang guru Sekolah Dasar di Kec. Wlingi Kab. Blitar Jawa Timur. Penulis yang beralamat di Bogangin RT.01 RW.06 Kel. Bajang Kec. Talun Kab. Blitar ini juga merupakan mentor menulis novel dan cerpen di FLP Blitar dan Grup Temu Penulis Blitar. Penyuka baca puisi ini juga sering mengisi materi literasi di berbagai grup kepenulisan grub FB dan WA. Untuk komunikasi silakan kontak di nomor 0857 8414 5106 atau FB : @Heru Patria, IG : heru.patria.54, Twitter : @HERUPATRIA3 bisa juga via email di heruwaluyo538@yahoo.co.id atau herupatria9@gmail.com. Ia telah menghasilkan 28 novel, 2 buku kumpulan puisi, 14 buku kumpulan cerpen. Novel terbarunya berjudul DALBO Basa Basi Bumi sedang proses terbit di elexmedia. Beberapa puisinya dimuat dalam buku antologi, di antaranya : Antologi Tanah Air Puisi (Hari Puisi Indonesia), antologi Corona (Lumbung Puisi), antologi Wong Kenthir (Lumbung Puisi), antologi ASU (Lumbung Puisi), Tadarus Puisi V (Lumbung Puisi)
Hasani Hamzah
TELOLET
Setiap hari di tepi jalan itu
Anak-anak dengan wajah penuh haru
Leher memanjang seperti bangau
Tangan-tangan terjulur melambai
Bukan pengemis bukan jambret
Yang mereka pinta hanya telolet
Om telolet, om! Telolet! Telolet!
Serunya kepada setiap bus yang lewat
Om telolet, om! Telolet! Telolet!
Telolet bukan uang. Bukan uang tapi telolet
Bunyi telolet merdu di telinga
Bagai suara seruling merasuk sukma
Bus-bus berlalu, telolet lenyap seketika
Ditelan gemuruh dan amuk prahara
Hampa suara-suara dalam jeritan panjang
Jalanan lengang duka menghadang
Dunia kini bertambah sepi
Berganti kabar orang-orang mati
Sejak pagebluk melanda negeri
Suara telolet lama tak terdengar lagi
Sumenep, 23 Juni 2021
Hasani Hamzah
TIK TOK
Aku mendengar suara, memukul-mukul jendela. Seperti suara angin dan hujan
Sedang di sudut lain bermunculan
Berjuta sumber suara yang entah dari mana
Merambat dan bergelombang
Waktu berdentang, hening ditikam denting
Memekik dalam sunyi. Juga bernyanyi
Gelak dan tawa, seperti orang bercanda
Cekakak cekikik, dalam diam mengusik
Bergema di kejauhan
Sedang di sini riuh dan gaduh bergemuruh
Suara ini suara itu selalu tak henti-henti
Bertalu-talu bagai tambur, seperti orang bertempur. Menghentak dan meledak-ledak
Bagai sambaran geledek
Nenek gaptek lelet terkaget-kaget
Mendengar bunyi gadget
Bunyi apa, suara siapa. Terkekeh-kekeh
Weleh! Weleh!
Tak peduli malam atau siang
Suara-suara bersenandung riang
Bersemayam dalam diam
Membayang rupa yang tak kenal siapa
Dan entah dari mana
Hanya suara-suara dari berjuta sumber suara
Memenuhi jagat maya, merasuki jiwa-jiwa manusia
Sumenep, 19 Juli 2021
HASANI HAMZAH, lahir di Sumenep pada 16 Agustus 1974. Aktif di sastra cyber dan terlibat dalam beberap antologi bersama. Selain menulis, ayah dari Ega Novela Indah Nian ini juga menjadi penggiat sastra dan budaya di kampung halamannya. Bagi yang mau berkenalan dapat menghubungi nomor WatsApp (0812 4957 2614) atau Email hasanihamzah1@gmail.com