TEKS SULUH


Selasa, 07 Januari 2014

Ali Syamsudin Arsi (007)

Ali Syamsudin Arsi
MONUMEN KATA

anak-anak riang ceria melingkari alas kaki monumen minggu pagi
ini untuk yang kesekian kali datang ke mari
berkali-kali untuk coba memahami, apa semua arti

ada tiang lurus tegak berdiri ada juntai tali ada jerat di ujung sendi kaki;
kaki seorang lelaki kemeja setengah rapi

lelaki bergelantung;  kepala di bawah, di atas kaki dalam sekap
jerat untai tali dengan tatap mata yang tajam mencoba lanjutkan
rangkai kata-kata “ di sini, di tanah subur ini, kata-kata kehilangan ...

anak-anak riang ceria melingkari alas kaki monumen minggu pagi
ini untuk yang kesekian kali datang ke mari
berkali-kali untuk coba memahami, apa semua arti

berlembar kertas sebagai alas tepat jumpa ujung mata pena
anak-anak mencoba berani dekatkan tubuh mereka
“Sungguh unik bentuknya, pasti banyak kandungan cerita,”
terdengar kata dari mereka, “Hebat !! Dia bisa menulis seraya badan terbalik
seperti pemain sirkus yang pernah aku saksikan di tengah-tengah keramaian saat musim libur tiba, sungguh,  dia sungguh-sungguh hebat,” salah seorang anak
berseru kepada teman-temannya, yang lain hanya diam tak bersuara,
bingung, dan tak paham, sungguh tak paham
atau lebih tepatnya
belum paham:
tiang lurus tegak berdiri ada juntai tali jerat di ujung sendi kaki;
kaki seorang lelaki dengan kemeja setengah rapi

“Getirkah,” ucap yang lain tiba-tiba

/asa, banjarbaru, januari 2014



Ali Syamsudin Arsi
PERPUSTAKAAN GERIMIS

Gerimis mengejar kita tanpa menghiraukan nafas tertahan antara batu kerikil dan udara keruh tak bersahabat tak ada yang meluruskan bahkan semua selalu ingin meluruhkan selalu ingin memporakpondakan di bumi tanpa catatan tertulis karena semua tersimpan dalam ingatan dari banyaknya ucapan langsung kini terasa apa tentang tanda-tanda gerimis mengejar di kalungan duri dari ragam bunga atas nama keterpurukan tanah pijak ini selayaknya sudah mencoba laju deru gerimis pun membeku, mencoba beku

/asa, banjarbaru, januari 2014

























Ali Syamsudin Arsi
DAUN-DAUN DI JENDELA PERPUSTAKAAN GERIMIS

Daun-daun melintas dalam deru – sang waktu – tipis senyum bibirmu kelu setelah percintaan kita di hamparan debu-debu – dosa turun di daun jendela – ada libasan bayang-bayang ketika orang-orang berduyun di belakang berebut saling mencengkeram denga jari-jari tajam – kami hilang catatan – negeri ini semakin menuju arah ke curam-curam ketika tebing dengan setia menelentangkan tubuhnya atas keluh dan semua macam resahnya retak-retak embun sampai pecah-pecah cuaca, retak embun dan pecah cuaca

/asa, banjarbaru, januari 2014

















Ali Syamsudin Arsi
PATUNG TANDA TANGAN

Sebagai patung tentu saja ia tak dapat berbuat apa-apa ia hanyalah sebuah tanda tangan menempel di selembar kertas walau kita sangatlah paham bahwa dengan tanda tangan itu pula perjalanan sebuah peristiwa ke peristiwa lainnya sangat ditentukan oleh adanya tanda tangan sebab bila tidak dengan tanda tangan maka betapa sulitnya peristiwa itu terjadi betapa rumitnya agenda itu terjkadi ini bukan tanda tangan biasa karena ini sebuah tanda tangan yang diabadikan untuk sebuah catatan sejarah besar sebuah bangsa besar karena ada peristiwa besar di balik patung tanda tangan tersebut

Boleh jadi sebab sebuah tanda tangan itu maka tidaklah aneh si pemilik tanda tangan dengan lemas gontai dan tak punya semangat melangkahkan kakinya memasuki pintu jeruji berkunci dan tak bisa lari

Tak aneh bila di balik tanda tangan itu sebenarnya penulis tak pernah melakukan apa yang semua dituduhkan kepadanya tetapi karena ada tanda tangan itu maka tak bisa mengelak walau rekan lain di luar  ketok palu tertawa berbahak-bahak

Patung tanda tangan itu telah mengubah segalanya, telah mengubah arah perjalanan sebuah negeri dengan melakukan perampasan terhadap catatan sejarah

/asa, banjarbaru, januari 2014









Ali Syamsudin Arsi
MONUMEN ANGKA DI PERPUSTAKAAN GERIMIS

Angka-angka telah kita tangkap – sebelumnya mereka berhamburan, bergelantungan, bahkan berserak di hamparan-hamparan – di saat mereka bergerak ke semua arah tak bertujuan begitu cepat; angka-angka bertubrukan saling sikut saling kunyah saling cambuk, angka kecil berkelindan mengarahkan dirinya kepada tarik-menarik di kepung-kepung duri, angka besar semakin tak mau mengerti bahkan menengok pun enggan, tak ada kepedulian atas jerit dan runtuhnya batu bata monumennya sendiri, angka-angka saling tikam

/asa, banjarbaru, januari 2014
















Biodata penulis

Ali Syamsudin Arsi lahir di Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalimantan Selatan. Kini tinggal di kota Banjarbaru, Prov. Kalsel. Pendiri dan Ketua Forum Taman Hati, diskusi sastra dan lingkungan, bersama M. Rifani Djamhari. Pendiri dan Pembina Sanggar Sastra Satu Satu Banjarbaru.
Menerbitkan 4 buku ‘Gumam Asa’ yang berjudul:  1. Negeri Benang Pada Sekeping Papan (Tahura Media, Banjarmasin, Januari 2009).  2. Tubuh di Hutan Hutan (Tahura Media, Banjarmasin, Desember 2009). 3. Istana Daun Retak (Framepublishing, Yogyakarta, April 2010). 4. Bungkam Mata Gergaji (Framepublishing, Yogyakarta, Februari 2011). Menerbitkan buku kumpulan esai tentang Aruh Sastra Kalimantan Selatan (buku kumpulan esai bersama rekan-rekan: HE. Benyamine, Arsyad Indradi, Harie Insani Putra, Farurraji Asmuni, Tajuddin Noor Ganie): 1.Gagasan Besar, himpunan tulisan Aruh Sastra Kalimantan Selatan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru, September, 2011). Buku puisi pribadi yang telah diterbitkan: 1. ASA (1986), 2. Seribu Ranting Satu Daun (1987), 3. Tafsir Rindu (1989 dan 2005), 4. Anak Bawang (2004), 5. Bayang-bayang Hilang (2004), 6. Pesan Luka Indonesiaku (2005), 7. Bukit-bukit Retak (2006).
Buku kumpulan puisi bersama, di Kalsel, yaitu:  1. Banjarmasin (1986), 2. Bias Puisi dalam Al-Qur’an (1987), 3. Banjarmasin dalam Puisi (1987), 4. Festival Poeisi se-Kalimantan (1992), 5. Jendela Tanah Air (1995), 6. Tamu Malam (1996), 7. Kesaksian (1998), 8. Wasi (1999), 9. Bahana (2002), 10. Narasi Matahari (2002), 11. Refortase (2004), 12. Dimensi (2005), 13. Taman Banjarbaru (2005), 14. 142 Penyair Menuju Bulan (2006), 15. Seribu Sungai Paris Berantai (2006), 16. Ronce Bunga-bunga Mekar (2007), 17. Tarian Cahaya di Bumi Sanggam (2008), 18. Bertahan di Bukit Akhir (2008), 19. Menyampir Bumi Leluhur (2010), 20. Kambang Rampai, puisi anak banua (2010) 21. Seloka Bisu Batu Benawa (2011), 21. Bentara Bagang (KSI Tanah Bumbu, 2012). Tadarus Rembulan (ASKS, 2013).
Buku-buku terbitan di luar Kalsel, adalah: 1.Ragam Jejak Sunyi Tsunami (Medan, 2005), 2. Komunitas Sastra Indonesia, catatan perjalanan (Kudus, 2008), 3. Kenduri Puisi, buah hati untuk Diah Hadaning (Yogyakarta, 2008), 4. Tanah Pilih (Jambi, 2008), 5. Pedas Lada Pasir Kuarsa (Bangka Belitung, 2009), 6. Mengalir di Oase (Tangerang Selatan, 2010), 7. Percakapan Lingua Franca (Tanjung Pinang, Kepri, 2010), 8. Beranda Senja, setengah abad Dimas Arika Mihardja (Jakarta, 2010), 9. Senja di Batas Kata, beranda rumah cinta (Bengkel Puisi Swadaya Mandiri Jambi, 2011), 10. Kalimantan dalam Puisi Indonesia (Panitia Dialog Borneo-Kalimantan XI, Samarinda Kalimantan Timur (2011), 11. Kalimantan dalam Prosa Indonesia (Panitia Dialog Borneo-Kalimantan XI, Samarinda, Kalimantan Timur 2011), 12.  Akulah Musi (Palembang, 2011). 13. Sauk Seloko (Jambi, 2013), 14. Puisi Menolak Korupsi (Forum Sastra Surakarta, 2013), 15. Kepada Sahabat (Dewan Bahasa dan Pustaka, Cawangan Sabah, 2013). 16. Indonesia dalam Titik 13 (Penyair Lintas Daerah Indonesia, 2013), 17. Senandung Syair Cinta (Cilacap, 2A Dream Publishing, September 2013), 18. Puisi Menolak Korupsi  2a (Forum Sastra Surakarta, 2013). 19. Puisi buat Gus Dur “Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel” (Dewan Kesenian Kudus, Agustus, 2013). 20. “Dari Bumi Yang Sama” Kado puisi bagi Thomas Budi Santoso, Penyunting : Yudhi Ms, Penerbit: Pustaka KPK, Mlatikidul Gang Nyai Dasimah 6, Kudus, cet 1, Oktober 2013. “Tifa Nusantara” bunga rampai puisi dan kreasi cerita rakyat (temu karya sastrawan nusantara , desember 2013= 70 tahun  Kabupaten Tangerang)
  Sebagai editor pada buku-buku: 1. Bahana (Kilang Sastra Batu Karaha, Banjarbaru, 2002), 2. Darah Penanda, antologi pemenang lomba cipta puisi dan cerpen (Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2008), 3. Taman Banjarbaru (Forum Taman Hati, Banjarbaru, 2005), 4. Di Jari Manismu Ada Rindu (Kumpulan puisi Hamami Adaby, 2008), 5. Bertahan di Bukit Akhir (Kumpulan puisi penulis Hulu Sungai Tengah, 2008), 6. Bunga-bunga Lentera (Kumpulan puisi siswa SD dan SMP seKota Banjarbaru, 2009), 7. Tugu Bundaran Kota (Kumpulan puisi, cerpen dan dramatisasi puisi siswa SD dan SMP Kota Banjarbaru, 2010), 8. Badai 2011 (kumpulan sajak mutiara Hamami Adaby, 2011), 9. Pendulang, Hutan Pinus, dan Hujan (kumpulan puisi Sastrawan Kalsel : Ahmad Fahrawi dan M. Rifani Djamhari, 2011).
Menerbitkan buku kumpulan cerpen “Menolak Bayang” (September, 2013). Tulisan berupa pengantar diskusi Malam Sabtu sekali sebulan di Pustarda Kota Banjarbaru berjudu “Cung !!!”, Oktober 2013. Menerbitkan buku “Gumam Desau dan Esai” Desember 2013, buku berisi sebuah gumam panjang; kumpulan esai-esai Ali Syamsudin Arsi; dan esai-esai berupa tanggapan rekan penulis-penulis lain tentang Gumam Asa (ada 13 tulisan).
 Tahun 1999 menerima hadiah sastra dari Bupati Kabupaten Kotabaru.  Tahun 2005 menerima hadiah seni bidang sastra dari Gubernur Kalimantan Selatan. Tahun 2007 menerima hadiah sastra bidang puisi dari Kepala Balai Bahasa Banjarmasin. Tahun 2012 menerima penghargaan pada acara Tadarus Puisi & Silaturrahmi Sastra, Pemerintah Kota Banjarbaru melalui Dinas Pariwisata, Budaya dan Olah Raga.
Alamat rumah: Jalan Perak Ujung nomor 16, Loktabat Utara, Banjarbaru, 70712.  Hp : 081351696235