TEKS SULUH


Sabtu, 04 Januari 2014

Antologi Bersama sebagai Dokumentasi Sastra Nasional

Antologi Bersama 

oleh RgBagus Warsono

Antologi Bersama dapat menjadi sebuah dokumen sastra yang bersifat nasional dan memenuhi banyak pembaca serta menjadi bahan rujukan. Sebagai contoh Antologi puisi yang ditulis oleh banyak penyair dari berbagai penjuru Tanah Air akan mampu menembus pembaca hingga jutaan manusia. Buku terkini Antologi puisi Menolak Korupsi 2013 kurang lebih ditulis oleh 260 penyair Indonesia dan Buku Tifa Penyair Nusantara 2013 ditulis oleh 116 penyair Indonesia ditaksir telah menembus angka 500.000 pembaca. Jika setiap penyair memiliki keluarga, teman, fans, dan anak asuh sastra di sanggar saja maka setiap penyair mambawa 200 pembaca buku tersebut. Maka buku antologi-bersama akan menembus puluhan ribu pembaca. 
Sengaja penulis tidak menghitung buku yang dicetak. Menghitung pembaca dari buku yang dicetak akan sulit ditaksir. Kecuali buku tersebut telah terjual dan menjadi best seller. Ini juga dengan menggunakan prinsip buku yang terjual pasti dibaca pembelinya meskipun tidak semua pembeli buku membaca buku yang dibelinya sampai tamat.
Keunggulan buku antologi-bersama secara geografis terkadang memenuhi keterwakilan publik di suatu daerah. Hal demikian dikarenakan sastrawan biasanya merupakan tokoh masyarakat di daerahnya. Semakin banyak keterwakilan sastrawan dari berbagai daerah , bahkan daerah terpencil maka semakin banyak jumlah pembacanya.
Antologi bersama sangat menguntungkan nama penyairnya dikarenakan melalui buku itu masing-masing dikenalkan kepada penyair lainnya dalam buku itu. Yang sudah populair akan semakin dikenal masyarakat dan yang baru meniti tangga mulai dikenalkan lewat karya dalam buku itu.
Antologi yang demikian menjadi Antologi puisi yang berstandar nasional pada ukuran pembaca. Demikian karena ukuran kelayakan sebuah buku adalah layak dibaca dan pernah dibaca. Contoh saja misalnya dalam lomba perpustakaan, ukuran keberhasilan adalah pembaca. Terbiasa sekali juri lomba perpustakaan mengukur jumlah pengunjung sebagai faktor utama, bukan gedung dan bukan bukunya yang tebal-tebal dan mahal.
Antologi bersama memerlukan standar isi agar bermutu. Karenanya perlu menampilkan team penyeleksi puisi peserta antologi. Bukan peserta antologi tetapi karya peserta itu. Jadi dua hal penting antologi bersama yakni pembaca dan puisi peserta antologi.
Hal pembaca sastra Indonesia kebanyakan didominasi pelajar dan mahasiswa pada status sosial lain masih demikain rendah. Menempati uriutan kedua adalah pendidik. Pembaca sastra Indonesia banyak dimotori/digelorakan oleh para pendidik itu kepada siswa dan mahasiswanya. Andai saja mereka turut membatu karya sastrawan, maka pembaca sastra Indonesia akan meningkat, sebab sepertiga jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak dan remaja!
rgbaguswarsono, 5-1-14