Sarapan Pagi:
Hari Aksara 8 September diperingati oleh dunia internasional sebagai pengakuan makhluk bumi terhadap aksara sebagai alat perkembangan budaya makhluk bumi yang berkembang. jasa yang sangat besar bagi pencipta dan pengembang aksara hingga manusia bumi seperti sekarang ini. Hari Aksara milik semua manusia dan wajar diperingati bahkan oleh dunia Internasional dimanapun negara. Hubungannya aksara tidak hanya pemberantasan buta aksara tetapi juga pengembangan dan gerakan gemar membaca. Hubungannya dengan gemar membaca ini tempatnya penyair/penulis/ sastrawan ambil bagian dalam hal keaksaraan ini. Namun sayang pemerintah tidak menaruh simpati terhadap peran sastrawan / penulis padahal dari merekalah bacaan pengetahuan di peroleh. Kini aksara telah memasyaraakat pada penderita tuna netra, tuna rungu, dan tuna wicara. Mereka pemilik tuna netra, tuna wicara, dan tuna rungu juga membutuhkan bacaan segar dari para sastrawan. Bukan tidak mungkin karya sastra kelak akan diterjemahkan dalam tulisan braille dan sebagainya agar dapat memperluas medan baca masyarakat. Semoga harapannya sastrawan mampu berbuat dan pemerintah yang dalam hal ini bertanggung jawab terhadap kemajuan sumber daya manusia memperhatikan peran penulis dan sastrawan Indonesia. Semoga. (rg bagus warsono 3-9-17)
Hari Aksara 8 September diperingati oleh dunia internasional sebagai pengakuan makhluk bumi terhadap aksara sebagai alat perkembangan budaya makhluk bumi yang berkembang. jasa yang sangat besar bagi pencipta dan pengembang aksara hingga manusia bumi seperti sekarang ini. Hari Aksara milik semua manusia dan wajar diperingati bahkan oleh dunia Internasional dimanapun negara. Hubungannya aksara tidak hanya pemberantasan buta aksara tetapi juga pengembangan dan gerakan gemar membaca. Hubungannya dengan gemar membaca ini tempatnya penyair/penulis/ sastrawan ambil bagian dalam hal keaksaraan ini. Namun sayang pemerintah tidak menaruh simpati terhadap peran sastrawan / penulis padahal dari merekalah bacaan pengetahuan di peroleh. Kini aksara telah memasyaraakat pada penderita tuna netra, tuna rungu, dan tuna wicara. Mereka pemilik tuna netra, tuna wicara, dan tuna rungu juga membutuhkan bacaan segar dari para sastrawan. Bukan tidak mungkin karya sastra kelak akan diterjemahkan dalam tulisan braille dan sebagainya agar dapat memperluas medan baca masyarakat. Semoga harapannya sastrawan mampu berbuat dan pemerintah yang dalam hal ini bertanggung jawab terhadap kemajuan sumber daya manusia memperhatikan peran penulis dan sastrawan Indonesia. Semoga. (rg bagus warsono 3-9-17)