TEKS SULUH


Jumat, 15 September 2017

Sorotan Puisi Iwan Dartha

Seorang kurator harus dapat menangkap makna terkandung dalam puisi. bahasa puisi yang bernyawa membuat puisi itu menari-nari dengan tafsir pembaca yang berbeda. Dia bermain kata, dengan alur dan ironi bahasa, sebuah suguhabn bagi dewasa tentunya. Pahit, manis adalah kata-kata padat bagi apresiasi, tetapi Iwan Dartha menyuguhkannya dengan ringan sehingga enak dibaca. sebuah puisi hebat yang mewarnai antologi Kita Dijajah lagi.

Iwan Dartha
                                                         KopiPahit

Lebih besar harapan daripada bukti-bukti
dua teguk pertama cukup sadari rasa kopi
ada bayangan merdeka dalam kepul nyali
Tebarkan gula-gula seusai kau tumbuk palu
rumput hijau kau arit dengan retorika palsu
sampah busuk kau pungut tanpa rasa malu
Kopi pahitku lebih manis daripada gulamu
saat pesta meriah sublimasi ambiguitasmu
Menarik arakan awan kelabu menghangati
setiap rasa merasuki kepercayaan dirimu
Warna tertepis mengabaikan asa sendimu
Kopi pahitku selalu memaniskan sukmaku
Dunia telah mencintai madu seperti aku juga
Tapi secangkir kopi pahitku dibanding madu
lebih manis daripada madu bunga-bunga liar
Engkau tersenyum puas ketika kini menikmati
kopiku pahit kau minum tak sadar rasa pahit
dan sampai kini kau mengingat kopi pahitku
Kuberhenti bertanya sambil hirup kopi pahitku
senyum bukan untuk madu bunga-bunga liar
Tarian kupu-kupu memanjakan kumbang saru
kopi pahitku lebih manis daripada gulamu itu
secangkir kau habiskan tak sadari rasa pahit
Jakarta 15 Agustus 2017

(Rg Bagus W)