TEKS SULUH


Kamis, 21 September 2017

Wanto Tirta dalam Langit Kayu Abu-abu

Mari kita simak puisi karya Wanto Tirta . Penyair ini menyoroti fenomena hutan dan hasil kayu petani kita. Ada cerita di sini yang oleh penyairnya diungkapkan sebagai suatu 'keprihatinan negeri. Wanto Tirta sedikit gamblang memang, namun pilihan diksi tang baik menjadikan puisi ini apik. Seperti baris " Karena langit biru berubah abu-abu".//Tarzan mengaum di tengah kota
Gigi menyeringai siap menerkam // Petani meringis gigit jari". Perpaduan itu dikemas sehingga puisi ini menjadi hidup. Demikian Wanto Tirta menuturkan lewat puisi berikut ini :

Wanto Tirta

                                                                        Langit Kayu Abu-abu

Memandang langit putih pucat
Hari gemetar esok lusa apa kabar
Genggaman tangan acung merdeka
Mungkinkah masih kuat meninju ke atas
Karena langit biru berubah abu-abu
Burung terbang tak bebas lagi mengintari cakrawala desaku
Raung diesel menebang kayu
Rampung digarap dibawa karo
Cukong berduit menginjak bumi
Aku melirik uang ditarik
Kayu-kayu dikubik kirim ke luar negeri
Beratus tahun hutan divisi hijau
Seketika habis oleh tangan dengan kendali petani berdasi suruhan bangsa lain
Tolong
Tarzan mengaum di tengah kota
Gigi menyeringai siap menerkam
Siapa saja yang menentang penebangan hutan
Kayu gelondongan ludes habis
Ditukar dolar Kembali ke sini harus dibeli
Sekehendak hati harus menuruti
Tolong
Petani meringis gigit jari
Jualan kayu dengan harga semaumu
Aku terpaku di bawah langit abu-abu
Memandang sunyi dengan hati kelu
Kata merdeka masihkah milikku
30082017