TEKS SULUH


Minggu, 29 September 2013

Banyak cara golek rezeki untuk profesi penyair

Banyak cara golek rezeki.
Dunia ini penuh rezeki demikian bila Allah masih memberi hudup , maka pasti bisa makan. Buktinya banyak penyair yang tetap sehat dan hidup meski tidak ada penghasilan sama sekali. Inilah kebesaran Allah itu.
Rezeki tidak semata-mata akan turun dengan sendirinya (walau ada juga yang tiba-tiba datang) tetapi untuk meyakinkan kita harus bisa makan adalah berusaha. 
Ada banyak penghasilan sambilan yang dapat diraih oleh para penyair/sastrawan diluar menjual karyanya. Syaratnya tidak malu, tidak berat tangan, tidak sombong bahwa saya ini sastrawan besar kedudukannya tinggi, dan tidak menolak rezeki kecil. 
Beberapa yang mungkin bisa ditawarkan pada masyarakat yakni:
Manfaatkan latop atau computer kita untuk jasa pengetikan
Manfaatkan jika lagi tak ada inspirasi untuk jasa pembuatan proposal atau pidato atau sambutan atau lainnya.
Manfaatkan tempat kita untuk kegiatan sanggar belajar sastra.
Manfaatkan diri kita bila disambat jadi pembawa acara, melamarkan tetangga ke bakal mantu, atau memberi sambutan di berbagai acara keluarga dsb.
Sampaikan ke lembaga pendidikan bila membutuhkan jasa pelatihan baca atau cipta puisi atau berkesenian lain.
Sampaikan ke lembaga pendidikan taman kanak-kanak/paud bilamana mereka memasukan hal mendongeng dalam kurikulum sekolahnya.
Sampaikan pada kantor yang menangani kebudayaan bila membutuhkan tenaga berkaitan dengan budaya dan sejarah serta sastra.
Cetak buku kita dan dicopi lalu tawarkan pada lembaga pendidikan sebagai bahan ajar latihan baca puisi atau cerpen.
Tawarkan kepada pembawa acara profesional bilamana dibutuhkan ada sisen baca puisi dan sebagainya.
Tawarkan kepada kepala sekolah bilamana membutuhkan teknik pengajaran baca puisi atau menulis pada guru-guru sebagai bentuk pelatihah intern sekolah (ini banyak dananya dan dianggarkan lho.)
Yang jelas tadi itu modalnya, tidak ada kata malu.