Toeti Heraty merupakan Sarjana Muda Kedokteran Universitas Indonesia (1955), Sarjana Psikologi Universitas Indonesia (1962), dan pada tahun 1974 menjadi Sarjana Filsafat dari Rijk Universiteit, Leiden, Belanda. Pada tahun 1979, dia lulus sebagai Doktor Filsafat dari Universitas Indonesia.
Ia pernah mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran, Bandung. Selain itu, Toeti Heraty juga pernah menjadi Ketua Jurusan Filsafat Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Ketua Program Pascasarjana Universitas Indonesia Bidang Studi Filsafat, Rektor Institut Kesenian Jakarta, dan Direktur Biro Oktroi Roosseno. Tahun 1994, dia dikukuhkan menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tahun 1968-1971, Toety menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta, dan tahun 1982-1985 menjadi ketua Dewan tersebut.
Toety Heray juga aktif mengikuti beberapa festival internasional, di antaranya Festival Penyair International di Rotterdam (1981) dan International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City (1984). Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, antara lain dalam bahasa Belanda, Inggris, Jerman, dan Prancis.
Toeti Heraty dijuliki sebagai "satu-satunya wanita diantara penyair kontemporer terkemuka Indonesia".[5] Puisi-pusinya digambarkan sebagai sulit dimengerti, mengkombinasikan 'ambiguitas yang disengaja' dengan 'perumpamaan yang asosiatif dan tak dinyana'. [5] Namun mungkin gayanya yang menggunakan ironi dalam menggarisbawahi kedudukan rendah wanita di masyarakat patriakhal, yang membuat puisinya berbeda dengan para penyair lainnya.[5] Ia menerbitkan kumpulan puisi pertamanya, berjudul "Sajak-Sajak 33" pada tahun 1974, termasuk di dalamnya "Dua Wanita", "Siklus", "Geneva Bulan Juli". Kumpulam puisinya yang kedua, "Mimpi dan Pretensi" terbit tahun 1982. Ia juga melakukan editing sebuah terbitan puisi berbahsa Belanda dan Indonesia, dan sebuah koleksi puisi dari para penyair wanita.[6] Puisinya yang terbaru, "Calon Arang: the Story of A Woman Victimized by Patriarchy", adalah lirik setebal buku, yang memberikan pandangan kritis atas persepsi dari figur tipikal Indonesia, Calon Arang. Puisi itu menghadirkan gambaran tiga dimensi dari seorang wanita yang mencoba bertahan terhadap lingkungan patrikhal yang represif, namun malangya ia malah dianggap sebagai penyihir legendaris.[2]
Toety Heraty dianggap sebagai salah satu wanita pemikir feminis generasi pertama dan banyak menulis banyak pemikiran penting tentang wanita. [2] Puisinya merefleksikan tidak hanya penadangan feminisnya, tetapi juga kecintaannya terhadap seni. Rumahnya di Menteng merangkap sebagai gallery, menyimpang sejumlah koleksi lukisan karya pelukis terkenal, diantanyaAffandi, S. Sudjojono, Srihadi Soedarsono. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan Mitra Budaya Indonesia, pada tahun 1998. Toety Heraty juga adalah pendiri Jurnal Perempuan, majalah feminis yang mengangkat isu-isu penting tentang wanita. Ia juga mengabdikan dirinya pada Suara Ibu Peduli, suatu organisasi non-pemerintah, yang memperjuangkan pemberdayaan wanita.
Sajak-sajak 33 (kp, 1973), Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (ap,1979, Ed), Mimpi dan Prestasi (kp, 1982), Aku dan Budaya (s, 1984), Manifestasi Puisi Indonesia-Belanda (ap, 1986, Ed. bersama A.Teeuw), Antologi Puisi Indonesia 1997 (ap, 1977), Sembilan Kerlip Cermin (ap, 2000).