TEKS SULUH


Sabtu, 16 Mei 2020

SURAT DARI RUMAH SAKIT Petrus Nandi

SURAT DARI RUMAH SAKIT

Petrus Nandi



Ada yang hendak kuutarakan padamu saat ini

Bahwa kau dan aku

Bagai dua mata pulau yang tak berkedip

Kita tak dapat beradu pandang

Sebab demi melangkaui kesendirian ini aku tak mampu



Sayang, betapa kuingin mengecup bibirmu yang ranum

Seperti yang pernah kugiati dengan manja

Di atas ranjang kita

Tapi, apalah daya

Tuk melisankan niatku saja

Aku tak dapat

Lagi pula aku tak mau maut ini menderamu

Cukup aku sendiri yang marasakan

Sunyi yang menusuk bilik nadi ruangan ini.



Sayang, betapa aku ingin mengelus

Wajahmu yang berlumuran rupa-rupa keresahan

Tapi, apalah daya

Mengangkat tangan tuk menggapaimu

Aku tak sampai

Lagi pula, dalam masa pelik ini

Adalah haram bila tubuh kita saling menyapa

Dan aku terlanjur terasing di rumah keramat.



Sayang, sebenarnya aku ingin sekali

Menyanyikan lagu Nina Bobo untuk buah hati kita

Seperti suaraku pernah dengan merdu

Mengiringi matanya menuju lelap setiap malam

Tapi, kata dokter

Malam ini aku tak dapat melawati kalian

Lagipula aku mau darahku tak berhenti mengalir

Dalam tubuhnya

Lagi pula, aku tak ingin membawa maut untuknya

Bila aku memaksakan niatku ini.



Sayang, aku mau engkau tenang bersama dia

Jagalah dirinya

Jangan biarkan ia terluka

Bawalah damai

Sepanjang engkau masih dapat memandangnya



Sayang, aku tidak keberatan

Bila pada hari mereka mengusung

Tubuhku yang kaku menuju alam yang kekal

Engkau dan dirinya tak berada di sana

Aku bakal menjadi sangat tenteram

Bila kau tak merintih pilu di samping nisanku



Ketahuilah sayangku, aku menulis surat ini

Saat aku merasa yakin

Bahwa aku benar-benar akan pergi

Meninggalkan kalian

Selamanya.

Selamat tinggal, kurangkai wajah kalian

Di keabadian doa.

Kamar Sunyi, 6 April 2020.

Petrus Nandi, penyair desa. Saat ini menetap di Maumere, Flores. Bergiat di komunitas sastra Djarum Scalabrini.