Rindu adalah embun yang mencubit mesra
-Atul
Rinduku ini bagaikan embun pagi yang mencubit mesra
Merasuk kedalam pori-pori keabadian
Menembus kulitmu yang putih
Sebening air mata yang keluar
Sembari berkata, “aku rindu kamu”
Sepanjang jalan kenangan
Kita pernah saling bertanya keadaan
Tentang luka pada daun yang jatuh dari angin
Diterpa ulak rindu yang menderu
Hingga sampai juga pada sunyi
Yang berlanggam cinta
Pada daratan kenangan dan negeri impian
Rindu menggebu di bisik pagi yang menggoyang mata dengan segelas kopi
Bukit menjulang menanti matahari
Yang akan merangkak naik ke dinding langit
Sementara rinduku mencubit dengan mesranya
Dengan mata jernihmu mengiris embun dengan lintasan hari
Sampai kapanpun
Rindu ini akan slalu mencubitku dengan mesranya
Banjarmasin, 17 September 2015
Syarif hidayatullah, penikmat sastra asal Marabahan, tepian sungai Barito, lahir 20 oktober. Lulusan pond-pest Al-Mujahidin Marabahan, dan Sekarang sedang di jurusan ekonomi syariah di IAIN Antasari Banjarmasin. Dan aktif di LPM SUKMA (lembaga pers mahasiswa suara kritis mahasiswa) LPM AnalisA dan Pondok Huruf Sastra (PHS) organisasi kampusnya. Menghadiri launcing antologi puisi Memo Untuk Presiden (MUP) Januari 2015 di Kotabaru, dan menghadiri acara Tifa Nusantara 2, temu kangen sastrawan indonesia di Tangerang (Agustus 2015). Puisi-puisinya pernah di muat di Banjarmasinpost, Media Kalimantan,Sastra Mata Banua dan Kumpulan puisinya juga termuat di aruh sastra Kalimantan selatan ke 10 “tadarus rembulan” (ASKS X,2013). Antologi dewan kesenian tengerang “tifa nusantara”(2013). “solo dalam puisi” (2014). “lumbung puisi sastrawan 2014 jilid 1” (2014). “sajak untuk pemimpin negeri” (2014). “karena cinta itu manusia” (2014),menggugah Nasionalisme lewat puisi (2014, tubuh bencana (2014), lumbung puisi sastrawan Indonesia jilid II (2014), memo untuk presiden (2014), sang peneroka (ulang tahun 60 kurniawan junaedhie) (2014), membuka cakrawala menyentuh fitrah manusia (2014,ASKS XI), tentang kota yang berdegup dalam takbir dada (2014), merangkai damai (2015), politik itu seni (2015), lumbung puisi sastrawan jilid III (2015),puisi menolak korupsi jilid 4”ensiklopegila koruptor” (2015), ada malam bertabur bintang “tadarus pusi banjarbaru” (2015), luka-luka bangsa (2015), tifa nusantara 2, 2015 (DKKT), surau kampung glatik (Agus Warsono, 2015), abad burung gagak di tanah Palestina (2015), Kalimantan selatan: menolak untuk menyerah (ASKS XII, 2015), kalimantan, rinduku yang abadi (dewan kesenian banjarbaru, 2015). Dan buku antologi tunggalnya “estetika dalam sandiwara”. Sekarang ia bermukim di kos, Jl. H. Mahat Kasan No 54. Rt. 35. Kel. Kuripan. Kec. Banjarmasin Timur, Asrama Putra Batola.
-Atul
Rinduku ini bagaikan embun pagi yang mencubit mesra
Merasuk kedalam pori-pori keabadian
Menembus kulitmu yang putih
Sebening air mata yang keluar
Sembari berkata, “aku rindu kamu”
Sepanjang jalan kenangan
Kita pernah saling bertanya keadaan
Tentang luka pada daun yang jatuh dari angin
Diterpa ulak rindu yang menderu
Hingga sampai juga pada sunyi
Yang berlanggam cinta
Pada daratan kenangan dan negeri impian
Rindu menggebu di bisik pagi yang menggoyang mata dengan segelas kopi
Bukit menjulang menanti matahari
Yang akan merangkak naik ke dinding langit
Sementara rinduku mencubit dengan mesranya
Dengan mata jernihmu mengiris embun dengan lintasan hari
Sampai kapanpun
Rindu ini akan slalu mencubitku dengan mesranya
Banjarmasin, 17 September 2015
Syarif hidayatullah, penikmat sastra asal Marabahan, tepian sungai Barito, lahir 20 oktober. Lulusan pond-pest Al-Mujahidin Marabahan, dan Sekarang sedang di jurusan ekonomi syariah di IAIN Antasari Banjarmasin. Dan aktif di LPM SUKMA (lembaga pers mahasiswa suara kritis mahasiswa) LPM AnalisA dan Pondok Huruf Sastra (PHS) organisasi kampusnya. Menghadiri launcing antologi puisi Memo Untuk Presiden (MUP) Januari 2015 di Kotabaru, dan menghadiri acara Tifa Nusantara 2, temu kangen sastrawan indonesia di Tangerang (Agustus 2015). Puisi-puisinya pernah di muat di Banjarmasinpost, Media Kalimantan,Sastra Mata Banua dan Kumpulan puisinya juga termuat di aruh sastra Kalimantan selatan ke 10 “tadarus rembulan” (ASKS X,2013). Antologi dewan kesenian tengerang “tifa nusantara”(2013). “solo dalam puisi” (2014). “lumbung puisi sastrawan 2014 jilid 1” (2014). “sajak untuk pemimpin negeri” (2014). “karena cinta itu manusia” (2014),menggugah Nasionalisme lewat puisi (2014, tubuh bencana (2014), lumbung puisi sastrawan Indonesia jilid II (2014), memo untuk presiden (2014), sang peneroka (ulang tahun 60 kurniawan junaedhie) (2014), membuka cakrawala menyentuh fitrah manusia (2014,ASKS XI), tentang kota yang berdegup dalam takbir dada (2014), merangkai damai (2015), politik itu seni (2015), lumbung puisi sastrawan jilid III (2015),puisi menolak korupsi jilid 4”ensiklopegila koruptor” (2015), ada malam bertabur bintang “tadarus pusi banjarbaru” (2015), luka-luka bangsa (2015), tifa nusantara 2, 2015 (DKKT), surau kampung glatik (Agus Warsono, 2015), abad burung gagak di tanah Palestina (2015), Kalimantan selatan: menolak untuk menyerah (ASKS XII, 2015), kalimantan, rinduku yang abadi (dewan kesenian banjarbaru, 2015). Dan buku antologi tunggalnya “estetika dalam sandiwara”. Sekarang ia bermukim di kos, Jl. H. Mahat Kasan No 54. Rt. 35. Kel. Kuripan. Kec. Banjarmasin Timur, Asrama Putra Batola.