TEKS SULUH


Minggu, 22 November 2015

Wans Sabang Puisi SEGERALAH AJAL!

Kiriman Favoriet :
SEGERALAH AJAL!

"Ajal, apa orang mau mati masih perlu bantal dan guling?"
Di temani bantal-bantal empuk beserta guling gemuk berisi bulu-bulu angsa. Selang inpus meringkuk di ranjang tidur. Sering kusebut sebuah nama. Entah nama siapa? Yang jelas bukan nama Tuhan. Sementara para iblis dan malaikat menunggu di ruang tamu, berebut untuk saling merenggut ruh yang telah lama ku simpan di palung tubuh.
"Huss! Sudah kamu diam saja! Orang-orang sedang yasinan menuntunmu ke jalan terang."
"Televisi mana? Televisi? Aku ingin tertidur di televisi. Menikmati saat saat mataku jadi raja. Toilet mana? Toilet? Aku ingin tertidur di toilet barang sekejap saja. Sprei putih ini terlalu dingin. Aku tak ingin mati sepagi bumi. Biar senja melepasku menuju luruh teduh."
"Apa kamu sudah siap?"
"Segeralah ajal! Apa lagi yang kau tunggu? Segeralah! Sebelum aku memimpikan semangkuk mie instan lagi. Dan bualkan kata-kata bijak lagi di sosial media. Bebaskan! Bebaskan saja aku dari muak ini! Bukankah cintamu juga yang mengajari manusia menjadi manusia, iblis atau malaikat? Atau malah menjadi asu?"
"Hehehe, sayangnya aku masih ingin bermain-main dengan kematianmu, Tuan!"
"Segeralaj ajal! Apa kau tak bosan, mempermainkan sejak aku hidup sampai di ujung kematin?"
2015

Wans Sabang lahir di Jakarta. Aktif berpuisi di Forum Sastra Bekasi dan mengajar Creative Writing di SDIT Nur Hikmah, Bekasi. Buku Antologi Puisi terbarunya adalah Tifa Nusantara 2 (2015) dan Negeri Langit (DNP 6, 2015).