M
Marshelina
TERTUSUK SERIBU PEDANG
Kumbang merana di taman
Pohon bunga paling indah
Yang disayang di tebang
Inilah akhir kisah cinta kita
Ibumu pembunuh semua harapan
Aku tak akan lagi memperjuangkan
Tiada kata maaf dan kembali
Karena kata-kata ibumu
Hatiku bagai tertusuk seribu pedang
Sakit dan sakit tiada tara
Kau menderita di akhir cerita
Itu bukan salahku tapi ibumu
Walau kau tak sanggup melepaskan aku
Tetap aku pergi dari hidupmu
Sampit, 21 Juli 2021
Marshelina
TERTUSUK DAN TERLUKA
Kuukir semua cerita dalam karya
Saat aku bahagia mimpi menjadi nyata
Semua yang kulakukan kau anggap salah
Aku bagai sampah di matamu tanpa arti
Kucoba bertahan tetap kau selalu menyakiti
Bersamamu bagai berjalan di atas duri
Tertusuk dan terluka
Sampit, 22 Juli 2021
Marshelina, nama asli Mursinah Rahma Lina
Kelahiran Sampit, 23 Desember 1987.
Walau terlahir autis mampu bersekolah di sekolah umum.
Alumni SMK Kesatuan 2 Samarinda.
Aktif mengikuti antologi puisi dan cerpen bersama sejak Juli 2020
16 macam antologi bersama
1 macam antologi puisi solo berjudul "Autis & Puitis"
Ada pun prestasi yang telah diraih diantaranya:
Peringkat 1 selama SD dan duduk di bangku SD hanya 5 tahun.
Dapat menyelesaikan 1 judul syair lagu dalam waktu 2 jam tema ditentukan guru cipta lagu saat ujian menulis syair lagu.
Juara 1 penulis buku Air Kaca Cinta.
Dan lain-lain
Jejaknya bisa ditemui di
WA: 085246934887
IG: marshelina.23 dan marshelina.mr
FB: Marshelina Mursinah Rahmalina
Muhajir Syam
TANPAMU
Tanpamu Aku entah dimana
Tanah luas di belahan dunia
Terbentang sabana katulistiwa
Terlilit pita Bhinneka Tunggal Ika
Tertimbun nafsu angkara
Tanpamu Aku tak berarti
Tawa Ibu Pertiwi terdengar lirih
Tertutup duka nisan pejuang sejati
Tampak gurat wajah sedih belahan negeri
Tangisi ulah bejat politisi
Tanpamu Aku bukan siapa-siapa
Terseok raga tak bermakna
Terkapar arus kebijakan pemuja berhala
Terkubur sebelum waktunya
Tanpamu Pahlawan sejati
Tujuh belas agustus bukanlah hari jadi
Tapi slogan basi tak lagi suci
Tutuplah matamu saksikan adegan anak negeri
Tetap sabar jangan berkecil hati
Teruslah berdo’a semoga Indonesia subur makmur lohjinawi
Ganding, 16 Juli 2021
Muhajir Syam
TERKULAI
Terkapar raga lunglai kemanusiaan
Tongkat estafet mencabik jiwa kerdil keserakahan
Torehkan luka tak berkesudahan
Tali perekat kebhinnekaan
Terputus rapuh sejuta kepentingan
Tatapanku semakin buram
Tertutup bayang kelam kekuasaan
Tapi Aku bungkam
Terkulai
Tersandera sejuta aturan
Teruskah aku jadi bayang-bayang nan mengerikan
Tangisi angkara dalam tetesan darah pejuang
Tertulis puisi datar tak beraraturan
Teruntuk para pemangku amanat “T”
Teruskan jadi penghianat Bangsa”T”
Tetap berdo’a agar selamat sebelum akibat maha dahsya”T”
Ganding, 22 Juli 2021
Muhajir, lahir di Dusun Sumber Lanas Desa Teluk Jati Dawang Kecamatan Tambak Bawean Gresik. Tiga tahun berkiprah di dunia literasi sekaligus menjadi penghuni setia Komonitas Kata Bintang, Pria dengan nama pena Muhajir Syam sudah menghasilkan karya sekitar 36 buku. 8 Buku Solo dan 28 Buku Antologi. “Kumpulan Puisi Penyair Pinggiran dan Sanjung Madah Untuk Baginda” adalah dua buku solo yang berisi puisi. Saat ini aktif mengajar di SDN Ketawang Karay I Kec. Ganding Kab. Sumenep dan menetap di Dusun Raas RT/RW 001/002 Ketawang Larangan Ganding 69462 Sumenep. email: syammuhajir980@gmail.com. Wa.083122922202.
Muhammad Abdul Latif
Tulus
Titik balik dari diri kita sebenarnya ada pada kerendahan hati kita saat kita memohon
Telah angkuh kita pada masa sebelumnya
Tiada melihat tanda-tanda untuk kita segera berangkat
Terencah diri dari titian terbawah
Titisan debu mendzahir jadi cahaya
Tayamum diri pada debu cahaya menjadi cinta
Terbersitlah menifestasi cahaya menjadi zahir
Tumus dalam qalbu terdalam
Terbelenggukah kita akan suatu kesalahan
terasing dalam kungkungan kebencianNya
Tarikan nafas panjang kita di dunia ini
tak lain hanya satu kali nafas di samping kehidupan di syurga
tiadalah nilai yang hilang dalam diriku selain dari
tangisan penyesalan karena pelanggaran di masa lalu
tiadakah engkau hanya terkagum pada orang lain sedang diri kita lemah
tiap waktu hanya tersi hampa tanpa cinta padaNya
teramat kosong diri dan jiwa pada perjalanan yang tinggal menyisakan beberapa desahan nafas
tapi kita masih enggan untuk bertaubat dan mendekat
tanpa batas rahmat kasih sayangNya kita hanya menyiakan
Tanda apa yang lantas engkau nanti
tiadalah apa-apa di dunia ini hanyalah cobaan
tulus ihlas mencintaiNya tanpa mengharapkan imbalan hajat dunia
Kendal, 30 Juni 2021
Muhammad Abdul Latif
Teguran
Telah tiba masa dimana manusia berada pada kegembiraan pada akhirnya
Tanda Tanya atau tertekan dalam pekat perbuatan
Tertanam ketakutan akan sebuah pelanggaran yang menghantui
Tak terkira seperti menanam sesuatu yang menyenangkan tapi perih
Terjagakah hati kita dari setan yang menyelinap membisikkan
Tontonan belum tentu jadi tuntunan yang bisa saja bahkan menjerumuskanmu ke dalam dosa
Terjebak di bumi ini hanyalah istidraj yang nyata
Tinggalkanlah berasyik masyuq dalam kefanaan dunia
Tinggalkanlah barang-barang berharga dari air, tanah dan api
Tinggalkan pula rasa ketakjubanmu pada kecantikan dunaiwi
Tingkatan kecantikannya hanya sebatas pemahaman dan firasat batin
Takutlah senjata peredam nafsumu;”Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga.”(Ar Rahman; 46)
Taatlah kepadanya dan rasulnya agar kita tidak terjerembab oleh dosa demi dosa
Tipu daya syetan telah merusak batinnya dengan bubuk kemanisan dunia
Tirai halusinasi memberikan sekat keterasingan akan sesuatu yang diluar fana
Tiada terelakkan bila Rabb memberikan peringatan
Tobatlah segera sebelum semuanya menjadi terlambat
Terkutuklah orang-orang yang aniaya dan melampaui batas
Tersesat di jalan kegelapan yang nyata tanpa bimbingan dan petunjuk
Telah tiba masa bila siksa itu adalah sebuah realita bukan rekayasa
Timbangan amal perbuatan akan menentukan dimana kita akan dimasukkan
terbang semua buku catatan amal menuju timbangan amal kanan dan kiri
Takut hati setengah mati pabila berat sebelah kiri
tiada kan ada harapan tuk marasakan kenikmatan berada di basundari
Kendal, 29 Juni 2021
Muhamad Salam
T. Bermakna
Tertumpah sudah mendung menggelantung di awan
Titik -titik air basahi bumi
Tarian burung tak lagi nampak
Terasa dingin pulang ke sarangnya
Memadu kasih di suasana turun hujan.
Tiupan angin mendesir
Turunkan air semakin deras
Tanah kering kini basah
Tergenang air suci dari langit
Tepat pukul Lima belas
Terguyur hujan bumiku yang lama tak terjamah hujan.
Tanah tempat kita berpijak
Tempat kita melanglang buana.
Tersenyum dan bahagia
Terikmu kini tenggelam sebelum waktunya
Terhalang mendung yang kian menebal
Terasa dingin sore ini
Tempat memadu kasih , bercengkrama
Tak terasa semakin tenggelam dalam lautan kasih.
Ambunten,24 Juni 2021
Muhamad Salam
T ( Dalam Rindu)
Tuangkan perasaanmu
Lewat tetes tinta
Tuliskan syair dalam bait- bait cinta.
Tetes tinta penuh makna
Tersirat dalam kalbu, kau tuangkan secawan janji
Tergores di dinding kalbu
Terukir rindu ,tiap sudut waktu
Tanpamu hampa kebahagiaan
Termangu sendiri mengisi hari-hariku
Tuhan....pertemukan aku walau lewat mimpi.
Tepian hati semakin luluh
Taman bunga kini layu
Tak ada senyum ,dan tawa
Terasa sudah saat kau tiada
Tempat memadu kasih tinggal kenangan.
Ambunten,26 Juni 2021
Muhammad Jayadi
TENTANG KEHIDUPAN INI
Tetapi, apa yang telah berlaku ini
Tentu jadi pertimbangan dalam diri
Menjadi lebih indah lagi
Taman-taman hati yang seringkali berkabut
Mari hari-hari ini, kita sirami kata-kata
Menjernihkan mata jiwa
Menangkap hawa senja yang mulai menyapa
Banyak perenungan datang tiba-tiba
Terkadang, di saat tak terduga
Di gelap malam, kita sendiri
Membuka seluas-luas ruang hati
Pelajaran yang datang dari Tuhan
Melalui pengalaman indah kehidupan
Indah sekali, kawan
Balangan, 14 Juli 2021
Muhammad Jayadi
KUTULISKAN SAJAKKU
Tenggelam di lautan kata
Meneguk makna-makna yang ada
Memuaskan dahaganya jiwa
Matahari bersinar di malam hari
Dalam diri ini
Menyinari mimpi-mimpi
Dengan jemari kaku
Kutuliskan sajak-sajakku
Yang datang dari negeri biru
Balangan 2021
Muhammad Jayadi lahir di Balangan. Pecinta seni dan sastra. Mengikuti beberapa antologi bersama khususnya di Lumbung Puisi. Email muhammadjayadi929@gmail.com