Melalui
mbah google aku dapat membaca karya puisi yang diunggah dari penyair di seluruh
pelosok tanah air. Sangat banyak pilihan baca untuk diapresiasi. Pertumbuhan
penyair begitu cepat grafiknya dalam 20 tahun terakhir. Sebuah perkembangan
yang sangat baik untuk dunia sastra kita. Mengungah karya puisi di internet
juga merupakan bentuk pengenalan karya pada publik pembaca dunia maya yang
cepat dan mencakup luas jelajah wilayah baca.
Banyak
karya puisi bagus dijumpai di mbah google pada websait yang beraneka. Pilihan
baca kemudian menjadi kesukaan dan pada gilirannya menjadi fand penyair tertentu
. Akhirnya kesejajaran akan tubuh manakala tulisan siapa yang banyak
dikunjungi. Kesetaraan penyair akhirnya dapat dikettahui melalui kemajuan
teknologi media sosial. Pada saatnya dan kini sudah mulai tampak bahwa buku
teah mendapat saingannya yakni media sosial.
Tentu
saja masyarakat dalam memilih karya bagus dan penyair dengan karya bagus itu
tidak akan meminta jasa lembaga survai. Apalagi sekarang banyak lembaga survai
yang dibentuk untuk kepentingan tertentu dan ada juga yang siapa berani membayar
tinggi. Masyarakat penguna inernet akan dapat memahami penilaian itu dengan
tingkatan pengalaman bacanya.
Akhirnya
penyair tak hanya menulis puisi semata, tetapi dituntut penguasaan teknologi
internet serta aplikasinya. Sebuah tuntutan kemampuan diri penyair yang sangat
penting di zaman teknologi ini. Jika doeloe Chairil Anwar menulis puisi dengan
tulis tangan lalu dikirim ke penerbit media masa, maka itu bukan zamannya lagi
dilakukan di masa ini.
Tahu tidak? Dari temanku yang
ikut pembicaraan-pembicaraan tokoh penyair 'papan atas telah ada kelapangan
dada untuk berbuat demokratis dalam pandangan dunia sastra dewasa ini. Mengapa?
Mereka ternyata takut kalau sampai tidak disebut oleh penulis-penulis muda
berbakat yang tulisannya berserakan di banyak media masa termasuk media sosial.
(rg bagus warsono, 11 Nofember 2016)