TEKS SULUH


Selasa, 15 November 2016

Siapa Berhak Menjadi Penyair ? : Handrawan Nadesul

SIAPA BERHAK MENJADI PENYAIR?
Kemarin saya mengirimkan dua kumpulan puisi saya: Sajak-sajak Pergi Berjalan Jauh, dan Forget Me Not kepada sahabat RgBagus Warsono di Indramayu sekadar silaturahmi, dan tahu kalau sahabat yang satu ini menaruh perhatian besar terhadap perpuisian, dan sastra umumnya, sekaligus juga penyair.
Terhadap sesama penyair seperti ada kerinduan untuk menyatukan diri, ada sikap yang sama terhadap keindahan bernama kebenaran. Punya kepekaan yang tajam membaca situasi kondisi alam dan lingkungan. Penyair merasakan, menemukan, mampu tersentuh lebih awal ihwal segala sesuatu yang menggelisahkan dalam hidup dan kehidupan yang orang lain belum menangkapnya.
Mas Bagus dalam ungkapan di postingnya mempertanyakan latar belakang penyair, dan penulis puisi kita yang beraneka, setelah membaca cover kumpulan puisi lawas saya Sajak-sajak Pergi Berjalan Jauh tertulis "Sekolahnya Dokter, Menulisnya Puisi"
Ya saya menyukai puisi sejak masih di sekolah menengah mula, dan berlanjut hingga hari ini setelah pensiunan jadi dokter, selama kurun waktu lebih 50 tahun. Tidak ada yang aneh, karena selama kita menyukai, dan hidup rasanya kurang basah tanpa sastra dan puisi, maka lanjutkanlah berpuisi, sekurangnya mengapresiasi. Kalau bisa hidup tanpa menulis puisi, tinggalkan saja menulis puisi. Namun bila terasa hidup serasa kering tanpa menulis puisi, teruslah menulis puisi. Saya merasakan yang terakhir ini. Ingin terus menulis puisi, entah seperti apa pun puisinya.
Kepada Mas Bagus, saya sudah lumayan lama melanglang dunia perpuisian bukan di papan atas, sekadar menjalani saja. Posisi, status, label tidak penting buat saya, lebih penting apakah puisi yang pernah saya tulis memberi arti, punya makna, dan membangkitkan keindahan bagi yang membacanya.
Salam puisi,
HANDRAWAN NADESUL