TEKS SULUH


Jumat, 10 Januari 2020

Puisi Gila , Sukma Putra Permana GUNA-GUNA BIBIR MERAH MEREKAH TIPU DAYA SI TUA BANGKA

Sukma Putra Permana

GUNA-GUNA BIBIR MERAH MEREKAH

TIPU DAYA SI TUA BANGKA



Kadang kau tersadar dan menyesali keputusanmu di masa lampau. Tapi manakala bibir bergincu merah tebal merona menyala itu mengecup pipimu, maka muncul lagi harapan-harapan yang membuatmu selalu terpana dan terpesona penuh asa. Walau usia si penggoda itu tak lagi dapat dibilang muda, tapi gairah menggelora yang dihembuskannya membangkitkan nafsu cinta purba. Harta benda, kendaraan, rumah, kesehatan, sekolah, bahkan melayang jiwamu pun tak perlu susah. Serahkan semua dalam tanggungannya pasrah. Panas, hujan, gempa, longsor, api membakar, ataupun air bah melanda, tak usah resah. Semua petaka dalam sekejap sirna musnah dengan rayuan menggoda bibir merah segar merekah.

Kadang jika tersadar, kau tak habis pikir, apa yang menyebabkan kau jatuh cinta pada si Tua Bangka. Tidaklah cantik wajahnya, tidak pula indah istimewa bentuk tubuhnya. Bertahun-tahun pelayanannya pun sering mengecewakan bahkan kadang menyakitkan hati mengacaukan perasaan. Tapi, sekali lagi, semua pikiran-pikiran itu lenyap dengan segera setelah kau lihat bibir merah bergairah itu di hadapanmu. Nikmatilah, hidup yang tampak indah penuh amora, serasa berbulan madu selamanya. Hembusan udara sejuk asmara menghela hasrat-hasrat tak tertahankan.

Tapi, berhati-hatilah! Akan ada masa, ketika si Tua Bangka mulai ingkar pada janji-janji indah yang pernah diucapkannya. Ia akan menghindar, berdalih dengan alasan-alasan yang tak masuk akal. Karena sesungguhnya, telah habis musnah semua yang pernah kau percayakan kepadanya. Ia telah GAGAL BAYAR TRILYUNAN RUPIAH. Ketika kau menuntut dan menumpahkan segala rasa kekecewaan, si Tua Bangka itu dengan santainya akan berkata:

Kau salah jika kecewa, berkeluh-kesah, atau menuntutku seperti itu. Dulu di awal, sebelum kau putuskan untuk hidup bersamaku, tentu tak kau baca dengan teliti dalam buku proposalku, semua SYARAT DAN KETENTUAN BERLAKU!!!

Dan kau hanya dapat terhenyak terdiam lemas tanpa gairah…



Januari 2020

 


SUKMA PUTRA PERMANA lahir di Jakarta,     3 Februari 1971. Beberapa buku yang pernah memuat puisi-puisinya, antara lain: Yogya Dalam Nafasku (2016), Negeri Awan (2017), Negeri Bahari (2018), Satrio Piningit (2018), Anak Cucu Pujangga (2019), dan Segara Sakti Rantau Bertuah (2019). Buku puisi tunggalnya: Sebuah Pertanyaan Tentang Jiwa Yang Terluka (2015). Sekarang beralamat di: Ring Road Timur Mutihan No.362 RT.5, Wirokerten, Banguntapan/Kotagede, Bantul, D.I. Yogyakarta 55194.