TEKS SULUH


Sabtu, 21 Maret 2020

Puisi-puisi Antologi Corona , Asep Muhlis : Dari Corona atawa Mahkota

Dari Corona Atawa Mahkota

Asep Muhlis



Andai suatu saat tak dapat berjabat tangan

ketahuilah, aku telah lebih dulu

menjabat lirikan dan senyummu



Dan kerlingmu menggelayut

kadang berkepak, kadang menukik

berkelindan di dada dan ingatan

aku bertahan dalam kepayahan

yang kusesap tak bersudah



Walau suatu saat tak dapat menggam tanganku

bukankah kita telah saling menggenggam rindu

dengan sangat hati-hati

agar tak retak selamanya



Maafkan aku,

dulu sering tak lekas cuci muka,

setiap usai bertandang ke rumahmu

lantaran takut bayang wajahmu

hanyut oleh air bermuatan nafsu

maka biarlah mengendap

bersama garam susah-payahku



Tak perlu aneh, kini orang-orang

memberi nama badai, jasad renik jahat,

atau penyakit dengan nama yang indah

lebih puitis dari penyair

mungkin karena kini

penyair kurang doyan bahasa bunga



Entahlah, mari kita rajin mencuci tangan

agar tak ada selera untuk mengutip

berkumur untuk tak terpapar kenyinyiran

membasuh muka dari memandang yang tak senonoh



Serupa mahkota bunga yang ditopang kelopak

kau adalah keindahan

dan aku harus sanggup melindungi



Serang, 13 Maret 2020



NINJA NGANTOR

Asep Muhlis



Senin dini hari, gigil menyergap

di depan meja penerima tamu, dua orang petugas

menyergap setiap pegawai yang datang

menodongkan alat pengukur suhu tubuh

sinar merah berkedip di jidat.

Beruntung, alat pencatat kehadiran elektronik

dengan mendekatkan retina mata dan wajah,

andai harus menempelkan sidik jari

boleh jadi akan pada menghindar, menjauh,

layaknya bertemu orang berpenyakit kudis



Kesibukan menyergap, semua jadwal berubah

kegiatan baru lebih deras, lebih cepat

dengan resiko sulit diduga

blangko teknik tersaji, masih kosong

kerentanan bagai mengusir gerombolan lebah

ini hari pertama maklumat diberlakukan

kalender saat itu menunjukan 16 Maret 2020.

Entah hari beku, entah hari  mendidih, entah hari limbung

pase baru yang belum dialami sebelumnya



Dikeluarkan botol antiseptik

masker diwajah belum dibuka

hidup serupa bajingan

selalu siap senjata dan penutup wajah.



Batuk ditakuti, bersin ditakuti,

tombol lift dicurigai, tarikan pintu dicurigai,

kran air diwaspadai, pipa pegangan di selasar diprasagkai.

Layaknya pasangan yang telah tersakiti

semua prilaku dan bahasa tubuh dicurigai

bahkan semua benda diwaspadai.

hidup yang aneh telah dimulai

menjadi intelejen dadakan, tanpa analisa.



(Oh..bukan, bukan begitu,

kehati-hatian yang ketat memang begitu konsekwensinya)



Pikiran terus berlari, membayangkan keadaan di luar kantor

mungkin bangku taman akan dicurigai,

kursi tunggu diwaspadai,

peralatan makan di restoran ditakuti, kursi bioskop ditakuti

virus corona yang sangat kecil dan tak terlihat

lebih menakutkan dari gendoruwo yg konon raksasa



Kepanikan yang serius

membuat logika tak jalan,

keakraban rontok, keyakinan terlupakan.

Lantas, dilihat lagi botol hand sanitizer

diraba lagi masker di wajah

kalender di atas meja nampak lesu.



(Di sisi lain pikiran menjadi jinak dan lindap ;

"mari kita junjung kehati-hatian,

hanya pengorbanan kecil, berupa menahan diri" )



Sejurus kemudian, ada iri yang mendadak terbit

melihat seseorang  sering mendatangi kran air

berwudhu dengan seksama

mampu menyisihkan dua rakaat ke dua rakaat

sebelum kerja, pada jam kerja, bahkan pada hening malam

ia nampak begitu tenang, anteng

melakukan yang disukainya.

Ia selalu menyempurnakan wudhunya

memelihara wudhu dari waktu ke waktu

dari kegiatan ke kegiatan



Ternyata air tidak hanya memadamkan api

tapi mampu memadamkan kobaran gelisah

dan kecemasan

Ialah air ajaib yang diberkati



Serang, 17 Maret 2020



Keterangan ;
anteng=(Bahasa Daerah; Sunda) = tenang, asik
antiseptik=(Inggris ; antiseptic ) ; senyawa kimia yang digunakan untuyk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisma pada jaringan yang hidup, seperti pada kulit, rongga mulut
hand sanitizer =pembersih tangan, cairan atau pasta yang umumnya untuk mengurangi zat/jasad renik penyebab penyakit







Asep Muhlis, lahir di Ciamis- Jawa Barat, 21 Januari 1963
Pernah belajar di IKIP Bandung
Tinggal di Kota Serang – Banten
Puisinya dimuat dalam ;
Antologi puisi bersama MENYERUAK, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama DARI NEGERI BAHARI , penerbit Kosa Kata Kita (KKK), Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama CINTAMU KUJAGA, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2018
Antologi puisi bersama REMAH RINDU, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2019
Kumpulan Pentigraf WANITA GURU BANGSA, penerbit D3M Kail, Jakarta 2019
Antologi puisi bersama KOMANDAN, penerbit D3M Kail, Jakarta, 2019
Antologi puisi bersama NEGERI PENYAIR, Forum Silaturahmi Penyair Lintas Daerah Nusantara, Jogjakarta, 2019
Antologi Puisi Gila Penyair Indonesia WONG KENTHIR, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Edisi Spesial, penerbit Penebar Media Utama, Yogyakarta, 2020