40. A. Zainuddin Kr
Dari Corona Kita Menmukan Tuhan
Maka kita kosongkan gereja, klenteng, vihara
Dan masjid-masjid
Kita kunci sekolah-sekolah, perkantoran, pabrik-pabrik
Dan pertokoan
Dari corona kita kembali pada ruang-ruang sepi
Mengisoali diri
Ditengah sunyi kita bangun gereja, klenteng, vihara, masjid
Dan segala tempat peribadatan
Di dalam hati
Menekuk tengkuk menuju tawadzuk
Bersujud pada kerendahan yang sungguh
Ya, dari corona kita berpulang
Setelah berabad terpenjara pada ruang keangkuhan
Simbol-simbol
Dimana banyak tuhan menyamar
Menjelma benda-benda dan aneka rasa
Dan sujud kita hanyalah
Sujud yang pura-pura
Maka, dari corona kita membangun hati dan jiwa
Yang berabad terlantar dalam gersang
Tandus di tengah gelap
Oleh sesak berjubelnya benda-benda
Penghalang cahaya
Dari maha cahaya
Dari corona, nalar-nalar kita dirontokkan
Keangkuhan ditumbangkan
Otak kita tercuci
Hati dan jiwa tergiring menuju hakekat diri:
Bukan gereja, klenteng, vihara dan masjid-masjid
Hanya padaMu, tempat kita bersimpuh
Pekalongan, 24 Maret 2020.
CORONA
Corona,
Ah engkau sungguh begitu seksi, sayang
Menggoda tiap anak anak negri
Menjajah ke segenap dataran bumi
Berjuta nyawa kau tikam dalam sebaran berita
Senyum tawamu menjadikan para para limbung
Pasar pasar dan toko lengang
Setelah sesaat diserbu pengunjung
Jalan jalan sepi
Sekolah dan tempat ibadah melompong
Sedang anak anak terkurung
Dalam kardus
Corona,
Ah, karenamu
Ya, karenamu, aku pun enggan kemana
Bersemadi dalam kamar isolasi
Menulis puisi tentangmu
Sebuah senyum yang melekat
Di kancing bajuku
Corona,
Darimu banyak hal yang kita ambil
Dan olehmu, kini kita lebih banyak tahu
Tentang bagaimana mencintai hidup
Maka cukuplah sudah
Dan pulanglah, Coronaku
Berhentilah untuk terus menjelajah
Biar aku simpan melangkorimu
Di dalam saku celana
Bersama bayang bayang lembut
Remasan jemarimu berpuluh tahun lalu
Pekalongan, 18 Maret 2020
Dari Corona Kita Menmukan Tuhan
Maka kita kosongkan gereja, klenteng, vihara
Dan masjid-masjid
Kita kunci sekolah-sekolah, perkantoran, pabrik-pabrik
Dan pertokoan
Dari corona kita kembali pada ruang-ruang sepi
Mengisoali diri
Ditengah sunyi kita bangun gereja, klenteng, vihara, masjid
Dan segala tempat peribadatan
Di dalam hati
Menekuk tengkuk menuju tawadzuk
Bersujud pada kerendahan yang sungguh
Ya, dari corona kita berpulang
Setelah berabad terpenjara pada ruang keangkuhan
Simbol-simbol
Dimana banyak tuhan menyamar
Menjelma benda-benda dan aneka rasa
Dan sujud kita hanyalah
Sujud yang pura-pura
Maka, dari corona kita membangun hati dan jiwa
Yang berabad terlantar dalam gersang
Tandus di tengah gelap
Oleh sesak berjubelnya benda-benda
Penghalang cahaya
Dari maha cahaya
Dari corona, nalar-nalar kita dirontokkan
Keangkuhan ditumbangkan
Otak kita tercuci
Hati dan jiwa tergiring menuju hakekat diri:
Bukan gereja, klenteng, vihara dan masjid-masjid
Hanya padaMu, tempat kita bersimpuh
Pekalongan, 24 Maret 2020.
CORONA
Corona,
Ah engkau sungguh begitu seksi, sayang
Menggoda tiap anak anak negri
Menjajah ke segenap dataran bumi
Berjuta nyawa kau tikam dalam sebaran berita
Senyum tawamu menjadikan para para limbung
Pasar pasar dan toko lengang
Setelah sesaat diserbu pengunjung
Jalan jalan sepi
Sekolah dan tempat ibadah melompong
Sedang anak anak terkurung
Dalam kardus
Corona,
Ah, karenamu
Ya, karenamu, aku pun enggan kemana
Bersemadi dalam kamar isolasi
Menulis puisi tentangmu
Sebuah senyum yang melekat
Di kancing bajuku
Corona,
Darimu banyak hal yang kita ambil
Dan olehmu, kini kita lebih banyak tahu
Tentang bagaimana mencintai hidup
Maka cukuplah sudah
Dan pulanglah, Coronaku
Berhentilah untuk terus menjelajah
Biar aku simpan melangkorimu
Di dalam saku celana
Bersama bayang bayang lembut
Remasan jemarimu berpuluh tahun lalu
Pekalongan, 18 Maret 2020