BANGSAKU MENCATAT TRAGEDI VIRUS CORONA
Aku tulis sajak ini, saat bangsaku mencatat tragedi
Di mana dunia membaca tentangnya
Tentang virus baru bernama corona yang mewabah
Dan membuat gundah
Sungguh tak pernah menduga sebelumnya
Dan kini orang - orang panik dibuatnya
Sejak kali pertama di Wuhan
Lalu di negeriku sendiri
Pandemi ini tanpa kompromi membuat ngeri
Corona melejit dengan cepatnya
Corona bukan mobil mewah
Corona melaju tanpa roda
Di mana - mana
Dari kota - kota hingga desa - desa
Dari anak - anak hingga orang dewasa
Dari pejabat negara hingga rakyat jelata
Semua takut akan bahaya corona
Bagai hantu yang menjelma Tuhan------
Tuhan yang menjelma hantu
Corona merasuki jalan pikiran
Menggerogoti dan melumpuhkan sendi kehidupan
Orang - orang kalangkabutan
Saat bangsa ini diancam punah virus mematikan
Bagai keranda yang berjalan di atas pundak
Mengangkut satu persatu tanpa kehendak
Orang - orang berlari dan bersembunyi
Mengisolasi diri selama empat belas hari
Lalu merenung dalam kamar
Orang - orang tak berdaya
Sambil berdoa menurut keyakinan masing - masing
Berharap corona segera sirna
Dan kehidupan kembali berjalan normal
Saat bangsaku mencatat tragedi ini
Di mana dunia membaca tentangnya
Tentang virus yang mengancam seluruhnya
Corona menjadi pembelajaran sangat mahal
Bagi manusia untuk saling menjaga
Agar hidup tidak menjadi sia - sia
Sumenep, 16/03/2020
MASKER DAN WAJAH KITA HARI INI
Adalah wajah kita hari ini, dengan mulut yang terkatup Seperti kelopak pintu tertutup
Dengan mata sayu, senyum yang getir dan bibir yang berlibur tanpa pelipur
Tangan - tangan enggan berjabat
Tuhuh - tubuh tak lagi mau dipeluk
Sejak virus covid -19 kita menghitung mundur
Empat belas hari lamanya
Para pekerja dan pengangguran sama saja
Berdiam diri dan bertanya - tanya
Kapan corona akan berlalu?
Padahal, saat kita membuka jendela dengan senyuman
Di sana di halaman buku pelajaran yang terlipat
Tumbuh lahan - lahan baru
Yang memberi harapan dan semangat
Para pekerja dan pengangguran
Akan sama - sama bekerja:
Ya! Bekerja jualan masker
Namun kesedihan dan rasa bahagia
Sangatlah wajar dan sudah menjadi bakat manusia
Karenanya tak usah kabur tak juga takabbur
Segalanya Tuhan yang mengatur
Adalah wajah kita hari ini, yang terbungkus karena virus
Murung dan bingung
Mengunci diri dalam rumah berkabut
Menunggu hari - hari yang cerah dan terbebas dari corona
Sumenep, 17/03/2020
RINDU JALAN PULANG
(Saat Corona)
Telah lama mengelana
Jauh ke negeri sana
Tinggalkan sanak
Tinggalkan ternak
Saat dunia kini merana
Rindu pun merona
Kampungku membayang
Kususuri jalan pulang
Sumenep, 19/03/2020
Aku tulis sajak ini, saat bangsaku mencatat tragedi
Di mana dunia membaca tentangnya
Tentang virus baru bernama corona yang mewabah
Dan membuat gundah
Sungguh tak pernah menduga sebelumnya
Dan kini orang - orang panik dibuatnya
Sejak kali pertama di Wuhan
Lalu di negeriku sendiri
Pandemi ini tanpa kompromi membuat ngeri
Corona melejit dengan cepatnya
Corona bukan mobil mewah
Corona melaju tanpa roda
Di mana - mana
Dari kota - kota hingga desa - desa
Dari anak - anak hingga orang dewasa
Dari pejabat negara hingga rakyat jelata
Semua takut akan bahaya corona
Bagai hantu yang menjelma Tuhan------
Tuhan yang menjelma hantu
Corona merasuki jalan pikiran
Menggerogoti dan melumpuhkan sendi kehidupan
Orang - orang kalangkabutan
Saat bangsa ini diancam punah virus mematikan
Bagai keranda yang berjalan di atas pundak
Mengangkut satu persatu tanpa kehendak
Orang - orang berlari dan bersembunyi
Mengisolasi diri selama empat belas hari
Lalu merenung dalam kamar
Orang - orang tak berdaya
Sambil berdoa menurut keyakinan masing - masing
Berharap corona segera sirna
Dan kehidupan kembali berjalan normal
Saat bangsaku mencatat tragedi ini
Di mana dunia membaca tentangnya
Tentang virus yang mengancam seluruhnya
Corona menjadi pembelajaran sangat mahal
Bagi manusia untuk saling menjaga
Agar hidup tidak menjadi sia - sia
Sumenep, 16/03/2020
MASKER DAN WAJAH KITA HARI INI
Adalah wajah kita hari ini, dengan mulut yang terkatup Seperti kelopak pintu tertutup
Dengan mata sayu, senyum yang getir dan bibir yang berlibur tanpa pelipur
Tangan - tangan enggan berjabat
Tuhuh - tubuh tak lagi mau dipeluk
Sejak virus covid -19 kita menghitung mundur
Empat belas hari lamanya
Para pekerja dan pengangguran sama saja
Berdiam diri dan bertanya - tanya
Kapan corona akan berlalu?
Padahal, saat kita membuka jendela dengan senyuman
Di sana di halaman buku pelajaran yang terlipat
Tumbuh lahan - lahan baru
Yang memberi harapan dan semangat
Para pekerja dan pengangguran
Akan sama - sama bekerja:
Ya! Bekerja jualan masker
Namun kesedihan dan rasa bahagia
Sangatlah wajar dan sudah menjadi bakat manusia
Karenanya tak usah kabur tak juga takabbur
Segalanya Tuhan yang mengatur
Adalah wajah kita hari ini, yang terbungkus karena virus
Murung dan bingung
Mengunci diri dalam rumah berkabut
Menunggu hari - hari yang cerah dan terbebas dari corona
Sumenep, 17/03/2020
RINDU JALAN PULANG
(Saat Corona)
Telah lama mengelana
Jauh ke negeri sana
Tinggalkan sanak
Tinggalkan ternak
Saat dunia kini merana
Rindu pun merona
Kampungku membayang
Kususuri jalan pulang
Sumenep, 19/03/2020