TEKS SULUH


Minggu, 25 November 2018

Arie Png Adadua (Syaiful B. Harun). Kebun Mblekethek

Arie Png Adadua (Syaiful B. Harun).

Kebun Mblekethek

Sungai yang tua hanyutkan sampah
Lelah seberangi masa dan sejarah
Di sebuah kebun dia singgah
Penghuninya ramah-tamah

Namun sebagiannya mblekethek
Sampah dipungut dan diarak
Kebun ditata dalam tetek-bengek
Dikudeta lewat dunia maya
Kapan dan siapa saja dihina
Tak berani berhadap-hadapan
Meluap amarah dalam gerombolan
Bal-balan pada injak-injakan
Dapat kesempatan jarah-jarahan
Lantas di mana pembaca mantra?

Sungai tua hanyutkan kotoran
Kura-kura mengembosi sampan
Pakaiannya tak sejurus dan sepadan

Di kebun mblekethek
Sebagian penghuninya sopan-santun
Kancil kecil dipakaikan tiara
Harimau gagah siap merangsek
Garis punggungnya neraca dan nota-nota
Panda pemakan rebung bambu
Duduk di sudut sabar menunggu
Lantas di mana sang garuda?

Sungai tua hanyutkan luka
Pada kebun mblekethek
Sebagian penghuninya sangat cerdik
Kirim sinyal ke kiri namun belok kanan
Kirim isyarat ke atas ternyata ke bawah

Ada pohon rimbun ternyata tak terlindung cahaya matahari
Ada bintang-bintang bersinar ternyata hanya sebesar mata sapi
Ada burung gagah ternyata redup oleh sinar rembulan
Ada mobil mewah ternyata jagoan mogok di jalan


Mereka tak peka tanda-tanda alam
Dikiranya alam senantiasa bungkam
Tak membaca kejadian silam
Maunya menjadi kaum pendatang
Berhidung mancung berkulit terang
Lupa kalau semut suka mendatangi gula
Lupa kalau lalat suka mengerumuni luka

Setiap lima tahun teriak,“Pilih aku! Pilih aku!”
Katanya rajin bekerja nyatanya untuk pencitraan
Katanya berpihak nyatanya pandai merangkai hoax
Katanya merakyat nyatanya membuat melarat
Katanya berjuang nyatanya membuat ngap-ngapan

Kebun mblekethek itu pejuang pemberani
Namun sebagian penghuninya
Keberaniannya melewati batas
Katanya akan menghapus pelajaran agama
Katanya akan menjadikan firman sebagai nyanyian

Apa iya, wahyu sudah ketinggalan zaman?
Nyata, otaknya yang kecil memang lebih hebatan
Palembang, 27 Oktober 2018

Arie Png Adadua adalah nama pena dari Syaiful B. Harun. Kelahiran Palembang,16-06-1967. Berprofesi sebagai salah seorang guru di Ma'had Al Islamiy Aqulu-el Muqoffa. Semasa kuliah telah tertarik pada puisi terlebih sejak menjuarai "Lomba Cipta Puisi Provinsi Bengkulu" dalam rangka memperingati Penyair Chairil Anwar pada tahun 1996. Buku yang pernah diterbitkan berupa kumpulan puisi "Nyanyian Cerita Fajar" (Palembang, 2004) dan Apresiasi dan Menulis Puisi (Palembang, 2018), serta beberapa buku antologi puisi, yaitu Antologi "Gerhana" Memperingati Peristiwa Gerhana Matahari Total di Sebagian Wilayah Indonesia - Rabu, 9 Maret 2016 (Jakarta, 2016), Antologi “Kebangsaan” (Depok, 2018), Antologi Puisi “Angin” (2018), Antologi “Segenggam Kenangan Masa Lalu” (2018), dan Antologi Puisi Tulisan Tangan “Satria Piningit” (2018).