Barokah Nawawi
Kali Kedung Putri
Kali Kedung Putri di masa kecilku
Jernih membelah menyusuri lorong-lorong kota
Gemercik lembut mengikuti nada indah angin sepoi
Menyihir ketenangan penghuni kota yang cinta damai.
Ibu ibu mencuci dipinggir kali
Dengan wajah sumringah dan senda gurau
Bercanda bersama angin sepoi pelangi dan matahari
Dengan sabun batang sunlight dan buah lerak
Tak ada mesin cuci, detergen dan sabun colek
Semuanya alami tanpa polusi.
Di sini pula aku suka berenang
Berkecipak di antara ikan-ikan
Tertawa bersama matahari dan awan.
Tapi kini suasana telah berganti
Semuanya serba praktis dan mudah
Tak perlu lagi susah payah mencuci di pinggir kali
Lelah dan letih berjemur matahari
Dengan mesin cuci semuanya selesai dalam sekejap
Sambil menonton acara televisi
Dan chating ria bersama sahabat maya.
Dengan kemajuan teknologi
Limbah limbah rumah tangga dan pabrik pabrik semakin banyak
Semuanya mengalir ke sungai sungai
Mengotori dan mencemari habitat sumber kehidupan.
Kini kali Kedung Putri berubah warna
Coklat mblekethek dan membuat kulit terasa gatal
Hingga tak ada lagi anak-anak yang berenang riang
Tak ada lagi orang-orang yang memancing ikan
Juga tak ada lagi warna kehidupan yang indah
Hanya sepi dan keburaman yang melintas.
Apakah kemajuan identik dengan mblekethek
Semakin mblekethek semakin ramai sebuah kota
Dan semakin maju penduduknya
Seperti sungai Ciliwung yang membelah Ibu kota negeri ini ?
Cuma tak kumengerti kenapa di negara lain yang lebih maju teknologinya
Seperti Jepang dengan sungai Sumida nya yang terkenal
Tempat wisata dengan kapal aneka warna
Bisa melintas diatas sungai yang jernih indah
Entahlah.
Kali Kedung Putri: nama sungai di Purworejo.
Barokah, lahir di Tremas Pacitan 18-08-1954.
Bekerja di PT Telkom sejak th 1974 dan mengajukan pensiun dini th 2002. Antologi puisi tunggalnya Bunga bunga Semak - Pustaka Haikuku 2017. Antologi puisi bersama : Sedekah Puisi - Lumbung Puisi 2018, Satrio Piningit - Lumbung Puisi 2018, Negeri di Atas Awan - Rose book 2018. Penyair ini tinggal di Semarang.
Kali Kedung Putri
Kali Kedung Putri di masa kecilku
Jernih membelah menyusuri lorong-lorong kota
Gemercik lembut mengikuti nada indah angin sepoi
Menyihir ketenangan penghuni kota yang cinta damai.
Ibu ibu mencuci dipinggir kali
Dengan wajah sumringah dan senda gurau
Bercanda bersama angin sepoi pelangi dan matahari
Dengan sabun batang sunlight dan buah lerak
Tak ada mesin cuci, detergen dan sabun colek
Semuanya alami tanpa polusi.
Di sini pula aku suka berenang
Berkecipak di antara ikan-ikan
Tertawa bersama matahari dan awan.
Tapi kini suasana telah berganti
Semuanya serba praktis dan mudah
Tak perlu lagi susah payah mencuci di pinggir kali
Lelah dan letih berjemur matahari
Dengan mesin cuci semuanya selesai dalam sekejap
Sambil menonton acara televisi
Dan chating ria bersama sahabat maya.
Dengan kemajuan teknologi
Limbah limbah rumah tangga dan pabrik pabrik semakin banyak
Semuanya mengalir ke sungai sungai
Mengotori dan mencemari habitat sumber kehidupan.
Kini kali Kedung Putri berubah warna
Coklat mblekethek dan membuat kulit terasa gatal
Hingga tak ada lagi anak-anak yang berenang riang
Tak ada lagi orang-orang yang memancing ikan
Juga tak ada lagi warna kehidupan yang indah
Hanya sepi dan keburaman yang melintas.
Apakah kemajuan identik dengan mblekethek
Semakin mblekethek semakin ramai sebuah kota
Dan semakin maju penduduknya
Seperti sungai Ciliwung yang membelah Ibu kota negeri ini ?
Cuma tak kumengerti kenapa di negara lain yang lebih maju teknologinya
Seperti Jepang dengan sungai Sumida nya yang terkenal
Tempat wisata dengan kapal aneka warna
Bisa melintas diatas sungai yang jernih indah
Entahlah.
Kali Kedung Putri: nama sungai di Purworejo.
Barokah, lahir di Tremas Pacitan 18-08-1954.
Bekerja di PT Telkom sejak th 1974 dan mengajukan pensiun dini th 2002. Antologi puisi tunggalnya Bunga bunga Semak - Pustaka Haikuku 2017. Antologi puisi bersama : Sedekah Puisi - Lumbung Puisi 2018, Satrio Piningit - Lumbung Puisi 2018, Negeri di Atas Awan - Rose book 2018. Penyair ini tinggal di Semarang.