TEKS SULUH


Minggu, 25 November 2018

Sukma Putra Permana Di Alun-alun Brebes Mengobati Jemu

Sukma Putra Permana

Bbrebes Mencegah Pageblug di Masa Lalu

Lintang kemukus di malam sunyi. Membuat ciut nyali. Firasat akan datangnya wabah menjangkiti. Atau pertanda akan adanya rajapati. Segera siapkan Sega Kunar sebagai sesaji. Berupa kembang tiga rupa warna-warni. Melengkapi ayam kampung panggang dan telurnya dua-tiga biji. Dan satu tusukan brambang lombok abang di atas setangkup nasi kuwali.

Setelah didoakan agar jauh dari wabah yang sinting. Letakkanlah di salah satu sudut rumah yang dianggap penting. Esok harinya, adakanlah pertunjukan barongan dan kuda lumping. Dengan musik tradisional diarak berkeliling. Orang tua dan anak-anak kecil ikut ramai di belakang beriring. Keluar-masuk rumah-rumah penduduk menyambar bantal-guling. Tak peduli bau apek ataupun pesing. Semuanya langsung dilempar ke atap rumah di atas genting.

Setelah selesai, kuda lumping pun pusing tujuh keliling. Mungkin terlalu banyak terhirup aroma guling nan pesing.......

Oktober 2017/2018




Sukma Putra Permana

Di Alun-alun Brebes Mengobati Jemu

Pernah ada suatu saat
kita dipertemukan oleh waktu
malam hari di sebuah sudut alun-alun kota
sambil menyeruput teh poci bergula batu.
Terlarut dalam obrolan panjang
tapi tak pernah membuat lidah kelu
tentang penyair penulis sebuah puisi cinta
yang mati setelah membaca karyanya itu hingga jemu.

Mei 2016/ 2018


Sukma Putra Permana, lahir di Jakarta, 3 Februari 1971. Berproses kreatif di Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta. Puisi-puisinya pernah muncul dalam beberapa media cetak lokal di Surabaya, Surakarta, dan Yogyakarta. Kini, karya-karyanya lebih banyak dikurasi untuk dimuat dalam buku-buku antologi bersama. Buku puisi tunggalnya adalah: Sebuah Pertanyaan Tentang Jiwa Yang Terluka (2015, ISBN: 978-602-336-052-9).