TEKS SULUH


Minggu, 25 November 2018

Sujudi Akbar Pamungkas Sarkofagus (3)

Sujudi Akbar Pamungkas

Sarkofagus  (3)

suara auman dan gaduhriuh kekuasaan
telah menjelma mandau ancaman bagi
setiap benak yang berceceran di samudra
kematian. bau amis dan aroma mblekethek
kebijakan yang sedemikian berbusabusuk
telah tajam menghujam tubuh, menyeret
ke dalam pusara arus yang menderadera
semakin bergolak semakin kentara jejak
urukan-urukan hidup yang telah kesekian
terbunuh dalam amuk pertarungan suntuk
betapa kejelataan hanyalah jasad yang
senantiasa merayap dan melata dalam
gemuruh badai sukacita sang penggembira
pun alibi-alibi kekuatan terus saja menebar
gelombang bualan pesona yang menjerat
ganas menggilas sisa-sisa harapan dengan
penuh keberpihakan serta keserakahan
di sini sederet papannama perlindungan
dan semboyan kemanusiaan yang begitu
heroik menggelora, justru telah menjadi
desahan-desahan manja manusia plastik
manusia yang terangsang ereksi kecantikan
palsu, kecantikan yang dimanja nafsu-nafsu
"yah, syantik-syantik manja mbleketheknya
yang syantik dan manja sepantasnya siapa?"
inilah wajah bopeng negeri kita, menebar
ancaman dan bertopeng diri. kegaduhan
ketimpangan dan kamuflase-kamuflase
adalah genderang sangkakala yang tiba
menjemput. sedemikian menyeramkan
bayangan hidup, kegelapan telah semakin
memperlebar galian kubur. segala bangkai
dan tulangbelulang saling tumpangtindih
merangsek dalam bimpitan sarkofagus!
(parit, oktober 2018)
















Sujudi Akbar Pamungkas, Lahir di Tuban 1971. Karya selain di media massa
terbit di puluhan buku Kebangkitan 1995, Getar
1996, Antologi Puisi Indonesia (API) 1997, Negeri
Bekantan 2003, Memo Presiden 2014, Kalimantan
Rinduku Abadi 2015, Burung Gagak di Palestina
2015, Jaket Kuning 2014, Puisi Menolak Korupsi-6
2017 dll. Biografinya masuk dalam buku Leksikon
Susastra Indonesia 2000 oleh Korrie Layun Rampan.
Saat ini tinggal di pedalaman Kalteng.