Bambang Widiatmoko
BOULEVARD
Setiap aku kembali ke tempat asal mula
Deretan pohon cemara masih setia menyapa
Yang hilang hanya tanah mengubah bulak
Dan menutup sumur hingga tak tersisa.
Aku selalu setia menjalani kehidupan
Seperti boulevard tempat aku bermain layang-layang
Juga tetap tegar seperti pilar-pilar balairung
Demikian menyatu sampai sukma membeku.
2014
Bambang Widiatmoko
penyair kelahiran Yogyakarta ini telah memiliki kumpulan puisi tunggal Pertempuran (1980), Anak Panah (1996), Agama Jam (2002), Kota Tanpa Bunga (2008), Hikayat Kata (2011), danJalan Tak Berumah (2014). Cerpennya terhimpun dalam antologi Bupati Pedro, Laki-laki Kota Rembulan (DKS, 2002), dan Elegi Gerimis Pagi (KSI, 2002). Penyair ini juga mengisi berbagai antologi bersama baik nasional ma.upun internasional. Kini sebagai redaktur majalah Sastra Pusat (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud RI), staf pengajar ilmu komunikasi pada beberapa universitas di Jakarta, dan Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI)
BOULEVARD
Setiap aku kembali ke tempat asal mula
Deretan pohon cemara masih setia menyapa
Yang hilang hanya tanah mengubah bulak
Dan menutup sumur hingga tak tersisa.
Aku selalu setia menjalani kehidupan
Seperti boulevard tempat aku bermain layang-layang
Juga tetap tegar seperti pilar-pilar balairung
Demikian menyatu sampai sukma membeku.
2014
Bambang Widiatmoko
penyair kelahiran Yogyakarta ini telah memiliki kumpulan puisi tunggal Pertempuran (1980), Anak Panah (1996), Agama Jam (2002), Kota Tanpa Bunga (2008), Hikayat Kata (2011), danJalan Tak Berumah (2014). Cerpennya terhimpun dalam antologi Bupati Pedro, Laki-laki Kota Rembulan (DKS, 2002), dan Elegi Gerimis Pagi (KSI, 2002). Penyair ini juga mengisi berbagai antologi bersama baik nasional ma.upun internasional. Kini sebagai redaktur majalah Sastra Pusat (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud RI), staf pengajar ilmu komunikasi pada beberapa universitas di Jakarta, dan Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI)