TEKS SULUH


Rabu, 03 September 2014

Zen AR

Zen AR
Panggilan Adzan

bagaimana pun kami hanyalah pelacur yang selalu mengucapkan assalamu’alaikum kepada surau-surau yang tidak beragama namun takut menyimpan dosa. suara-suara yang berjalan di atas retakan kaca jendela, jatuh dalam khalwat kami.

jam pulang kerja dan lampu warna-warni, menyusun lagi anatomi maghrib. sembahyang mengajari kami bercinta dengan ketakutan. semisal nasib dinanti, hari-hari jadi penuh tegur sapa dengan orang-orang yang masih percaya akan kebahagiaan dan kesedihan.

tetapi dada kami menanggung ke mana saja cerita pahlawan dan kemerdekaan ‘45. air wudlu kami membekam nasionalisme yang cemas di antara sabun pembersih dan embrio kamar mandi. sejadah kami menggelar kebebasan atas kapal-kapal kolonial yang terbakar. hanya saja, kami tidak diberi kedaulatan, andai-andai menuntun Inul Daratista baca Qur’an atau membimbing Tukul Arwana mendengungkan adzan.

lalu kami bakal membangun kota ini kembali, dari body lotion, perlengkapan make-up, styling foam, dan pil strong of night. sungguhpun kami tahu, seperti mata mengintai, di belakang kami kuburan-kuburan berhantu dan sebuah surga yang tak lagi terletak di telapak kaki ibu.

2014


Zen AR
Lahir 1995, adalah seorang penyair dan santri PP. Annuqayah Lubangsa Selatan, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura,  puisinyatlah  dimuat Antologi Penyair Lima Negara (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand).  Tinggal di sumenep.