TEKS SULUH


Rabu, 03 September 2014

Nila Hapsari

Nila Hapsari

Dentum Meriam Jelang Lebaran

Saat ramadhan bergulir menjauh
Lebaran seperti hadiah yang siap dibuka
Banyak yang menantinya dalam suka
Namun di kota ini aku hanya tawanan
Diikat tali-tali kerinduan

Aku hanya bebas di kala malam
Berjalan sendiri di tepian Kapuas
Menyaksikan deretan meriam kayu
Yang moncongnya terarah ke sungai

Lalu kulihat Abdul dan Syarief
Menyalakan sumbu meriam karbit
Di belakang tampak Komarudin yang pucat
Menutup kedua telinganya rapat-rapat

Meriam memuntahkan suara menggelegar
Menempuh jarak berkilometer jauhnya
Melintasi puluhan tahun lamanya
Hingga aku terjaga dari lelap

Ketiga sahabat masa kecilku,
masihkah mereka menyulut sumbu meriam di malam takbiran?
Kudengar kayu laban dan bangkirai kian mahal
Sebab hutan di dekat hulu telah menjelma kebun

Kembali malam mengantarku ke tepian Kapuas
Moncong-moncong meriam masih terdiam
Aku menanti sahabatku seraya berdoa:

Semoga dentum meriam mampu mengusir setan-setan
di antara manusia
Juga setan yang bersemayam di dada
Yang menjauhkanku dari rumah

Bekasi, 270614


Nila Hapsari
Alumnus Fakultas Biologi UGM Yogyakarta yang tinggal di Bekasi. Puisi-puisi karyanya telah dimuat di beberapa harian lokal dan antologi puisi bersama, aktif bergiat di Forum Sastra Bekasi (FSB). Tinggal di

Bekasi.