Pradita Nurmalia
Kampung Halamanku
Dia memberiku nafas,
Juga puisi yang amat sepi
Dia memberiku tanah,
Juga darah yang amat manusiawi
Dia memberiku wajah,
Juga pakaian warna-warni
Dia memberiku jarak,
Juga retak, sesak, dan sayat
Pada bumiku,
Dia tebarkan benih dewa-dewi
Mengupasnya dalam wujud yang berbeda
Nafas yang membawa tradisi pada anak-anaknya
Pewaris budaya
Aku pecah,
Namun tanah mengumpulkannya kembali
Sejarah mengeja langkah
Member bekal kehidupan berikutnya.
Pada rahimku, kampung halamanku.
Surakarta, 28 Maret 2014
Pradita nurmalia
Penyair yang tinggal di Jaten, Karanganyar ini tulisannya banuyakl dimuat di media regional dan tlah mengisi berbagai antologibersama baik bertaraf regional maupun nasional.
Kampung Halamanku
Dia memberiku nafas,
Juga puisi yang amat sepi
Dia memberiku tanah,
Juga darah yang amat manusiawi
Dia memberiku wajah,
Juga pakaian warna-warni
Dia memberiku jarak,
Juga retak, sesak, dan sayat
Pada bumiku,
Dia tebarkan benih dewa-dewi
Mengupasnya dalam wujud yang berbeda
Nafas yang membawa tradisi pada anak-anaknya
Pewaris budaya
Aku pecah,
Namun tanah mengumpulkannya kembali
Sejarah mengeja langkah
Member bekal kehidupan berikutnya.
Pada rahimku, kampung halamanku.
Surakarta, 28 Maret 2014
Pradita nurmalia
Penyair yang tinggal di Jaten, Karanganyar ini tulisannya banuyakl dimuat di media regional dan tlah mengisi berbagai antologibersama baik bertaraf regional maupun nasional.