045.Malisa Ladini
Geliat Si Kerontang
Kurus kerontang, masa kecilku tersedu riang
Peremajaan yang indah, menuai berkah
Geliat kampung yang jauh ku pandang
Melesatkan pikiranku sampai ke ujung bayang
Kampung yang menjadi saksi bagi timangan ibuku
Dengan kelembutan hawa kampung halamanku
Kemana pun aku melangkah, aku selalu teringat padamu
Bagai bumi yang terpijak selalu terselip ruangmu
Kampungku
Kau lah saksi hidupku
Minggu, 13 Juli 2014
Ma'sum
KELUHAN2 TUHAN
Begitu Banyak, Jalan Tapak yang berlalu
Di benak kami bak pelangi disiang bolong
Jutaan angan telah mengalahkan
Hingga anugerahmu di lingkungan kami, tak mampu aku nyalakan
Buta memenuhi hati
Sementara dedaunan menari, rerumputan bernyanyi
Pohon-pohon, hutan, srta padang luas semuanya
Menyalam aku,
Kami semakin lupa tentang jati diri kami
Terabalut beton dan besi, sehngga jarak memisahkan kami
Kami terbalut dalam lamunan secarik kertas palsu dan uang
Hingga kemerdekaan kami gadaikan,dan anak-anak
Terbengkalai
Hingga menjadi orang asing didaerah sendiri
Padahal hutan, dedaunan serta hijau rerumputan
Telah member mimpi dan janji esok hari
Ampuni kami tuhan
Ampuni kami tuhan
biarkan sisa airmata kam, terus berderai bersama hujanmu yang pasti
menjadi butiran kemilau di tanah kelahiran kami sendiri
amien
akhir juli 2014
Geliat Si Kerontang
Kurus kerontang, masa kecilku tersedu riang
Peremajaan yang indah, menuai berkah
Geliat kampung yang jauh ku pandang
Melesatkan pikiranku sampai ke ujung bayang
Kampung yang menjadi saksi bagi timangan ibuku
Dengan kelembutan hawa kampung halamanku
Kemana pun aku melangkah, aku selalu teringat padamu
Bagai bumi yang terpijak selalu terselip ruangmu
Kampungku
Kau lah saksi hidupku
Minggu, 13 Juli 2014
Ma'sum
KELUHAN2 TUHAN
Begitu Banyak, Jalan Tapak yang berlalu
Di benak kami bak pelangi disiang bolong
Jutaan angan telah mengalahkan
Hingga anugerahmu di lingkungan kami, tak mampu aku nyalakan
Buta memenuhi hati
Sementara dedaunan menari, rerumputan bernyanyi
Pohon-pohon, hutan, srta padang luas semuanya
Menyalam aku,
Kami semakin lupa tentang jati diri kami
Terabalut beton dan besi, sehngga jarak memisahkan kami
Kami terbalut dalam lamunan secarik kertas palsu dan uang
Hingga kemerdekaan kami gadaikan,dan anak-anak
Terbengkalai
Hingga menjadi orang asing didaerah sendiri
Padahal hutan, dedaunan serta hijau rerumputan
Telah member mimpi dan janji esok hari
Ampuni kami tuhan
Ampuni kami tuhan
biarkan sisa airmata kam, terus berderai bersama hujanmu yang pasti
menjadi butiran kemilau di tanah kelahiran kami sendiri
amien
akhir juli 2014