Lailatul Kiptiyah
Ke Ladang Tebu
pagi-pagi sekali ia telah rapi
langkahnya cukup hati-hati
jalanan yang dilewatinya adalah
sebuah jembatan bambu di atas kali dangkal berbatu
ah, dilihatnya seekor ikan mengambang di permukaan bayangnya
seperti takjub
mengecupi lumut
yang membuatnya terus hidup
lumut itu seperti kekasih
membagi dalam perih
menurutnya cuaca kali ini sungguh tak terkira
sebentar hujan berpendar sebentar terik membakar segala yang kena
di tikungan ia lihat seekor kadal kecil
melesat ke bawah serimbun kemangi
dulu, ia selalu menunggu seseorang datang ke sini
membawa aroma jerami
angin terasa lembut merandai
langkah hati-hatinya telah sampai
--oh, hanya padang kelabu
hanya sisa-sisa bonggol yang mengabu
dangau itu juga sepi
nyata telah lama ditinggal penghuni
kemana tebu-tebu yang dulu berjajar rapi
seekor prenjak hinggap di sebatang ketela
selain itu tak ada siapa-siapa
benar seperti kata ayahnya
ketika semalam ia tiba:
“tak ada lagi siapa-siapa
orang-orang itu pergi
terbawa malaria yang meninggi”
dan orang tua itu selamat
kini ia hanya duduk menafakuri waktu
yang meninggalkannya bersama kerapuhan itu
Jakarta, 2011
Lailatul Kiptiyah, lahir dan besar di Blitar, Jawa Timur 20 Juli 1975. Puisi-puisinya banyak dimuat di media regional dan nasional serta banyak mengikuti berbagai antologi bersama nasional, Saat ini tinggal bersama suami di Mataram-NTB.
Ke Ladang Tebu
pagi-pagi sekali ia telah rapi
langkahnya cukup hati-hati
jalanan yang dilewatinya adalah
sebuah jembatan bambu di atas kali dangkal berbatu
ah, dilihatnya seekor ikan mengambang di permukaan bayangnya
seperti takjub
mengecupi lumut
yang membuatnya terus hidup
lumut itu seperti kekasih
membagi dalam perih
menurutnya cuaca kali ini sungguh tak terkira
sebentar hujan berpendar sebentar terik membakar segala yang kena
di tikungan ia lihat seekor kadal kecil
melesat ke bawah serimbun kemangi
dulu, ia selalu menunggu seseorang datang ke sini
membawa aroma jerami
angin terasa lembut merandai
langkah hati-hatinya telah sampai
--oh, hanya padang kelabu
hanya sisa-sisa bonggol yang mengabu
dangau itu juga sepi
nyata telah lama ditinggal penghuni
kemana tebu-tebu yang dulu berjajar rapi
seekor prenjak hinggap di sebatang ketela
selain itu tak ada siapa-siapa
benar seperti kata ayahnya
ketika semalam ia tiba:
“tak ada lagi siapa-siapa
orang-orang itu pergi
terbawa malaria yang meninggi”
dan orang tua itu selamat
kini ia hanya duduk menafakuri waktu
yang meninggalkannya bersama kerapuhan itu
Jakarta, 2011
Lailatul Kiptiyah, lahir dan besar di Blitar, Jawa Timur 20 Juli 1975. Puisi-puisinya banyak dimuat di media regional dan nasional serta banyak mengikuti berbagai antologi bersama nasional, Saat ini tinggal bersama suami di Mataram-NTB.