Sindi Violinda
Hilangnya Kampung Halaman
Emak, aku kembali dari tarung dan tempuh
yang hampir melepuhkanku
Di ujung lorong kutahu ,
Emak laungkan namaku
Aku tak sabar laksana gotong royong bersama pemukim
melihat-lihat serta menikmati jagabaya
Begitu banyak sejarah yang jika dirangkum,
ada sekilas lelucon hingga duka yang larah
Semesta alam, ingin kupeluk erat
Emak, Emak!
Engkaulah wanita rentan yang setia menunggu
Kulepaskan segala rindu padamu, Mak!
Namun samar-samar akhirnya kusadar juga
Kulirik sudut demi sudut kampungku berbeda
Gedung-gedung tinggi meledakkan amarahku
Kobaran semangatku meleleh
Jemariku mengepal alot
Emak, Emak!
Mana padi yang dulu tertanam?
Mana kampung halamanku, Mak?
Berapa lama?
Mak, katakan berapa lama aku pergi
Berpuluh-puluh tahun
Kini hilang
Medan, 27 Juli 2014
Hilangnya Kampung Halaman
Emak, aku kembali dari tarung dan tempuh
yang hampir melepuhkanku
Di ujung lorong kutahu ,
Emak laungkan namaku
Aku tak sabar laksana gotong royong bersama pemukim
melihat-lihat serta menikmati jagabaya
Begitu banyak sejarah yang jika dirangkum,
ada sekilas lelucon hingga duka yang larah
Semesta alam, ingin kupeluk erat
Emak, Emak!
Engkaulah wanita rentan yang setia menunggu
Kulepaskan segala rindu padamu, Mak!
Namun samar-samar akhirnya kusadar juga
Kulirik sudut demi sudut kampungku berbeda
Gedung-gedung tinggi meledakkan amarahku
Kobaran semangatku meleleh
Jemariku mengepal alot
Emak, Emak!
Mana padi yang dulu tertanam?
Mana kampung halamanku, Mak?
Berapa lama?
Mak, katakan berapa lama aku pergi
Berpuluh-puluh tahun
Kini hilang
Medan, 27 Juli 2014
Sindi Violinda, penyair ini tingal di Medan sumatera Utara.