66.
Abu Ma’mur MF
Ganar
ramadan
kali kesekian, aku masih diriuhi pertanyaan-
pertanyaan,
serupa petasan, dari dalam kepala. ritual
yang
sejatinya sakral menjadi sekadar agenda tahunan
yang
kemarau dan profan. Sengat perjalanan memantik
dahaga
paling purba
(betapa
nyaring kerinduan memasuki rahim sunyi kembali)
puasa
adalah upaya menanam sebijih puisi dalam diri
membuhul
keliaran binatang
merangkul
pendaran bintang
memasuki
rentang memupuk kepedulian pada derita sesama
(betapa
tak gampang meleburkan kata dalam laku)
ramadan
kali kesekian, satu titik belum jua kutemukan
entah
berapa kelokan kulalui. ada banyak hal belum
kupahami.
ada banyak ayat menghampari semesta belum
kutafakuri.
aku terdampar dalam keterbatasan dan
kerawanan
narasi indrawi
Ketanggungan,
2017
ABU
MA'MUR MF, petani puisi dan pecandu kopi serta buku. Puisi-puisi dan tulisannya
tersebar di sejumlah surat kabar lokal dan nasional. Puisinya dimuat dalam
antologi: Antologi Puisi 107 Penyair Indonesia dan Malaysia (Lesbumi, 2012), Cimanuk,
Ketika Burung-Burung Kini Telah Pergi (LovRinz Publishing, 2016), Seratus Puisi
Qurani (Parmusi, 2016), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid V (Penebar
Media, Yogyakarta, 2016), Pasie Karam (Dewan Kesenian Aceh Barat, 2016), Yogya
dalam Nafasku (Balai Bahasa DIY, 2016), Kumpulan Puisi Kopi 1.550 MDPL (The
Gayo Institute, Aceh, 2016) Antologi Puisi dari Negeri Poci 7 (Kosa Kata Kita,
Jakarta, 2017). Meraih juara I lomba baca puisi tingkat provinsi Jateng (2008)
dan juara I lomba cipta puisi tingkat nasional (2016)