TEKS SULUH


Sabtu, 03 Juni 2017

Mukti Sutarman Espe



36. Mukti Sutarman Espe

                        Ramadan dan Anak Kunci

dari ramadan ke ramadan
orang mendamba Puasa
mengosongkan seluruh diri
belajar lapar tak hanya kepada perut
haus  tak hanya kepada kerongkongan
syahwat tak semata kepada kelamin


mengosongkan seluruh diri
mencari anak kunci
Puasa
peta mulia
jalan benar ke rumah terjanji

di manakah anak kunci itu
dari ramadan ke ramadan
orang berdatangan ke masjid
Ikhtikaf
bermunajat
dan membuka kembali kitab suci
melantunkan ayat-ayat ilahi
lepas terawih hingga dinihari
di manakah anak kunci itu
dari ramadan ke ramadan
orang berdatangan ke masjid
Ikhtikaf
bermunajat
dan membuka kembali kitab suci
melantunkan ayat-ayat ilahi
lepas terawih hingga dinihari

di manakah Puasa itu
orang mendatangi para dhuafa
menggandeng tangan mereka
lalu mengajaknya berbuka bersama

di manakah anak kunci itu
dari ramadan ke ramadan
dengan Puisi aku pun mencari
kadang yakin menyua
kadang ragu menemu

Puasa itu
Kudus 2017

Takjil

semangkuk kolak pisang nangka
kukirim sebagai pembatal puasamu
mahgrib ini
nikmatilah
sesendok-sesendok
sembari menzikirkan sebuah nama
yang sembunyi di sebalik gembur tanah
menjadikan pohon pisang dan kelapa lebat    
berbuah

sembari membayangkan leluhur kita tersenyum di surga
menyaksikan kau - aku masih bersetia
merawat jejak pusaka : laku bertetangga
berbagi tanpa menghitung rugi laba

tapi ini kali kepadamu aku hanya mengirim semangkuk saja
sebab bermangkuk lainnya kukirim juga untuk para tetangga
yang berumah di sebelah sini dan di sebelah sana
biar hari ini puasa kita dan mereka batal oleh takjil sama
semangkuk kolak pisang nangka yang kubuat dengan seiris cinta
jangan bertanya kenapa seiris cuma
cinta mesti dibagi ke apa dan sesiapa
biar cuaca tak mudah terbakar terik
dan di segala musim matahari selalu lindap

semangkuk kolak pisang nangka
kukirim sebagai takjil pembatal puasamu
mahgrib ini
makanlah, wahai para kekasih

2017

Mukti Sutarman Espe , Lahir di Semarang. Menulis puisi sejak tahun 80-an. Puisi karyanya tersiar di sejumlah surat kabar; di antarnya Kompas, Suara Pembaruan, Republika, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Solo Pos,  Koran Merapi.
Selain itu puluhan   buku Antologi Puisi bersama juga memuat puisinya; seperti Hijau Kelon & Puisi, Bayang Bayang Menara, Negeri Laut,  Gelombang Puisi Maritim, 100 Puisi Qurani, Lumbung Puisi IV : Margasatwa