10.Aldy
Istanzia Wiguna
Zikir
Laut
Ada
yang basah ketika asin air mata melekat dalam doa-doa panjang di ujung sana.
Menulis lalu menitip kebaikan-kebaikan yang menunjukkan perjalanan pada muasal
gelombang yang tetap mengajak kita untuk menziarahi langit yang tiba-tiba
mendung. Menyisakan tanda-tanda sederhana tentang ajakan pulang lewat ombak
atau tarian-tarian nyiur kelapa yang menepi dalam istirah paling sederhana di
sepanjang salawat yang kita senandungkan.
Memukul
bedug lalu menggemakan azan pada corong-corong suara di ketinggian mercusuar
yang nampak musykil kita gapai. Memeluk lalu membiarkan iqamah mengalun merdu
sebelum akhirnya kita benar-benar tegak dalam takbir menggetarkan. Menyusuri
rukuk, i’tidal, sujud, tasyahud sampai uluk salam yang membuat bibir ini
bergetar. Lalu menyaksikan badai dan ombak menari dalam zikir panjang mereka
tentang ketakberhinggaan yang tetap erat menggumamkan suara-suara lain pertanda
laut pun bisa berzikir sepertimu.
2017
Aldy Istanzia Wiguna,
lahir di Bandung 20 Maret 1991. Telah menyelesaikan pendidikan terakhirnya di
jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Idonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Bale Bandung. Sehari-hari beraktivitas sebagai guru
bahasa Indonesia di Pesantren Persis 20 Ciparay. Baru menulis sekitar 47
antologi bersama dan 15 buku solo. Terakhir, penulis baru saja menyelesaikan
kumpulan sajaknya yang berjudul Suluk Daun.