21.
Fernanda Rochman Ardhana
Menapaki Purnama Suci
Cinta
manusia begitu panjang mengarungi perburuan
meluncur
laksana anak panah mengurai salju
yang
gugur melapisi dinding-dinding beku
hingga
tiba menyinggahi musim bersemi
membilas
bilik hati: untuk-Mu
Namun
tiada mampu tergenggam kehampaan
dalam
aroma keagungan yang berkekalkan waktu
hasrat
mereka senantiasa ingin menumbuh rimbunan
hutan-hutan
pinus, melukis taman-taman anggur
berbalut
mimpi tentang surga-Mu
Serupa
anyelir tumbuh menitis bongkahan rindu
dari
belasan masa yang memisah tatap beradu
tersemat
haru membingkai uraian air mata
yang
mereka sosokkan di titik persinggahan itu
Bumi
Pajajaran menyaksi bisu
Manusia
memikirkan begitu banyak ruang pemisah
bilangan
jarak yang rekah genapi jutaan depa
hingga
timbunan doa menyingsing dari bukit kalbu
berbisik
di tiap ukiran pena dan kata semu
Inilah
masa yang merenggut jiwa dengan rayuan
lantunan
melodi membias pada jejak-jejak gembur
menuju
surau surau
berpetak-petak
lahannya mengurai dakwah
tentang
jarak usia menatap Pencipta
serta
hikayat akan himpunan kasih dan dahaga
Binar
purnama suci
membasahi
sepertiga malam membumi
menghadirkan
simpuh menjunjung kuasa
degupan
jantung menyetarai tanah renta
Jampang
Kulon, 1-6-2017
Fernanda Rochman Ardhana kelahiran Jember. Berdomisili di Cileunyi.
Beberapa tulisannya berupa puisi, cerpen dan resensi terbit di berbagai surat
kabar lokal dan Malaysia. Karya-karyanya juga tergabung dalam beberapa antologi
bersama. Kini sedang menunggu terbitnya kumpulan cerpen pribadinya yang akan diterbitkan oleh Penerbitan Langit,
Malaysia.