25.
Gunta Wirawan
Jangan Paksa Aku Puasa
Puisi
Robbi,
jika
ini ramadhan adalah puasa dari segala, maka sungguh
jangan
paksa aku puasa puisi. Masih begitu banyak
gelegak
jantung yang belum aku tuliskan
berjuta
gejolak dendam belum aku lampiaskan
pun
rindu yang belum tuntas melahap sunyi
Robb,
sungguh
jangan syariatkan puasa puisi
sebab
puisi yang paling sepi adalah tafakur
puisi
yang paling syahdu adalah dzikir
puisi
yang paling senyap adalah munajat
puisi
yang paling indah adalah doa
Rabb,
ramadhan ini
masih
kusaksikan anak-anak meratah mesiu di Suriah dan Palestina
ibu
yang menanak lapar dahaga di Afrika
dan
di negeriku (oh, iya negeriku):
orang-orang sibuk antre di pintu
penjara
tersenyum sumringah dengan setumpuk
kasus korupsi
sementara penindasan lalu-lalang di
depan biji mata
kemunafikan sebagai menu berbuka
ada
pahlawan terlambat sahur
ada
kemaksiatan yang belum sempat memakai kolornya
keburu
imsak .. ah, entah apa lagi.
sungguh,
aku tak dapat diam, Robb
karena
itu
jangan
paksa aku puasa puisi
Singkawang,
Juni 2017
Gunta Wirawan (biasa
juga menggunakan nama G. Wirawan) bergiat di Roemah Gergasi. Karya-karyanya
yang telah dibukukan Kumpulan Cerpen “Perkampungan Orang Gila” (2013), Kumpulan
Puisi “SAJAK NOL, Ajari Aku Memahami Jejak Hujan” (2013), Kumpulan Puisi “Bocah
Terkencing-Kencing” (2014). Karyanya juga termuat dalam Kumpulan Puisi 175
Penyair “Dari Negeri Poci 6: Negeri Laut” (2015), Antologi Puisi Penulis
Kalimantan Barat “Bayang-bayang Tembawang” (2015), Sekumpulan Puisi
“Sakkarepmu” (Penyair Mbeling Indonesia, 2015), Antologi Puisi “Gelombang Puisi
Maritim” (Dewan Kesenian Banten, 2016) dan Antologi Puisi “Kopi 1.550 mdpl”
(Aceh Culture Centre, The Gayo Institute, 2016). Antologi cerpen “Mata Cinta”
(penerbir Rose Book, 2017). Penulis menetap di Singkawang Kalimantan Barat.