TEKS SULUH


Sabtu, 03 Juni 2017

Gunta Wirawan



25. Gunta Wirawan

Jangan Paksa Aku Puasa Puisi

Robbi,
jika ini ramadhan adalah puasa dari segala, maka sungguh
jangan paksa aku puasa puisi. Masih begitu banyak
gelegak jantung yang belum aku tuliskan
berjuta gejolak dendam belum aku lampiaskan
pun rindu yang belum tuntas melahap sunyi

Robb,
sungguh jangan syariatkan puasa puisi
sebab puisi yang paling sepi adalah tafakur
puisi yang paling syahdu adalah dzikir
puisi yang paling senyap adalah munajat
puisi yang paling indah adalah doa

Rabb, ramadhan ini
masih kusaksikan anak-anak meratah mesiu di Suriah dan Palestina
ibu yang menanak lapar dahaga di Afrika
dan di negeriku (oh, iya negeriku):
            orang-orang sibuk antre di pintu penjara
            tersenyum sumringah dengan setumpuk kasus korupsi
            sementara penindasan lalu-lalang di depan biji mata
            kemunafikan sebagai menu berbuka
ada pahlawan terlambat sahur
ada kemaksiatan yang belum sempat memakai kolornya
keburu imsak .. ah, entah apa lagi.
sungguh, aku tak dapat diam, Robb

karena itu
jangan paksa aku puasa puisi       


Singkawang, Juni 2017

Gunta Wirawan (biasa juga menggunakan nama G. Wirawan) bergiat di Roemah Gergasi. Karya-karyanya yang telah dibukukan Kumpulan Cerpen “Perkampungan Orang Gila” (2013), Kumpulan Puisi “SAJAK NOL, Ajari Aku Memahami Jejak Hujan” (2013), Kumpulan Puisi “Bocah Terkencing-Kencing” (2014). Karyanya juga termuat dalam Kumpulan Puisi 175 Penyair “Dari Negeri Poci 6: Negeri Laut” (2015), Antologi Puisi Penulis Kalimantan Barat “Bayang-bayang Tembawang” (2015), Sekumpulan Puisi “Sakkarepmu” (Penyair Mbeling Indonesia, 2015), Antologi Puisi “Gelombang Puisi Maritim” (Dewan Kesenian Banten, 2016) dan Antologi Puisi “Kopi 1.550 mdpl” (Aceh Culture Centre, The Gayo Institute, 2016). Antologi cerpen “Mata Cinta” (penerbir Rose Book, 2017). Penulis menetap di Singkawang Kalimantan Barat.