4. Ribut Achwandi
PUASA SEMESTA
sebelum
sangkakala dibunyikan
selama
itu, semesta berpuasa
menahan
segala amarah
menahan
segala keluh kesah
menahan
segala resah
menahan
segala murka
atas
tingkah polah manusia
makhluk
terindah ciptaan Tuhan
semesta
tunduk dalam penuh
memberi
keleluasaan bagi manusia
menghormati
dengan taat titah Tuhannya
bahwa
manusia mesti dilindungi
ya,
kodrat alam adalah liar
ia
ganas tanpa mengenal ampun
ia
garang menerjang hingga hancur
segala
mudah dimusnahkan seketika
menghantam
sendi-sendi kehidupan manusia
tanpa
mengenal kasihan
meremukkan
tanpa sisa
segala
yang berjalan di muka bumi
murkanya
adalah kehancuran manusia
tetapi,
Tuhan punya kehendak
tiada
mungkin ditolak
tiada
dapat dielak
alam
mesti tunduk pada kebutuhan
makhluk
yang dimuliakan Tuhannya
alam
mesti mendarmakan dirinya
sebagai
hamba bagi kecukupan
segala
yang dibutuhkan
makhluk
yang ditinggikan kodratnya
di
hadapan makhluk lainnya
manusia
oh,
betapa berharganya manusia
sekalipun
mereka saling membunuh
sekalipun
mereka perkosa habis-habisan
alam
semesta
tetapi,
sentuhan
lembut kasih sayang
jiwa
yang mulia
jiwa
yang bercahaya
jiwa
yang dikasihi Tuhan
alam
tunduk
airmata
darahnya yang tak direlakan
sekali
menetes di atas sebutir debu
menjadi
catatan kemurkaan
yang
redam seketika oleh doa
manusia
termulia, Muhammad
maka,
berjalanlah kehidupan
melintasi
masa ke masa
mengabadikan
peristiwa-peristiwa
mengabarkan
sejarah luka alam semesta
dalam
puasanya menanti masa pengakhir
ketika
sangkakala itu ditiupkan
Pekalongan, 27 Mei 2017
Ribut
Achwandi, lahir 28 Agustus 1980 di Pekalongan. Kini menjadi staf pengajar di
Universitas Pekalongan dan Institut Agama Islam Negeri Pekalongan. Di sela-sela
kesibukan, masih juga mengudara di radio Soneta FM yang menyiarkan program
kisah teladan ulama nusantara. Aktif juga mengelola Omah Sinau SOGAN, sebuah
komunitas belajar tentang apa saja, mulai teater, ngaji, dan juga
kegiatan-kegiatan lainnya. Di samping itu, kerap juga mengisi acara workshop
untuk kalangan remaja dan pemuda.