TEKS SULUH


Rabu, 21 Juni 2017

Tentang Data (buku) sastrawan Indonesia oleh Rg Bagus Warsono

Sah-sah saja
Sepeninggal HB Jassin juga Korrie Layun Rampan kita kehilangan kurator handal di Indonesia yang memang menekuni dunianya (sastra) tanpa pengaruh tendensi kehidupan modern ini. Orang boleh bilang apa pun, si A sastrawan atau si B sastrawan atau belum dibilang sastrawan seperti sekarang ini karena memang dia membaca. namun membaca dalam arti bacaan sastra diputuskan oleh orang yang harus memahami sastra dengan tak henti membaca. Akhirmya muncul banyak versi tentang nama dan jumlah sastrawan.
Anda dapat bayangkan antologi bersama yang digagas Sosiawan Leak telah ribuan jumlah penyair turut serta. Sosiawan Leak bisa saja mebuat buku data sastrawan Indonesia dari berbagai antologi yang digagasnya. Namun penyair Solo itu tidak demikian adanya, baginya sastra adalah berkebang dan berkembang juga jumlah penyair atau sastrawan pun berkembang.
Oleh karena itu di zaman yang semakin berkembang ini semakin sadar akan perlkembangan sastra Indonesia itu. 


 Hampir setiap tahun ada lembaga yang merekrut buku antologi seperti komunitas sastra di Jakarta , Kompas dan Kemendikbud melalui Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kemudia mereka mememberikan pilihannya dengan juri yang dipilihnya oleh lembaga itu. Apakah yang demikian faliditasnya diterima khalayak sastra atau tidak, adalah sebuah kegiatan rutinitas dalam rangka pengembangan kegairahan sastra di Indonesia. Boleh jadui pada saat itu sastrawan yang sesungguhnya tidak memiliki buku karya terbaru di tahun itu, oleh karena yang diminta adalah karya terbaru. Dilain tempat, sastrawan lain sengaja tidak mengirimkan buku karya terbarunya karena alasan tertentu.
Pada sisi lain, di tempat lain ada lembaga yang mengundang sastrawan dengan daftar tersendiri, yang memang banyak dihadiri sastrwan-sastrawan populair, mungkin karena ketokohan beberapa sastrawan yang mengundangnya. Sedang di suatu tempat lain sastrawan yang katanya terpilih tengah melakukan kegiatan sastra eklusif tersendiri dengan daftar sastrawan tersendiri. Pendek kata fenomena demikian adalah bukti kegairahan sastra Indonesia dewasa ini.(bersambung)