52.
Sutarso
PROTES, KETIKA WAKTU
BUKA PUASA
DI DEPAN MATA
“waktu
buka puasa, di depan mata.
daripada makan enak tapi tidak enak makan,
bukankah lebih baik makan apa adanya
tanpa harus melihat adanya apa?
ini, saya bawa dua bungkus nasi kucing.
satu untuk anda, satu untuk saya.
mengapa diam saja, diriku? ngomong, dong!
suara saya lebih lirih dari ceriwis gerimis?
atau sedang masak sayur di dapur, untuk buka
puasa dan sahur?
anda, ada di dunia nyata?
aduh, mengapa anda jadi main kucingkucingan
seperti itu?
di negeri imaji, anda lari ke dunia nyata
karena di sini ada saya?
saya kejar ke dunia nyata, anda tancap gas ke
negeri imaji.
saya susul ke negeri imaji, mengapa lari lagi
ke dunia nyata?
tidak kembali saja ke negeri imaji?
daripada malumalu kucing:
ditanya di mana ikan di piring, hanya mata
mengerling?
saya khawatir, anda malu bertanya di sana.
bukankah dengan malu bertanya, puasa atau
tidak puasa,
sama saja tidak puasa?
seperti di sini, di sana puasa berlangsung di
siang hari.
kalau anda puasa di malam hari,
kemudian jalan ke sana ke mari
sambil makan rujak kedondong di siang
bolong,
kirakira taruh di mana muka anda?
aduh, terlalu asyik jualan kecap, tidak
terasa langit makin gelap.
bisa temani saya sekejap saja, untuk buka
puasa di kintal khayal?
tapi ya itu, sepertinya makan rending daging,
menunggu lebaran tiba.
sekarang, nasi kucing dulu. rasa syukur
jangan biarkan berlalu.
main kucingkucingan di meja makan,
buatlah menjadi pertunjukan
yang tidak pernah ada di dunia nyata.”
Sausapor,
2 Juni 2017
Osratus merupakan nama pena dari Sutarso nama sebenarnya. Lahir di Purbalingga (Jawa Tengah), 8 Maret
1965. Sejak tahun 1981 menetap di Sorong (Papua Barat). Menulis puisi, sejak tahun 1981. Puisi-puisinya, terkumpul
dalam sejumlah buku antologi bersama.