60. Najibul Mahbub
Ramadhanku Ramadhanmu
Ramadhan
anugerah yang tak terbatas
Tak
bisa tersekat ruang atau waktu
Rahmat
yang tak terukur
Dalam
logika akal manusia
Disana
terlihat anak-anak kecil
Berkeliling
desa sembari menabuh
Drum,
blik dan tong
Menggugah
malam di seperempat malam
tua
muda berduyung menuju surau
mendendangkan
tarawih bersama
menyanjungkan
pujian ilahi
memohon
kuasa Nya
Dahaga
dan haus jua tak kuasa berkuasa
Tercekik
oleh terbit sampai fajarpun tenggelam
memborgol
seharian nafsu di hati
Merangkeng
syahwat yang selalu muncrat
Mengunci
tinggi hati yang selalu merajai hati
Ramadhanku
Ramadhanmu
Ramadhan
kita semua
Mengharap
rahmat dan berkahMu
Ya
Rabb....
Menanti
kasih yang kian lama semakin lamat
Menunggu
guyuran air hilangkan debu
Dalam
diri
Ramdhan
surau tak pernah sepi
Ramadhan
rejeki mengalir tiada henti
Pahala
pun diobral bagi sang pencari
Sedangkan
Nafsu menjadi musuh sejati
Ramadhanku
Ramdhanmu
Menjadi bulan yang ditunggu-tunggu
Pekalongan, 3 Juni 2017
Penulis
yang juga guru Bahasa Indonesia dan juga pendiri teater Bayang di MAN 2
Pekalongan merupakan Pria kelahiran 13 Maret 1981. Ia tinggal di Gubuk kecil di Jalan Nusa indah
11 Perumahan Taman Seruni Gamer Pekalongan. Beberapa karyanya tergabung dalam
beberapa antologi, antara lain: Antologi 105 Penyair, Semanggi Surabaya,
Indonesia dalam Titik 13, Penyair Menolak Korupsi jilid I, Penyair Menolak
Korupsi Jilid II, Menuju Jalan Cahaya, Antologi tentang Gus Dur, Habituasi Wajah Semesta, Daun Bersayap Awan,
Ziarah Batin, Antologi Puisi 2 Koma 7, Puisi Menolak Korupsi Jilid I, Puisimenolak
korupsi jilid 2, Antologi Wakil Rakyat, Memo Wakil Rakyat, Memo Anti terorisme,
Memo Anti Kekerasan Anak, Memo untuk Presiden, Antologi Puisi Kampungan,
Antologi Puisi 122 Penyair “Cinta
Rindu Damai dan Kematian”, Rasa Sejati (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia), dan
beberapa antologi yang masih dalam proses penerbitan. Bersama Evah Nafilati ia
telah mengarungi kehidupan rumah tangganya selama 13 tahun dan bersama ketiga
putrinya yang cantik yaitu Najiba Ziadatuzzulva, Najiba Hada Faradisa, serta
Najiba Syasya Syazwina.