TEKS SULUH


Kamis, 22 Juni 2017

Tentang Data (buku) sastrawan Indonesia oleh Rg Bagus Warsono

Sah-sah Saja

Suatu ketika sahabat penyair bercerita padaku dalam sebuah kesempatan, ia penyair Jambi yang tinggal di Indramayu. Ia menanggapi dengan santai jika pada suatu event tertentu namanya tidak dicantumkan dalam data penyair lokal atau regional yang disususun atas dasar kesadaran dan wawasan pribadi. Sungguhpun demikian ia tetap exsis menulis dan menulis, sehingga berbagai kalangan tetap mengakui dan memberi apresiasi rasa hormat dan penghargaan pada beliau. Itu hanya sekedar contoh saja. Bahwa data sastrawan apa pun bentuknya silahkan-silahkan saja yang penting tetap berkarya. Kepribadian yang baik dari sahabat kita itu patut mendapat contoh bagi kalangan muda bahwa 'pengakuan yang berupa data dapat muncul dari mana saja, toh akhirnya publik yang akan menentukan dengan membaca karya kita.

 Tahu SH Mintardja? pengarang novel Sabuk Inten dan Naga Sastra, Api di Bukit Menoreh dan Matahari Esok Pagi. Namanya nyaris tak tersentuh oleh HB Jassin atau kurator lainnya. Padahal jika mau disebut ia harus masuk dalam Angkatan '66. Buku-buku novel silatnya itu larisnya mengalahkan pengarang lainnya di Indonesia kala itu. Bahkan Api di Bukit Menoreh jika setiap jilid terbit slalu mendapat best seller. Meski tak diakui sebagai sastrawan publik se Jawa tetap mengakui sebagai sastrawan kenamaan yang bukunya tidak saja mengandung sastra tetapi juga berisi filosofi kehidupan yang dapat dipakai sebagai pedoman hidup ini dan alat pembelajar.
Tidak tercantumnya nama SH Mintardja dalam nama-nama sastrawan Indonesia jelas sebuah kekeliruan atas pandangan mana yang disebut sastra, sebab banyak cerpen-cerpen 'kacangan nama cerpenisnya disebut sastrawan.
Penulis berpendapat masih banyak SH Mintardja SH Mintardja lain yang namanya terlewat sebagai sastrawan Indonesia.


 Chairil Anwar disebut sebagai penyair dengan karya khusus sehingga tanpa saingan di Zamannya. Itu Chairil di tahun 1945, jika ada 'Cairil Anwar Chairil Anwar pada masa sekarang dengan karya seperti Chairil Anwar di tahun 40-an maka tentu akan menemukan banyak saingan. Sebab sekarang telah banyak bermunculan 'Chairil Anwar Chairil Anwar yang memeiliki karya bagus dan tergolong masih muda-muda.
(bersambung)