39. Riswo Mulyadi
KANG SARKIM MENATAP
BULAN SABIT KEENAM
kang
Sarkim duduk di atas lincak teras rumahnya
matanya
menembus awan
serupa
ingin mencakar bulan sabit
tatap
matanya mengutuk bulan
kenapa
harga terus naik
padahal
bulan masih seclurit
dan
tarif listrik melangit
apakah
karena aku puasa
maka
harus pula belajar menahan duka karena harga
(kang
Sarkim terus menyimak dialog hati dan kepalanya, yang tak ditayangkan stasiun
TV)
kang
Sarkim duduk di atas lincak teras rumahnya
matanya
menembus awan
serupa
ingin mencakar bulan sabit
Karanganjog,
31 Mei 2017
RISWO MULYADI, lahir di
Banyumas tahun 1968, aktif menulis puisi dan geguritan bahasa banyumasan.
Beberapa Geguritannya pernah dimuat di Majalah Ancas dan antologi Geguritan
Banyumasan “Inyong Sapa Rika Sapa” (2016). Puisinya juga tergabung dalam
sejumlah antologi : Mendaras Cahaya (2014), Jalan Terjal Berliku Menuju-Mu
(2014), Nayanyian Kafilah (2014), Memo untuk Presiden (2014), Metamorfosis
(2014), 1000 HAIKU Indonesia (2015), Surau Kampung Gelatik (2015), Puisi
Sakkarepmu (2015), Palagan Sastra (2016), Lumbung Puisi Jilid IV Penyair
Indonesia (2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016), Negeri Awan (2017)
Kini aktif sebagai
pendidik di MI Ma’arif NU 1 Cilangkap, tinggal di Desa Cihonje Kecamatan
Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah.