42. Navys Ahmad
Tafakur Langgar
pohon
limus di depan langgar itu tetap setia memayung
membagi
bayang dahan, ranting, dan daun
dari
terik matahari kepada para lelaki tua
berkopiah
sarung yang duduk melingkar
merapal
ayat-ayat di depan langgar
di
ujung bulan ramadan
pun
pintu langgar itu sedari dulu setia menyambut
palupuh
dan samaknya menghampar senyum
bilik-biliknya
membiaskan cahaya dan udara
seraya
mengisahkan selaksa cerita:
jamaah
yang khusuk bertakbir dan beramin
para
pemuda yang lena dalam tadarus
anak-anak
kecil yang berlari di teras
juga
cerita si Aceng yang meninggalkan
jejak
basah di samak
sungguh...
samak, palupuh, pintu, pohon limus itu
merindukan
gema suara, gerak bersama, gelak tawa
mereka
sering bertanya kabar pada walet yang berpulang:
kapan
cerita-cerita serupa itu dipentaskan
lagi di sini?
di
mana anak-anak yang berloncat ceria dan mengaji di sini?
napasku
sesak, pandangku pudar di kaca lantai dua belas.
sungguh...
samak, palupuh, pintu, pohon limus itu
merindukan
gema suara, gerak bersama, gelak tawa
mereka
sering bertanya kabar pada walet yang berpulang:
kapan
cerita-cerita serupa itu dipentaskan
lagi di sini?
napasku
sesak, pandangku pudar di kaca lantai dua belas.
Tangerang,
2 Juni 2017
Cat:
pohon
limus: pohon mangga gandaraksa/koeni
samak: tikar pandan
palupuh:
lantai bambu
Navys Ahmad, nama pena Ahmad Hanapiyah. Lahir di Tangerang, 24
Januari 1977. Pendidik di MTsN 2 Tangerang. Menulis cerita, puisi, Darna.
Puisinya termuat di beberapa antologi.