34. Sami’an Adib
Malam Seribu Bulan
di
puncak malam ini debar dadaku tiada henti
seperti
jagat raya gemetar merindukan sunyi
:waktu
terindah mengarak diri ke ketinggian singgasana ilahi
di
puncak malam ini dian rindu kembali kunyalakan
setelah
ribuan bulan menyusuri labirin kegelapan
Engkau
tentu ingat pada ikrar setiaku
merawat
cinta hingga hembusan napas terakhir
tapi
permainan menggiringku pada kesibukan dan keasyikan
dunia
seriuh gelak tawa keriangan
di
sini, di hulu sumber mata air ampunan
di
antara nyala dian dan bebintang yang bertebaran
perlahan
kularung abu bakaran kerak-kerak jiwa
di
puncak malam ini telah kukosongkan sekat-sekat jiwa
agar
mahacahaya-Mu leluasa memijarkan Cinta
Jember,
2017
Sami’an Adib, lahir di
Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Antologi puisi bersama antara lain: Requiem
Buat Gaza (2013), Mendekap Langit (2013) Menuju Jalan Cahaya (2013), Ziarah Batin (2013), Cinta Rindu dan Kematian
(2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Memo untuk
Wakil Rakyat (2015), Kata Cookies pada Musim (2015), Merupa Tanah di Ujung
Timur Jawa (2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (2015), Ayo Goyang (2016),
Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016), Arus Puisi Sungai (Tuas
Media, 2016), Puisi Peduli Hutan (Tuas Media, 2016), Lumbung Puisi IV:
Margasatwa Indonesia (2016), Memo Anti Kekerasan terhadap Anak (Forum Sastra
Surakarta, 2016), Ije Jela Tifa Nusantara 3 (2016), Seberkas Cinta (Nittramaya,
Magelang, 2016), Malam-malam Seribu Bulan (FAM Publishing, Kediri, 2016), Surabaya Memory (2016), Requiem Tiada Henti
(Dema IAIN Purwokerto, 2017), Negeri
Awan (DNP 7, 2017), Lumbung Puisi V:
Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata
(2017), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di
sebuah Madrasah di Jember.