TEKS SULUH


Sabtu, 23 Januari 2021

Puisi Ade Irman Saepul di gembok 2021

 Ade Irman Saepul,


Jakarta , Mengapa Engkau Menjadi Tuhan?


17 agustus tahun 45 itulah hari kemerdekaan kita

hari merdeka nusa dan bangsa

hari lahirnya bangsa indonesia (jakarta)

sekali jakarta tetap jakarta

selama segalanya serba jakarta

kita tetap setia

tetap setia

memandang unggul kota jakarta

walau ibu kota pindah juga

jakarta tetap jakarta


di mata turis mancanegara

indonesia adalah pulau dewata

di mata sindikat perampok internasional

indonesia adalah pulau papua

di mata orang orang seperti kita

indonesia adalah jakarta

menjadi indonesia berarti menjadi jakarta


jakarta oh jakarta

sebelum aku dilahirkan

orang mengadukan nasibnya pada tuhan

setelah aku dilahirkan

orang mengadukan nasibnya padamu jakarta


penguasa kotak suara

pembuka pintu dunia

pemilik pohon uang

penjual keindahan

pemandat kebenaran

pencari nafas cadangan

penjual romantisme kemiskinan

perempuan perempuan simpanan bapak dewan

pencipta kemacetan dan segala macam jenis pekerjaan

berharap keberkahan hidup darimu jakarta


jakarta

jakarta

jakarta


orang orang beribadah kepadamu

mereka bersujud ke arahmu

mereka berdzikir menyebut namamu

mereka berdoa berharap bantuan datang darimu


jakarta oh jakarta

berbeda beda tetapi tetap jakarta

tata bahasa

tata busana

tata budaya

adalah jakarta


jakarta oh jakarta

mengapa engkau menjadi otoriter

dan menjadi tuhan

jawablah jakarta


jakarta oh jakarta

jakarta oh jakarta


 


jakarta

separuh kota

separuh dewa

separuh derita


 jakarta oh jakarta

Bandung, 17 Agustus 2020


Ade Irman Saepul


Anakku Susah Tidur Memikirkanmu 


 cepat tidur anakku

malam makin menipis

sebentar lagi pagi akan menyambangi kita

jangan berlarut larut memikirkan hutang negara

negara saja tidak memikirkan hutang kita


 cepat tidur sayangku

berhentilah menulis puisi

puisi tidak akan mengubah rasa lapar menjadi kenyang

mentari tidak muncul di jam malam

tetapi jika kau merasa lebih tenang

menulislah anakku

tetapi jangan sekali kali kau menulis puisi

untuk pacarmu

sebab keringat ibu lebih puitis dari kata kata pacarmu

sebab lipatan lipatan di wajah ibu lebih berarti dari wajah putih pacarmu


 cepat tidur pangeranku

jangan biarkan tumpukan resah mengganggu tidurmu

nyamuk dan dingin saja sudah cukup bagi kita

tidurlah anakku

kita akan tetap menanak nasi

tanpa harus menunggu datangnya pesta demokrasi


cepat tidur jagoanku

bergadang tidak akan membuat negara ini memikirkanmu

jangan terlalu sibuk merangkai mimpi

terlalu banyak mengonsumsi mimpi tidak sehat bagi orang miskin

mimpi hanya akan membuat kebun luka kita lebih luas

dan mengundang tangis lebih deras

Bandung, 11 September 2020


Ade Irman Saepul, lahir di Cianjur 15 Februari 2001. Mulai belajar menulis puisi dari tahun 2016 sampai saat ini di rumah kolektif Individu Merdeka. Kini tinggal di Bandung. Pernah menjadi juara 1 lomba cipta puisi dan Jurnalistik yang di gelar oleh Politeknik Piksi Ganesha pada tahun 2018. Menerbitkan antologi puisi berjudul Pasar Tak Mampu Mengusir Kesunyian (2020) dan antologi bersama berjudul Endapan Rindu (2020).