Ade Irman Saepul,
Jakarta , Mengapa Engkau Menjadi Tuhan?
17 agustus tahun 45 itulah hari kemerdekaan kita
hari merdeka nusa dan bangsa
hari lahirnya bangsa indonesia (jakarta)
sekali jakarta tetap jakarta
selama segalanya serba jakarta
kita tetap setia
tetap setia
memandang unggul kota jakarta
walau ibu kota pindah juga
jakarta tetap jakarta
di mata turis mancanegara
indonesia adalah pulau dewata
di mata sindikat perampok internasional
indonesia adalah pulau papua
di mata orang orang seperti kita
indonesia adalah jakarta
menjadi indonesia berarti menjadi jakarta
jakarta oh jakarta
sebelum aku dilahirkan
orang mengadukan nasibnya pada tuhan
setelah aku dilahirkan
orang mengadukan nasibnya padamu jakarta
penguasa kotak suara
pembuka pintu dunia
pemilik pohon uang
penjual keindahan
pemandat kebenaran
pencari nafas cadangan
penjual romantisme kemiskinan
perempuan perempuan simpanan bapak dewan
pencipta kemacetan dan segala macam jenis pekerjaan
berharap keberkahan hidup darimu jakarta
jakarta
jakarta
jakarta
orang orang beribadah kepadamu
mereka bersujud ke arahmu
mereka berdzikir menyebut namamu
mereka berdoa berharap bantuan datang darimu
jakarta oh jakarta
berbeda beda tetapi tetap jakarta
tata bahasa
tata busana
tata budaya
adalah jakarta
jakarta oh jakarta
mengapa engkau menjadi otoriter
dan menjadi tuhan
jawablah jakarta
jakarta oh jakarta
jakarta oh jakarta
jakarta
separuh kota
separuh dewa
separuh derita
jakarta oh jakarta
Bandung, 17 Agustus 2020
Ade Irman Saepul
Anakku Susah Tidur Memikirkanmu
cepat tidur anakku
malam makin menipis
sebentar lagi pagi akan menyambangi kita
jangan berlarut larut memikirkan hutang negara
negara saja tidak memikirkan hutang kita
cepat tidur sayangku
berhentilah menulis puisi
puisi tidak akan mengubah rasa lapar menjadi kenyang
mentari tidak muncul di jam malam
tetapi jika kau merasa lebih tenang
menulislah anakku
tetapi jangan sekali kali kau menulis puisi
untuk pacarmu
sebab keringat ibu lebih puitis dari kata kata pacarmu
sebab lipatan lipatan di wajah ibu lebih berarti dari wajah putih pacarmu
cepat tidur pangeranku
jangan biarkan tumpukan resah mengganggu tidurmu
nyamuk dan dingin saja sudah cukup bagi kita
tidurlah anakku
kita akan tetap menanak nasi
tanpa harus menunggu datangnya pesta demokrasi
cepat tidur jagoanku
bergadang tidak akan membuat negara ini memikirkanmu
jangan terlalu sibuk merangkai mimpi
terlalu banyak mengonsumsi mimpi tidak sehat bagi orang miskin
mimpi hanya akan membuat kebun luka kita lebih luas
dan mengundang tangis lebih deras
Bandung, 11 September 2020
Ade Irman Saepul, lahir di Cianjur 15 Februari 2001. Mulai belajar menulis puisi dari tahun 2016 sampai saat ini di rumah kolektif Individu Merdeka. Kini tinggal di Bandung. Pernah menjadi juara 1 lomba cipta puisi dan Jurnalistik yang di gelar oleh Politeknik Piksi Ganesha pada tahun 2018. Menerbitkan antologi puisi berjudul Pasar Tak Mampu Mengusir Kesunyian (2020) dan antologi bersama berjudul Endapan Rindu (2020).