Hasani Hamzah
Belajar Kepada Burung-burung
Burung-burung itu mahluk Tuhan yang merdeka
Sayap-sayapnya adalah mimpi sepanjang masa
Sejauh ia terbang, bila petang pulang ke sarang
Dahan-dahan yang tinggi tempatnya berlabuh
Dipetiknya pucuk-pucuk harum, buah meranum
Digugurkannya biji-bijian di bumi menjelma hutan
Bila kemarau tiba, disimpannya air mata
di bening telaga
Luka-luka disembunyikannya di balik awan
Digeseknya ranting-ranting dan ia bernyanyi merdu. O, betapa sendu
Sebagai anak manusia. Sungguh aku
ingin belajar pada burung-burung itu
Bebas dan lepas dari segala belenggu
Sumenep, 5 Nopember 2020
Hasani Hamzah
Gorden
Sepasang kursi harmoni
Dalam ruang tak berkunci
Aku dan kau duduk berdua
Singkap tirai jendela
Memandangi kupu-kupu
Bunga-bunga itu
Burung-burung bangau
Bertengger di batu sungai
Tanganku dan tanganmu
Menggapai dalam waktu
Alam nan luas terbentang
Jalan masih panjang
Wajah kita tersenyum
Di dinding merah meranum
Aku dan kau lukisan hidup
Cinta yang tak pernah redup
Sumenep, 30 Oktober 2020
Hasani Hamzah, lahir di Sumenep pada 16 Agustus 1974. Menulis puisi, cerpen, fiksimini, dan lakon drama anak. Menggagas "Doa Dunia; Antologi Puisi Solidaritas untuk Palestina, Kemanusiaan dan Pembebasan" (Diandra Creatif, 2015). Aktif menulis di media sosial di beberapa komunitas sastra serta terlibat dalam beberapa antologi bersama diantaranya Independen Journey, (Penebar Pustaka 2019), Enigma Covid Kumpulan Puisi Crew SKS & Jam Malam Yogya, Kata Kita Antologi Two Lines Poetry) dan lain-lain. Selain menulis juga menjadi penggerak Malam Puisi Anak Pulau, pembina kelompok teater Cemara sekolah dasar di kampung halamannya. Sekarang ini fokus menyiapkan antologi tunggalnya dan menyelesaikan novel Sipakkan; Laut itu Masih Biru. Pengalaman membaca puisi paling seru yaitu pada acara Sang Gembala; Purnatugas Bpk. A. Mukthie Fadjar, Mahkamah Konstitusi RI di hotel Regents Malang tahun 2009.