Funky Zubair Affandy
Pengumuman
Pengumuman-pengumuman.
Wahai kaum pergerakan,
Kini suara perlawanan di gagahi kekuasan.
Apakah lupa bagaimana seruan pergerakan terus diaungkan.
Apakah bisa seruan perlawanan dikalahkan.
Pengumuman-pengumuman.
Wahai kaum pejuang rakyat,
Lihat bagaimana kekejaman menyerupai bunyi tikus got diinjak.
Perlawanan akan terus hidup selama penguasa bertekuk lutut,
Di bawah kepentingan yang tidak bertanggung jawab.
Cukong-cukong melompong.
Bunyi-bunyian, atribut kebebasan akan terus menjadi mimpi buruk.
Dimana kamu suara?
Berjalanlah di pekat malam,
Masuki gedung-gedung pemerintah yang korup, bencong-bencong kekuasan, ganyang ketidakadilan dan berilah makan orang dibawah jembatan.
Dimana kamu kata-kata?
Jerat penguasa yang timpang,
Serukan perlawanan di jalan-jalan, di pasar, gedung-gedung pendidikan, kebun petani yang gagal dan juga di tempat-tempat manusia tertindas kelaparan.
Lawan! jangan mundur.
Jangan mau diatur-atur.
Wiji Thukul akan terpukul melihat perlawanan di nomer sekiankan.
Negara akan terus kehilangan orang,
Diculik dan diasingkan.
Gus dur akan senang jika kemanusiaan diagungkan.
Dan Bung karno akan bersuara lantang,
Wahai generasi-generasi bangsa, warna merah bendera Indonesia adalah darah pejuang dan warna putih itu janji kesetian.
Lalu Tuan rendra menuliskan puisinya, membaca dengan gagah.
Penonton mendengar seksama disusul tepuk tangan meriah.
Pengumuman-pengumuman.
Perlawan harus tetap diaungkan.
Pemerintah akan manja adanya jika para mahasiswa dan pendidik hanya kelar menjalankan ujian sedang Masyarakat masih banyak yang lapar dan lonte-lonte terus menjajah tubuhnya.
Pengumuman-pengumuman.
Gedung-gedung Pendidikan hanya dibuat rak-rak buku berdebu.
Pengetahuan menjadi ajang mencari kursi kekuasaan.
Dimana kamu kaum pergerakan?
Lawan penindasan!.
Lawan ketidakadilan!.
Lawan penyimpangan, korupsi, penyalahgunaan kekuasan!.
Lawan suara yang dibungkam!.
Panjang umur perlawanan!.
Lawan!.
Rumah Teater, 26 Agustus 2020
Bencong
Aku berangkat Ma.
Menemui munir, wiji thukul, petrus bima, herman, marsinah serta para korban tangan genit
ganjen kekuasaan.
Jika aku belum pulang Ma.
Tanyakan pada petinggi Negara.
Suara mesiu dan tembakan menjadi tanda,
Penguasa gila.
Aku berangkat Ma.
Menyusul mereka yang tidak ditemui keberadaannya.
Rumah Teater, Agustus an. 2020
Funky Zubair Affandy, seorang pegiat seni teater, penulis puisi. Lahir dari panggung ke panggung pementasan. Asal dari Sampang, Madura.
Instagram: FunkyZubair Affandy